Share

28. Sebuah Kejutan

“Haaah,” keluh Rissa. Dia sedang malas naik lift dan memilih naik tangga. Dia naik sambil terus menundukkan kepala. Sepertinya dengan naik tangga dia bisa menikmati kesedihannya sepuasnya dan selama yang dia inginkan tanpa harus berhenti di tiap lantai jika naik lift. Lagipula dia sedang tidak ingin berpapasan dengan karyawan lainnya. Bisa malu dia.

Rissa sampai di kantor sore itu dengan murung. Semalaman dia menghabiskan waktu dengan menangis dan besoknya dia sama sekali melewatkan sarapan dan makan siang. Dia bahkan hanya sekali minum satu botol kecil darah, sama sekali tidak membantu mengatasi rasa hausnya.

Tapi dia sedang tidak berselera untuk makan ataupun minum. Kata-kata Aidan terus terngiang di benaknya. Betapa dalamnya kata-kata itu menusuk hingga ke relung hatinya yang terdalam, bagaimana Aidan mengingatkan bahwa dia tak bisa dimiliki olehnya, dan bagaimana lelaki itu meninggalkannya tiba-tiba dengan perasaan hancur.

Aidan jelas-jelas

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status