PLAKKK!
Suara tamparan itu rasanya bergaung di seluruh halaman belakang. Semua hadirin langsung terperangah. Beberapa wanita malah langsung menjerit. Mr. Jona menampar Aidan lagi. Gianna yang menyaksikannya menjerit kecil dan langsung mendapat tatapan tajam dari Mr. Jona. Aidan segera tampak terkejut atas tindakan ayahnya.
"Sayang!" Terdengar suara Claudia yang buru-buru mendekati mereka. Dia tampak luar biasa terkejut dan ketakutan. Dia tak menduga suaminya akan menampar Aidan di depan umum! Betapa memalukan dan mengerikannya!
“Pergi! Pergi kau dasar wanita ******!”
Aidan langsung sadar dari keterkejutannya.
“Ayah! Jangan hina Gianna!”
"Minta maaf, Ayah! Minta maaf pada Gianna sekarang juga!" lanjutnya dengan wajah penuh kemarahan.
Mr. Jona tampak seakan ingin menamparnya lagi.
“Kau memilih wanita itu dibanding ayahmu? Dibanding keluargamu?!” serunya.
Aidan tampak terluka.
“Siapa
“Aaargh!!!”Aidan rasanya ingin marah-marah terus. Dia teringat kata-kata kasar ayahnya pada Gianna dan dia masih tidak terima. Kenapa ayahnya tak merestui hubungannya dengan Gianna? Dia menanyakan pertanyaan itu berulang kali dalam hatinya walaupun dia tahu bahwa dia sebenarnya mengetahui jawabannya. Ya, ini karena ayahnya dan pendiri Huang Company adalah musuh.Dia tahu dalam perseteruan keduanya sebenarnya ayahnya tidak sepenuhnya salah. Semuanya sejak awal hanyalah masalah kesalahpahaman dan ketidakpercayaan antar satu sama lain. Mr. Jona dan Mr. Samuel Huang dulunya adalah sahabat. Sebenarnya mereka ingin mendirikan perusahaan impian mereka berdua. Mr. Jona ingin perusahaannya berkembang dan menguasai banyak pasar, seperti sekarang yang mana mereka mulai merambah bisnis fashion, Sementara Mr. Huang sendiri lebih suka fokus pada satu pasar, yaitu bisnis makanan. Mereka tidak pernah bisa sepaham dan akhirnya pecah kongsi.Mr. Jona me
“Akan kubalas kalian semua.”“Kalian tak akan bisa lolos. Jika kalian sudah menikah pun akan aku buat kalian berpisah.”Mr. Jona mengatakan kalimat itu berulang kali seolah agar kata-kata itu terus terpatri di benaknya dan tidak dilupakannya. Dia menggeram, semarah binatang buas. Wajahnya yang tampan terlihat kaku dan keras seperti batu.Dia turun dari mobilnya di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi dan kelihatan megah sekaligus kuno lima menit yang lalu. Tapi sampai sekarang dia masih berjalan menuju tujuannya. Sekelilingnya adalah pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi hingga jauh di atasnya. Dia seolah berjalan di sebuah hutan, tapi sebenarnya bukan.“Kamu tunggu di sini, Alfred,” kata Mr. Jona pada sopirnya.“Aku akan masuk sendiri,” lanjutnya.Sang sopir mengangguk.“Baik, Mr. Jona.”Malam sudah menyapa, dan keheningan menyeruak di mana-mana.
“Kau bersedia?” Mr. Johann tersenyum lebar pada Mr. Jona. Dia ingin memastikan dan membuktikan apakah Mr. Jona benar-benar serius dengan tawaran yang diberikannya. Dia ingin melihat bahwa Mr. Jona serius juga dengan ambisinya untuk memusnahkan keluarga Huang. Mr. Jona mengangguk. Ya, tentu saja! Apa pun asal permintaannya dipenuhi. Apa pun akan dia berikan sebagai gantinya demi melenyapkan musuhnya yang satu itu ... “Tentu saja, Master. Asal Master mengabulkan keinginan saya,” katanya dengan mantap. Mr. Johann menatapnya lalu tertawa terbahak-bahak lagi. “Bagus, bagus! Aku senang mendengar ketegasanmu, Jonathan! Ini membuktikan bahwa kau bersedia berkorban sedikit demi keinginnanmu! Aku suka, suka sekali! Ha ha ha!” katanya dengan puas. Mr. Jona memucat. Apakah aku telah mengambil keputusan yang tepat? Maafkan aku, Miss Rissa... Sebuah pikiran lalu terbentuk di otaknya. Lalu bagaimana dia akan membawa Rissa ke kedi
“Di mana ini?” tanya Rissa dengan bingung.Dia bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan yang gelap gulita. Petir menyambar dan cahayanya membuat Rissa bisa melihat di mana dia berada. Ternyata dia sedang berdiri di depan sebuah kastil yang sangat megah dan kelihatan sangat kuno. Di sekelilingnya hutan belantara. Tidak ada penerangan yang terlihat dari dalam kastil. Apakah kastil itu tidak ditinggali oleh seseorang? pikirnya dalam hati. Jika ditinggali pastilah ada cahaya yang memancar dari dalam. Tapi sepertinya kastil itu benar-benar kosong. Tidak tampak atau terasa hawa kehadiran seseorang dari dalamnya.Dia tak tahu bagaimana dia bisa sampai di tempat itu. Yang dia tahu hanyalah bahwa saat dia membuka matanya, dia tiba-tiba sudah berada di tempat itu. Dia memandang ke sekelilingnya. Gaunnya basah oleh hujan yang turun begitu deras. Dia mulai merasa kedinginan, hal yang sangat aneh di mana seharusnya dia tak merasa demikian karena dia a
“Tidak, tidaaak!!!” “Jangan dekati aku!!!” Rissa membelalak ketakutan dan berusaha melepaskan diri dari dekapan Mr. Johann, tapi lelaki itu sangat kuat. Lebih kuat dari perkiraannya. Tentu saja itu mungkin karena dia vampir yang sudah sangat tua ... “Kumohon, lepaskan aku! Kumohon!” Dia mulai memohon-mohon dengan kalut. Air matanya mulai membayang di matanya. Belum pernah dia setakut ini seumur hidupnya ... Tapi Mr. Johann malah mengeratkan dekapannya dan mendekatkan wajahnya pada Rissa. Rissa langsung panik dan dia buru-buru membuang muka. Betapa menjijikkannya pria ini! pikirnya dengan penuh kengerian. Tapi tiba-tiba Mr. Johann melepaskannya dan dia lalu tertawa terbahak-bahak. “Astaga!” “Menyenangkan sekali bermain bersamamu, Manisku! Aku senang sekali melihat bagaimana kau berusaha melarikan diri dariku!” “Kau begitu mudah digoda! Dan itu semakin membuatku semakin senang dan ingin memilikimu, Manisku!”
“Lepaskan aku! Aku mohon!!” pinta Rissa berulang kali sebelum kedua pelayan datang membawanya pergi. Dia berusaha memohon, siapa tahu lelaki itu akan luluh dan merasa kasihan padanya walaupun hanya sedikit ...Mr. Johann menyeringai.“Kau pikir dengan memohon akan mengubah keputusanku? Tidak! Tahukah kau kenapa aku memilihmu?” tanyanya dengan licik.Rissa menelan ludah. Dia tidak mau menjawab apa pun.“Karena kau adalah tipe yang kusukai, Cantik. Kecantikan yang tidak membosankan itu, keanggunan yang tersembunyi di balik wajah yang manis dan lugu. Aku menyukainya! Kau sangat menarik hatiku!”Meskipun lelaki itu memujinya setinggi langit, Rissa tak peduli. Dia ingin pergi dari tempat aneh ini! Tempat yang disebut lelaki ini kastil ...“Kau milikku sekarang! Mr. Jona telah setuju untuk memberikanmu padaku!” seru lalki itu lagi. Dia lalu menatap Rissa dan tertawa terbahak-bahak.
“Merepotkan sekali gadis itu. Aku bahkan tidak bisa beristirahat sejenak. Huh! Kenapa aku harus terus menjaganya?”“Sialan memang. Si tua bangka itu tidak mau repot-repot menjaga calon istrinya sendiri. Harusnya kan dia yang menjaga gadis itu, hah!”“Kalau dia mau menikahi gadis itu bukankah dia harus melembekkan sedikit perlakuannya? Kalau begini caranya siapa pun juga tidak bakal mau menjadi istrinya!”Rissa mendengarkan gerutuan si penjaga kamarnya dalam diam. Dalam hati dia merasa senang si penjaga tidak melakukan hal-hal yang aneh padanya. Itu karena Amelia sudah mengancamnya.“Kalau kau lukai sedikit saja gadis itu, aku akan melaporkanmu pada Mr. Johann!” gertak Amelia.“Dan dia mungkin akan memberimu hukuman keluar di siang hari dan bertemu matahari, mau kau?”Amelia memang masih seorang gadis dalam tubuh vampirnya, tapi siapa sangka dia sangat galak dan bisa menggertak Hugo
“Fiuhhhh, untung kita bisa kabur. Kita beruntung, Miss,” kata Melvin sambil menghembuskan napas lega. Dia tak lagi memandang ke arah belakang mana kala dia yakin Mr. Johann tidak mengikuti mereka. Sepertinya serangan itu telak melumpuhkan Mr. Johann sehingga dia butuh waktu untuk memulihkan diri.Rissa memandang Melvin dengan kelegaan luar biasa sekaligus penasaran.“Anda ... Anda menyelamatkan saya, Tuan Melvin,” katanya pelan.Melvin memandangnya sekilas dan tersenyum kecil.“Ya,” katanya pendek.Jantung Rissa seolah akan copot melihat senyum itu. Itu senyum yang berbeda dari yang biasa dipasang oleh Melvin di wajahnya. Senyuum itu terlihat ... tulus.“Kenapa?” tanya Rissa dengan bingung.“Dan dari mana Anda tahu saya dibawa menuju kastil itu?” tanyanya bertubi-tubi.Melvin kembali tersenyum lagi.“Jika Anda tahu jawabannya pasti Anda akan mencemooh saya
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara
“Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu