Share

Atasan Diktator

Penulis: Baby Yangfa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-04 08:28:08

Meski sepanjang jalan Valeria menggerutu karena harus berangkat lebih pagi lagi karena tugas Revan, namun Valeria tetap berjalan menuju kediaman pria itu. Ketika sampai, sejenak ia tertegun melihat penampakan apartemen mewah di hadapannya. Valeria menelan ludah, flat kecil yang ia sewa bahkan tidak ada setengah luasnya dari apartemen ini.

Valeria segera menempelkan kartu akses di sana lalu masuk ke dalamnya. Ia melongokkan wajah, mencari keberadaan Revan. Nafas Valeria tercekat melihat penampakan Revan yang berada di atas ranjang dengan tubuh yang bertelanjang dada. Wajahnya seketika memerah teringat dengan malam panas mereka melihat postur tubuh yang begitu rupawan ini. Valeria seketika menggeleng dengan kuat. Fokus Valeria, ia hanya harus fokus bekerja.

Valeria segera mendekatkan dirinya, ia menyentuh bahu Revan dengan perlahan lalu berkata, "Pak Revan bangun, sebentar lagi Anda harus mengikuti sebuah meeting."

Melihat Revan tidak bergeming, Valeria berdecak. Pantas saja pagi itu Revan sama sekali tidak sadar saat ia pergi, ternyata pria ini sangat sulit untuk dibangunkan. Geram karena Revan sama sekali tidak bergerak, Valeria mengguncang tubuhnya lebih keras.

"Pak bangun Pak!"

Revan akhirnya bergerak, namun bukannya bangkit atau membuka mata, Valeria seketika terhenyak saat Revan tiba-tiba menarik tubuhnya lalu membawanya ke dalam pelukan pria itu. Mata Valeria seketika melebar sempurna, wajahnya kembali memerah merasakan aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria ini. Astaga ia bisa terus mengalami serangan jantung jika seperti ini.

"Pak–"

"Astaga ternyata suara kamu lebih berisik dari Erik."

Valeria tersentak mendengar suara dalam dari pria itu. Jika sudah bangun, kenapa pria itu harus memeluknya dan membuat jantungnya hampir copot?

Saat Revan melepaskan dirinya, Valeria segera bangkit lalu berdeham, mencoba meredakan debar jantungnya menggila di dalam sana, "Meeting dimulai satu jam lagi, Bapak harus bersiap-siap."

"Saya akan mandi terlebih dulu,"

Valeria hanya mengangguk, namun setelah mengambil handuk mandinya, Revan terlihat kembali memanggil, "Nona Valeria?"

"Ah ya?"

"Ini baru hari pertama kamu membangunkan saya, tapi wajah kamu sudah memerah. Kendalikan diri kamu dan bersikaplah profesional."

Valeria seketika terperangah mendengar ucapan pria itu. Dalam hati ia menggerutu kembali. Revan Mahendra ternyata sangat menyebalkan dari yang ia kira.

Setelah mandi, Revan memakai pakaiannya begitu saja di hadapannya. Valeria memalingkan wajahnya dengan cepat, apa pria itu tidak risih selalu memamerkan tubuh di depannya seperti ini?

"Kamu akan tetap berdiri dan melamun di sana?"

Valeria mengerutkan keningnya, sama sekali tidak paham dengan ucapan Revan yang tiba-tiba, "Maksud Bapak?"

"Bantu saya mengatur dasi."

"Eh? Memangnya Anda tidak bisa mengatur dasi sendiri?"

"Erik selalu melakukannya tanpa saya minta sejak dari lama dan ini sudah menjadi bagian dari tugasnya. Kenapa kamu selalu terlihat keberatan dengan semua tugas sekertaris ini?"

Valeria menelan seluruh sumpah serapahnya pada pria ini lalu bangkit. Jantungnya kembali berdetak tidak karuan saat tubuh mereka berdekatan. Aroma maskulin itu membuat dirinya benar-benar gugup.

"Cepatlah, kamu akan membuat saya terlambat dengan gerakan kamu yang lambat seperti ini."

"Baik Pak,"

Mendengar teguran itu, gerakan Valeria menjadi lebih cepat, ia mengatur dasi Revan meski rasa gugup benar-benar menguasainya.

Setelah selesai, Revan segera melangkahkan kakinya sementara Valeria masih tertegun di tempat. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan, mengatur hatinya yang benar-benar gugup dengan semua tugas aneh ini.

"Nona Valeria, apa kamu benar-benar ingin membuat saya terlambat? Ayo pergi."

"Ah ma-maaf, Pak."

Sekali lagi Valeria menepuk wajahnya lalu berlari menghampiri Revan yang sudah berada di depan pintu. Fokus Valeria, fokus! Ia harus bisa melupakan malam itu agar bisa fokus dalam bekerja.

****

"Ini tugas-tugas kamu hari ini, selesaikan semua tugas ini hari ini juga. Kamu paham?"

Valeria terperangah melihat tumpukan berkas-berkas yang menumpuk di hadapannya. Ia menatap tidak percaya ke arah Revan, apa pria itu hendak menyiksanya? Bagaimana bisa ia menyelesaikan semua tugas-tugas ini dalam satu hari?

"Kenapa? Kamu keberatan? Bukankah kamu yang bilang sendiri bahwa kemarin kamu dapat melakukan apapun agar saya tidak memecat kamu?"

"Tapi Pak, apa ini tidak terlalu banyak? Tangan saya hanya dua." Protes Valeria.

"Kamu yang datang terlambat kemarin, Valeria. Kamu harus menanggung konsekuensinya, saya sungguh sangat benci kepada pegawai yang tidak tepat aturan. Saat ini saya sedang mendisiplinkan kamu agar kamu tidak kembali mengulangi kesalahan fatal kamu kemarin."

Ingin rasanya Valeria memuntahkan segala hal yang terjadi malam itu kepada Revan. Padahal Revan sendiri yang membuatnya terlambat hari itu karena insiden malam itu. Jika ia mengatakannya, apa Revan masih bertindak semenyebalkan ini?

"Tunggu apa lagi? Segera kerjakan."

"Ada beberapa hal yang tidak saya mengerti, apa saya juga bisa bertanya pada Pak Erik?"

"Berusaha dulu sendiri, jangan ganggu Erik."

Menelan seluruh gerutuannya, Valeria akhirnya mengangkat berkas-berkas itu lalu beranjak menuju ruangannya. Ia menyalakan komputernya lalu menggerutu dengan kesal.

Bagaimana bisa pria lembut di malam itu berubah menjadi pemimpin yang begitu diktator kepada karyawannya hanya karena kesalahan kecil?

****

Waktu berlalu hingga jam istirahat. Revan yang memang tidak berniat untuk makan siang memilih meminta Erik untuk membawakan makanan ke ruangannya. Sebenarnya ia bisa saja meminta Valeria melakukannya, namun rasanya tidak benar ia meminta hal seperti itu setelah ia memberikan tugas yang cukup banyak kepada sekertaris barunya itu. Biar saja Valeria menikmati makan siang bersama rekan kerja mereka yang lain.

"Ini makanan Anda, Pak."

Revan yang mendengar kedatangan Erik segera mengalihkan pandangan, "Taruh saja di situ, Erik."

"Ngomong-ngomong apa Bapak sengaja meminta Valeria untuk tidak keluar makan siang hari ini karena kesalahannya kemarin?"

Revan terlihat mengangkat alis, "Aku tidak melakukan itu. Bukankah ia pergi makan siang bersama dengan rekan-rekannya?"

"Sepertinya tidak, saya lihat dia masih menatap komputernya dengan serius."

Mendengar ucapan Erik, Revan segera mengangkat tirai ruangan. Ia cukup terkejut mendapati bahwa perkataan Erik benar, Valeria memang masih duduk di sana berkutat dengan berkas-berkas yang ia berikan.

"Apa Bapak ingin saya memintanya untuk berhenti sejenak?"

"Tidak, tidak perlu. Jika aku melakukan itu, ia akan mengira aku bermurah hati padanya."

"Kalau begitu, baik Pak. Saya permisi."

Meski ia terlihat tidak peduli di depan Erik, Revan kembali mengangkat tirai ruangan lalu menatap ke arah Valeria. Ia berdecak dengan kuat, setengah jam sudah berlalu, namun Valeria belum beranjak dari kursinya. Sejak tadi pagi ia tidak melihat Valeria memasukkan apapun ke dalam mulutnya, Revan mulai gusar mengetahui hal ini.

Maka tanpa berpikir panjang, Revan segera mengabaikan makanan yang dibawa oleh Erik lalu mengambil jas kantornya. Ia mengetuk perlahan bilik ruang kerja Valeria lalu berkata, "Bangunlah, ayo kita makan siang bersama, Valeria."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
putu juwita
Skskkskskksmmsmnnanannajaka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Saya Teman Dekat Valeria

    Valeria terperangah mendengar ucapan Revan di depannya. Matanya mengerjap beberapa kali, apa ia tidak salah dengar? Apa Revan baru saja memintanya untuk makan siang bersama?"Apa Pak?""Bangun, temani saya makan siang."Valeria ternganga mendengar hal itu, ternyata benar, Revan memang mengajaknya makan siang bersama."Tapi Pak, pekerjaan saya–""Itu bisa ditunda, ayo pergi."Tanpa mendengar jawaban Valeria, Revan terlihat bergerak. Valeria berdecak lalu bangkit, kenapa atasannya selalu saja seenaknya sendiri?Namun, baru beberapa langkah ia mengikuti Revan, tatapan ingin tahu para rekan kerjanya terlihat mengikuti mereka berdua, bahkan bukan hanya itu beberapa dari mereka memberikan tatapan sinisnya."Lihat itu, bukankah itu pegawai yang terlambat kemarin?""Kenapa mereka berjalan berdampingan ya? Mereka mau kemana sebenarnya?""Padahal Pak Revan orang yang keras, jangan-jangan dia menggoda Pak Revan dengan licik.""Wajahnya saja yang polos ternyata."Valeria seketika menghentikan lan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Aroma yang Mirip

    Valeria tersentak mendengar ucapan Revan yang menyebut mereka sebagai teman dekat. Ia sudah hendak menjelaskan tentang Revan, namun Revan terlihat tersenyum ke arahnya lalu menggenggam tangannya."Teknisnya aku sedang mendekati wanita ini," lanjut Revan kembali membungkam mulut Valeria.Lucia dan Rionandra terlihat terperangah, Rio yang mulai merasa kesal karena ada pria lain yang dekat dengan Valeria ketika hubungan mereka belum lama berakhir segera mengepalkan sebelah tangan. Ia melepas genggaman tangan Lucia lalu maju mendekat dengan tatapan tajam."Teman dekat? Aku tidak pernah melihat orang sepertimu dekat dengan Valeria sebelumnya.""Sepertinya Valeria tidak banyak bercerita tentangku. Aku sungguh kecewa, Val. Padahal aku berharap kau memberi tahu siapapun tentangku."Valeria yang mendengar ucapan Revan hanya tersenyum canggung, entah apa sebenarnya yang dilakukan pria ini. Sementara tatapan Rio semakin tajam terhadap pria itu, ia sungguh tidak suka dengan Revan yang memanggil V

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Masalah Parfum

    "Ah tunggu... Jangan di ruangan saya, kita bicara di balkon saja." ucap Revan selanjutnya mengingat bahwa Valeria masih ada di sana."Baik Pak, saya akan pergi menuju balkon sekarang."Revan segera keluar dari ruangannya, Valeria yang melihat Revan hendak bergegas segera bangkit berdiri, "Pak, Anda mau kemana?""Ada yang harus saya lakukan, kamu di sini saja."Meski merasa bingung dengan tindakan Revan, Valeria akhirnya mengangguk lalu duduk kembali di kursinya. Revan segera bergegas menuju balkon, ia harus tahu apakah Valeria dan wanita itu adalah orang yang sama atau bukan.Erik sudah menunggu di sana, ia menundukkan wajahnya saat melihat kedatangan Revan."Bagaimana hasil pencarian kamu tentang wanita itu, Erik?"Erik terlihat mengerutkan alis, "Wanita itu?""Wanita yang ku temui di bar Rodeo Angels, apa kamu melupakan tugas itu?"Erik segera menunduk kembali. Astaga, bukan ia melupakan tugas itu, tapi sungguh mencari keberadaan dan identitas wanita itu bagai mencari jarum dalam t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Saya Adalah Wanita Itu

    "Ah tentu saja," balas Valeria dengan canggung. Meski ia merasa aneh dengan permintaan Laura, namun tidak mungkin ia bisa menolak hal ini begitu saja. Ini hanya masalah soal parfum, tidak akan jadi masalah untuk ke depannya, bukan?Valeria segera mengambil ponsel lalu menunjukkan merek parfum yang ia gunakan ke arah Laura. Laura tersenyum dengan lebar melihat Valeria yang memberikan hal itu secara cuma-cuma."Aku akan langsung memesannya, kau benar-benar baik, Val. Setelah ini kita akan berteman baik,"Valeria hanya balas tersenyum dengan canggung. Ia mengangkat bahunya, mencoba tidak berburuk sangka kepada wanita yang berada di sampingnya. Mungkin Laura memang hanya menyukai parfum itu. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Berteman dengan Laura juga tidak ada salahnya, ia pegawai baru ia harus banyak membangun koneksi. Lagipula karena Revan, rekan kerja yang awalnya dekat dengannya kini seperti menghindar darinya.Mobil milik Laura pun mulai berjalan meninggalkan area kantor menuju fla

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Akhirnya Aku Menemukanmu

    Revan sungguh tidak menyangka, tadinya ia sungguh yakin jika Valeria adalah wanita yang menghabiskan malam bersamanya saat itu. Tapi, tiba-tiba semua firasatnya terbantahkan oleh pengakuan Laura. Entah kenapa mengetahui bahwa wanita itu adalah Laura, ia sedikit kecewa.Revan segera melepaskan cengkeramannya pada Laura lalu berkata, "Baiklah aku mengerti."Laura terlihat terkejut melihat Revan yang kembali melepaskan dirinya, "Anda tidak ingin bicara atau membahas apapun tentang malam itu?""Kita bicarakan ini lagi nanti,"Laura hanya melongo mendengarnya. Apa-apaan ini? Kenapa semuanya sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia bayangkan? Padahal ia sudah mengaku bahwa ia adalah wanita itu, tapi kenapa Revan sama sekali tidak terlihat senang?"Tapi Pak, saya–""Kita bicara lagi nanti, silahkan keluar."Laura seketika terperangah, namun melihat sorot mata Revan yang menusuk ia segera membuka pintu ruangan atasannya itu lalu beranjak pergi. Laura menggigiti jari jemarinya dengan seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Tentang Anting

    "Anda mengatakan sesuatu Pak?" tanya Valeria saat mendengar gumaman kecil Revan.Revan yang masih tersenyum seketika merubah wajah datarnya, kini ia sudah menemukan wanita itu, ia harus bisa mengkonfirmasinya dari mulut Valeria sendiri."Tidak, tidak ada. Sepertinya kamu salah dengar,""Ah begitu, saya akan membawa berkas-berkas ini.""Tunggu sebentar, Valeria."Valeria tersentak saat Revan tiba-tiba bangkit lalu mendekat ke hadapannya. Wajah mereka sangat dekat hingga membuat Valeria merasa gugup seketika."Ada apa, Pak?""Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Maksudku di luar kantor?"Mata Valeria melebar sempurna mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Revan. Apa Revan menyadarinya? Apa pria itu tahu bahwa mereka pernah bertemu di suatu bar?"Kenapa Anda bertanya seperti itu?" Tanya Valeria dengan gugup."Entah kenapa kamu terlihat mirip dengan seseorang yang saya temui di suatu bar."Mendengar hal itu Valeria segera mengibaskan tangannya dengan cepat, "Saya ini wanita rumahan Pak,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Jadilah Kekasih Saya

    Jawab saya Valeria."Revan semakin mendekat, wajah mereka begitu dekat hingga Valeria menjadi semakin gugup."Jawab saya atau saya bisa melakukan hal yang tidak bisa kamu bayangkan."Valeria kembali tersentak saat wajah mereka hanya berjarak tinggal beberapa inchi saja."Itu adalah milik saya!" Teriak Valeria kuat saat Revan terus menekan dirinya. Bibir Revan hampir saja menempel jika Valeria tidak segera bertindak. Valeria tersentak saat sebuah senyuman lebar terlihat di wajah Revan Mahendra."I got you. Akhirnya kamu mengaku."Mata Valeria melebar sempurna mendengar ucapan Revan, kepalanya mulai mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi."Bapak menjebak saya?""Saya harus melakukan itu karena kamu selalu menghindar."Valeria seketika terperangah, dengan kesal ia mendorong tubuh Revan dari hadapannya, "Bapak tidak perlu melakukan hal ini untuk membuat saya mengaku, saya pasti akan mengganti kemeja Bapak," lanjut Valeria dengan nafas terengah-engah."Apa?""Bapak membuat keributan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Tentang Keluarga

    Valeria yang melihat Laura yang ditarik oleh Erik segera menahan mereka."Ada apa ini?""Ini semua gara-gara kamu, Valeria! Gara-gara kamu!"Valeria terlihat mengerutkan dahinya mendengar teriakan Laura. Namun, belum sempat ia kembali bertanya, Erik terlihat menahan dirinya, "Sebaiknya kamu jangan terlibat, ini keputusan Pak Revan,"Valeria hanya bisa terperangah tidak mengerti. Belum selesai dengan kebingungannya, ponselnya yang berada di dalam saku bajunya bergetar dengan kuat. Valeria segera melihat pesan itu, matanya seketika melebar sempurna melihat siapa yang mengirimkannya, Revan Mahendra."Temui saya sepulang bekerja."Valeria menggigiti jari jemarinya lalu merutuk kuat. Gawat! Revan pasti akan kembali mengungkit pembicaraan mereka tadi. Apa yang harus ia lakukan?Maka sebelum Revan keluar dari ruangannya, Valeria segera melesat keluar dari bilik kerjanya lalu memasuki lift. Sesampainya di sana, Valeria terlihat menghela nafasnya panjang, berpikir bahwa Revan tidak mungkin men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09

Bab terbaru

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kehancuran Barbara

    Melihat Barbara yang hanya terdiam, penjaga keamanan itu kembali mengulurkan tangannya, "Bu? Tolong kuncinya...""Yang benar saja, kamu lupa siapa saya?""Berikan kunci itu Barbara, mobil itu merupakan pemberianku!"Barbara berdecak saat Agung rupanya sudah menyusulnya keluar, dengan kesal ia mengembalikan kunci kepada penjaga keamanan itu, "Aku sama sekali tidak butuh mobil ini!" ujarnya dengan nada angkuh sambil melirik ke arah Agung.Setelah berkata seperti itu, Barbara segera menyetop taksi lalu masuk ke dalamnya. Ia sangat kesal dengan tindakan Agung yang seenaknya, seharusnya sejak dulu ia meninggalkan Agung agar ia tidak perlu bersusah payah seperti ini. Barbara segera meminta supir taksi untuk bergerak menuju ke alamat Revan. Ia harus segera kembali bersama Revan agar tua bangka itu tau rasa.Setelah sampai Barbara mengetuk pintu Revan dengan kuat."Revan buka! Tolong buka pintunya Revan!"Revan segera membuka pintu lalu terhenyak melihat Barbara di sana, "Barbara? Kenapa kau

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Pak Tua dan Wanita Gila

    "Revan!"Revan memutar matanya dengan jengah saat melihat Barbara ada di depan apartemennya. Setelah membuat dirinya dan Valeria bertengkar, bagaimana bisa Barbara masih memiliki muka untuk menemuinya?Revan memilih mengabaikan wanita itu lalu berjalan maju meninggalkannya."Revan, aku sedang bicara! Aku bahkan sudah jauh-jauh datang kemari, kenapa kamu malah mengabaikan ku?"Revan berdecak saat Barbara menarik lengannya dengan kuat. Ia menatap Barbara dengan raut wajah kesal, "Tidak ada yang menyuruhmu untuk datang kemari, Barbara. Ada apa? Apa yang kau inginkan lagi sekarang?""Kenapa kau selalu bersikap dingin padaku Revan? Aku kemari tentu saja untuk menemuimu."Revan menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Barbara, "Sebenarnya apa lagi yang kau inginkan dariku? Kau sudah berhasil membuat Valeria keluar dari rumah ini sekarang. Keinginanmu sudah terpenuhi, jadi tolong berhenti menggangguku."Sepertinya Barbara sama sekali tidak mendengarkan nada bahasa Revan yang sama sekali ti

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Terungkap

    Agung Mahendra tidak menyangka jika Valeria akan mengajaknya bertemu hari ini. Meski entah apa yang sebenarnya ingin wanita muda itu katakan hingga menyebutkan nama Barbara dan Revan hanya agar ia tidak menolak pertemuan mereka.Agung mengepalkan sebelah tangannya, lihat saja jika wanita rendahan itu berkata hal yang konyol, ia sungguh tidak akan diam saja kali ini.Agung merapihkan jasnya sebelum ia menghampiri Valeria. Tatapannya angkuh menatap tajam ke arah Valeria yang sudah datang terlebih dulu di tempat pertemuan mereka."Akhirnya Anda datang," ujar Valeria dengan senyuman tipis.Agung sama sekali tidak menunjukkan keramahtamahannya, "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Hubungan kita bukanlah sebagai mertua dan menantu yang baik hingga bisa berbincang seperti ini.""Bukankah Anda datang kemari karena penasaran dengan apa yang hendak saya katakan? Silahkan duduk terlebih dulu," ujar Valeria sambil mengulurkan tangannya meminta Revan untuk duduk di hadapannya.Agung berdeham se

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Hancurkan Aku

    Tadinya Revan hanya ingin mengikuti Valeria diam-diam tanpa diketahui oleh wanita itu. Setelah meninggalkan kediaman mereka semalam, Valeria sama sekali tidak mau mengangkat panggilannya. Wanita itu terus saja menghindar seolah ingin menjauh darinya setelah semua yang terjadi. Baru semalam Valeria meninggalkan rumah, tapi sungguh Revan sudah teramat kehilangannya. Jadi di sinilah ia sekarang menguntit wanita itu diam-diam demi untuk mengetahui kabarnya. Namun, siapa yang menyangka, Rionandra tiba-tiba muncul di sana memaksa Valeria entah untuk apa. Apa pria itu sengaja melakukan itu demi mendekati Valeria lagi?Revan segera mengambil langkah, tatapannya tajam mengarah ke arah tangan Valeria yang dicekal oleh Rionandra."Lepaskan dia, Pak Rionandra Mahendra."Mau tak mau Rio melepaskan pegangan tangannya, keduanya saling menatap tajam seolah sama-sama saling menantang."Sedang ada urusan apa Anda dengan istri saya?" tanya Revan dengan nada dominan.Rio terlihat mendengus, "Astaga, apa

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Rionandra Sudah Gila?

    Hari ini Rio sengaja mengajukan cuti demi bertemu Valeria. Ia berdiri di depan rumah mertuanya dengan bingung. Ia datang kemari tanpa pemberitahuan terlebih dulu, alasan apa yang bisa ia berikan kepada mertuanya agar tidak menimbulkan rasa curiga. Ah sudahlah, ia bisa berpura-pura menanyakan masalah pekerjaan sambil menemui Valeria.Rio segera menekan bel pintu, asisten rumah tangga Yanuar yang sudah mengenalnya segera mempersilahkan dirinya untuk masuk.Setelah meminta menunggu sebentar, Kalina datang menyambutnya."Rio, kenapa datang kemari mendadak begini? Kamu sendirian?"Rio mengangguk kecil, "Ya, Rio sendiri, Ma. Kata Lucia, kalian juga akan bertemu nanti sore.""Ah ya Mama mau pergi dengan Lucia, sudah lama sekali Mama tidak jalan-jalan dengan anak Mama."Rio hanya tersenyum, ia melemparkan pandangannya ke seluruh rumah, mencari keberadaan Valeria. Melihat gerak gerik Rio, Kalina menjadi curiga, "Kamu kenapa datang kemari?"Mendapat teguran dari Kalina, Rio menyentuh tengkuknya

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kabar

    "Aku akan berpisah dari Revan Mahendra,"Perkataan Valeria sontak membuat Herman tertegun di tempat, ia menatap ke arah puterinya mencoba mencari keraguan dalam nada bicara yang penuh dengan keyakinan itu, namun Valeria tetap menatapnya dengan tatapan tajam seolah sudah yakin dan memutuskan semuanya dengan tepat."Berpisah? Tapi bukankah pernikahan kalian baru berusia seumur jagung?""Pernikahan kami hanyalah sebuah kesepakatan untuk saling membantu, cepat atau lambat pernikahan ini akan berakhir, jadi aku hanya mempercepatnya.""Kau yakin?"Ada jeda sejenak untuk kemudian Valeria mengangguk, "Ya, jadi ayah tidak perlu bertanya bagaimana sikap dirinya padaku. Ku rasa tidak ada kewajiban dia harus berbuat baik padaku di pernikahan ini, benar bukan?"Meski merasa kesal dengan fakta yang diberikan oleh Valeria, Herman terlihat menghela nafas. Ya, pernikahan puterinya memang bukanlah pernikahan yang bisa dikatakan normal, jadi bagaimana bisa mereka menuntut keluarga Mahendra untuk bersika

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kembali Berjarak 2

    Revan terperangah mendengar ucapan Valeria, ia sungguh terkejut, darimana Valeria bisa mengetahui dirinya bersama dengan Barbara selama semalam penuh?"Kau tahu?""Bukankah Anda sendiri yang memberi tahukannya, Pak Revan?"Raut wajah Revan segera menjadi resah mendengar sapaan Valeria kepadanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Valeria kembali menjaga jarak?"Valeria, aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, sungguh aku tidak mengerti kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini?""Apa? Tidak mengerti?" Valeria seketika mendengus, rasanya ia ingin tertawa mendengarnya. Valeria segera mengambil ponselnya lalu menunjukkan pesan semalam yang ia terima dari Revan."Ini... Apakah Anda sengaja mengirim pesan ini agar saya melihatnya?"Revan terperangah, matanya melebar sempurna melihat foto yang diberikan oleh Valeria. Itu adalah fotonya, fotonya yang tengah tertidur sedang berdekatan dengan Barbara. Kening Revan berkerut dalam, kapan foto ini diambil? Apa Barbara yang mengambilnya? Sial,

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kembali Berjarak

    Barbara mengerjapkan matanya saat mulai tersadar dari pingsannya. Ia tersenyum saat melihat Revan yang berada di hadapannya sedang tertidur dengan lelap. Hatinya bersorak dengan riang. Berhasil! Ia berhasil membuat Revan mengikuti apa yang ia katakan, hanya dengan sedikit ancaman dan juga trik mengambil simpatinya, Barbara dapat kembali menjerat Revan untuk berada di sampingnya.Barbara mengusap lembut wajah Revan sambil bergumam, "Kamu akan selalu menjadi milikku, Revan. Lihat saja." Inilah yang Barbara inginkan, Revan Mahendra yang muda dan tampan rupawan, bukannya Agung si tua Bangka.Tepat saat ia tengah menikmati ketampanan Revan, ponsel Revan terdengar bergetar di sakunya. Penasaran, Barbara segera mengambil benda elektronik tersebut dengan perlahan dari sana, sepertinya ada yang mengirim pesan pada Revan saat ini. Raut wajah Barbara seketika berubah saat melihat siapa yang berada di layar depan ponsel itu, Valeria Anderson... Pesan apa yang dikirim wanita itu sebenarnya?Demi m

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kelicikan yang Tidak Terduga

    Revan masuk ke dalam mobilnya dengan cepat, sebenarnya ia merasa tidak nyaman karena harus meninggalkan Valeria saat ini, tapi sepertinya ia harus pergi. Revan segera memakai penyuara telinga lalu mulai menjawab panggilan dari sana. Ia berdecak dengan kuat. Barbara selalu saja membuat onar yang tidak pernah Revan duga."Barbara, apa yang sebenarnya tengah kau katakan? Jernihkan pikiranmu!" Teriak Revan mulai emosional. Tadi ia tidak bisa melakukannya karena ada Valeria di sekitarnya, ia tidak menyangka jika Barbara menghubunginya hanya untuk berkata bahwa ia hendak bunuh diri. Dengan suara tangis yang menggema, Barbara mengancam Revan untuk segera menemuinya atau ia akan berbuat nekad.Rahang Revan bergemretak, tidak, ia menyusul Barbara bukan karena masih mencintainya, namun Jika Barbara benar-benar berbuat nekad maka ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah melukai orang lain."Aku hanya ingin kita kembali bersama, Revan. Aku hanya mencintaimu, jika kau memilih bersama o

DMCA.com Protection Status