Share

Aroma yang Mirip

Penulis: Baby Yangfa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-04 08:41:37

Valeria tersentak mendengar ucapan Revan yang menyebut mereka sebagai teman dekat. Ia sudah hendak menjelaskan tentang Revan, namun Revan terlihat tersenyum ke arahnya lalu menggenggam tangannya.

"Teknisnya aku sedang mendekati wanita ini," lanjut Revan kembali membungkam mulut Valeria.

Lucia dan Rionandra terlihat terperangah, Rio yang mulai merasa kesal karena ada pria lain yang dekat dengan Valeria ketika hubungan mereka belum lama berakhir segera mengepalkan sebelah tangan. Ia melepas genggaman tangan Lucia lalu maju mendekat dengan tatapan tajam.

"Teman dekat? Aku tidak pernah melihat orang sepertimu dekat dengan Valeria sebelumnya."

"Sepertinya Valeria tidak banyak bercerita tentangku. Aku sungguh kecewa, Val. Padahal aku berharap kau memberi tahu siapapun tentangku."

Valeria yang mendengar ucapan Revan hanya tersenyum canggung, entah apa sebenarnya yang dilakukan pria ini. Sementara tatapan Rio semakin tajam terhadap pria itu, ia sungguh tidak suka dengan Revan yang memanggil Valeria dengan akrab.

"Tapi ngomong-ngomong kalian siapa?"

"Val adalah Kakak tiri kekasihku, Lucia. Jadi aku harus tahu siapa saja yang dekat dengan Valeria."

"Ah begitu? Salam kenal. Semoga kita bisa menjadi satu keluarga nantinya."

"Satu keluarga?" Tanya Rio dan Lucia sambil berpandangan.

Valeria melongo mendengar ucapan Revan yang semakin kacau, ia segera menarik lengan atas pria itu lalu berkata, "Ah sepertinya kami harus segera pergi, nikmati saja waktu kalian. Aku sudah sangat lapar Revan, ayo kita pergi."

Tanpa berpikir panjang Valeria segera menyeret Revan menyingkir dari sana. Setelah dirasa Rio dan Lucia sudah tidak berada di sekitar mereka, Valeria segera melepaskan Revan lalu bertanya dengan nada panik, "Apa maksud Bapak sebenarnya? Kenapa Bapak berkata seperti itu?"

"Saya dengar kamu dituduh menjadi penguntit, jadi saya hanya membantu kamu." balas Revan sambil mengangkat bahu.

Valeria terlihat memijat kepalanya mendengar balasan Revan yang tanpa beban. Lucia dan Rionandra yang sudah mendengar hal ini pasti tidak akan diam, mereka pasti akan terus mengulik tentang Revan. Dan ketika tahu bahwa Revan hanya berpura-pura, ia sendiri yang merasa akan lebih malu nanti.

"Bapak tidak seharusnya ikut campur dengan urusan saya," ucap Valeria sebal.

Mendengar hal itu, Revan terlihat menyilangkan tangannya di depan dada, merasa tersinggung dengan ucapan Valeria, "Bukankah seharusnya kamu berterima kasih pada saya karena bantuan ini?"

"Saya tidak meminta Anda untuk membantu saya."

"Sepertinya kamu senang dianggap sebagai penguntit. Baiklah, itu tidak akan terulang lagi, seharusnya saya diam saja tadi," balas Revan sinis lalu berjalan meninggalkan Valeria dengan langkah lebar.

Valeria menepuk bibirnya beberapa kali melihat raut wajah Revan yang ditekuk. Bagaimana bisa mulutnya begitu berani mengatakan hal itu pada atasannya sendiri? Jika Revan tersinggung, bukankah dia sendiri yang akan mendapatkan akibatnya?

****

Setelah kejadian kemarin, Revan benar-benar tidak mengusiknya. Ia hanya memberikan beberapa tugas kepada Valeria dengan dingin. Tidak ada lagi keramahan yang terlihat di matanya seperti saat ia mengajak Valeria untuk makan bersama.

Valeria berjalan kesana kemari dengan gelisah. Seharusnya ia tidak membuat atasannya marah. Melihat Revan tidak mengatakan sepatah kata apapun selama sehari ini membuat Valeria menjadi bingung. Ia harus bicara dengan Revan, ia tidak bisa terus didiamkan seperti ini. Lebih baik ia diomeli daripada melihat Revan yang hanya diam seribu bahasa. Itu lebih menakutkan. Bagaimana jika Revan diam-diam menulis surat pemecatan untuknya?

Valeria segera membuka pintu lalu berdeham, "Bapak marah kepada saya?" Tanyanya tanpa basa basi.

Revan mengangkat wajahnya lalu mengerutkan dahi, "Marah? Untuk apa saya marah?"

"Saya minta maaf soal kejadian kemarin jika itu menyinggung Bapak. Saya tidak bermaksud melakukannya.

"Tidak perlu meminta maaf, kamu benar, itu bukan urusan saya, entah kenapa pula saya ingin mencampuri urusan kamu kemarin. Itu salah saya, bukan kamu." ujar Revan. Sebenarnya ia memilih diam hari ini bukan karena marah kepada wanita itu, namun ia merasa aneh kenapa ia ingin ikut campur kemarin. Valeria, wanita di hadapannya ini entah kenapa selalu saja membuatnya cemas padahal ia dan Valeria tidak memiliki hubungan apapun. Sejak kapan dirinya merasa tertarik dengan masalah orang lain?

"Lalu kenapa Bapak diam saja sejak kemarin?"

"Saya hanya memiliki banyak pekerjaan. Itu saja." Balas Revan enggan menjelaskan yang sebenarnya.

Valeria berdecak merasa sangat malu dengan jawaban Revan. Kenapa dia harus begitu percaya diri bahwa Revan terganggu dengan kejadian kemarin? Valeria bukan siapa-siapa baginya.

"Ah syukurlah saya pikir Bapak marah kepada saya. Kalau begitu ada yang ingin saya tanyakan Pak," ungkap Valeria kembali demi menutupi rasa malunya.

Valeria terlihat membuka suatu berkas laporan lalu menunjukkannya ke arah Revan, "Bapak meminta saya meninjau ulang berkas laporan mengenai kerjasama perusahaan dengan BestBuilding, laporan aslinya ada dimana ya, Pak?"

"Oh ada di lemari berkas paling atas, kamu ambil saja, itu yang warna kuning."

Valeria mengikuti arah telunjuk Revan, ia segera menghampiri lemari berkas itu yang berada di samping Revan. Valeria terhenyak, ternyata lemarinya tinggi sekali. Ia segera berjinjit untuk mendapatkan berkas itu.

"Sedikit lagi... Sedikiiit lagi..."

Namun karena kurang perhitungan, lemari pun ikut bergoyang karena seluruh susunan berkas itu ikut roboh.

Astaga!

Valeria menutup matanya mengira bahwa seluruh susunan berkas juga lemari itu akan menimpa tubuhnya, namun ia terhenyak menyadari bahwa tubuhnya tidak tertimpa apapun sama sekali. Valeria segera membuka mata, matanya melebar sempurna karena ternyata Revan melindungi dirinya. Tubuhnya dipeluk dengan erat oleh pria itu. Revan terlihat meringis merasakan lemari itu menimpa punggungnya dengan kuat.

"Kamu tidak apa-apa?

"Astaga Paak!" Valeria segera menjerit, ia segera bangkit lalu membantu Revan untuk mengangkat lemari itu. Dengan bantuannya, Revan berhasil mendudukkan kembali posisi lemari ke arah semula, "Saya baik-baik saja, Bapak sendiri bagaimana? Apa Bapak terluka?"

Meski Revan masih terlihat meringis, namun ia segera menggeleng, "Tidak apa-apa, lain kali hati-hati."

"Maafkan saya, Pak. Sungguh maafkan saya." ucap Valeria sambil menundukkan kepalanya beberapa kali dengan raut wajah bersalah.

"Sudahlah tidak apa-apa, kembali saja ke ruangan kamu."

"Benar Bapak tidak apa-apa? Apa saya tidak perlu memanggil dokter kesini?"

"Saya tidak apa-apa, lemari itu memiliki material yang ringan, jadi tidak perlu cemas. Kembali saja ke ruangan kamu,"

Meski masih merasa cemas melihat keadaan Revan, Valeria akhirnya mengangguk lalu meninggalkan ruangan.

Sepeninggal Valeria, Revan terlihat mengerutkan dahinya dengan bingung. Ketika ia memeluk Valeria, aroma parfum darinya entah kenapa mengingatkannya dengan aroma parfum seseorang. Wanita itu... Ya, aroma parfum Valeria terasa sangat familiar dengan wanita yang menghabiskan malam bersamanya saat itu. Ia memang sudah beberapa kali memeluk Valeria, namun itu hanya pelukan singkat. Sementara tadi pelukan mereka berlangsung cukup lama hingga ia menyadari hal ini. Parfum dan aroma mereka memang mirip.

Revan terlihat menatap ke arah Valeria dengan penasaran melalui kaca ruangannya. Apa wanita itu dan Valeria adalah orang yang sama?

Revan segera mengambil ponsel yang berada di saku jasnya lalu menempelkan benda itu ke arah telinga, "Erik, datang ke ruangan saya, ada yang ingin saya bicarakan."

Bab terkait

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Masalah Parfum

    "Ah tunggu... Jangan di ruangan saya, kita bicara di balkon saja." ucap Revan selanjutnya mengingat bahwa Valeria masih ada di sana."Baik Pak, saya akan pergi menuju balkon sekarang."Revan segera keluar dari ruangannya, Valeria yang melihat Revan hendak bergegas segera bangkit berdiri, "Pak, Anda mau kemana?""Ada yang harus saya lakukan, kamu di sini saja."Meski merasa bingung dengan tindakan Revan, Valeria akhirnya mengangguk lalu duduk kembali di kursinya. Revan segera bergegas menuju balkon, ia harus tahu apakah Valeria dan wanita itu adalah orang yang sama atau bukan.Erik sudah menunggu di sana, ia menundukkan wajahnya saat melihat kedatangan Revan."Bagaimana hasil pencarian kamu tentang wanita itu, Erik?"Erik terlihat mengerutkan alis, "Wanita itu?""Wanita yang ku temui di bar Rodeo Angels, apa kamu melupakan tugas itu?"Erik segera menunduk kembali. Astaga, bukan ia melupakan tugas itu, tapi sungguh mencari keberadaan dan identitas wanita itu bagai mencari jarum dalam t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Saya Adalah Wanita Itu

    "Ah tentu saja," balas Valeria dengan canggung. Meski ia merasa aneh dengan permintaan Laura, namun tidak mungkin ia bisa menolak hal ini begitu saja. Ini hanya masalah soal parfum, tidak akan jadi masalah untuk ke depannya, bukan?Valeria segera mengambil ponsel lalu menunjukkan merek parfum yang ia gunakan ke arah Laura. Laura tersenyum dengan lebar melihat Valeria yang memberikan hal itu secara cuma-cuma."Aku akan langsung memesannya, kau benar-benar baik, Val. Setelah ini kita akan berteman baik,"Valeria hanya balas tersenyum dengan canggung. Ia mengangkat bahunya, mencoba tidak berburuk sangka kepada wanita yang berada di sampingnya. Mungkin Laura memang hanya menyukai parfum itu. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Berteman dengan Laura juga tidak ada salahnya, ia pegawai baru ia harus banyak membangun koneksi. Lagipula karena Revan, rekan kerja yang awalnya dekat dengannya kini seperti menghindar darinya.Mobil milik Laura pun mulai berjalan meninggalkan area kantor menuju fla

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Akhirnya Aku Menemukanmu

    Revan sungguh tidak menyangka, tadinya ia sungguh yakin jika Valeria adalah wanita yang menghabiskan malam bersamanya saat itu. Tapi, tiba-tiba semua firasatnya terbantahkan oleh pengakuan Laura. Entah kenapa mengetahui bahwa wanita itu adalah Laura, ia sedikit kecewa.Revan segera melepaskan cengkeramannya pada Laura lalu berkata, "Baiklah aku mengerti."Laura terlihat terkejut melihat Revan yang kembali melepaskan dirinya, "Anda tidak ingin bicara atau membahas apapun tentang malam itu?""Kita bicarakan ini lagi nanti,"Laura hanya melongo mendengarnya. Apa-apaan ini? Kenapa semuanya sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia bayangkan? Padahal ia sudah mengaku bahwa ia adalah wanita itu, tapi kenapa Revan sama sekali tidak terlihat senang?"Tapi Pak, saya–""Kita bicara lagi nanti, silahkan keluar."Laura seketika terperangah, namun melihat sorot mata Revan yang menusuk ia segera membuka pintu ruangan atasannya itu lalu beranjak pergi. Laura menggigiti jari jemarinya dengan seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Tentang Anting

    "Anda mengatakan sesuatu Pak?" tanya Valeria saat mendengar gumaman kecil Revan.Revan yang masih tersenyum seketika merubah wajah datarnya, kini ia sudah menemukan wanita itu, ia harus bisa mengkonfirmasinya dari mulut Valeria sendiri."Tidak, tidak ada. Sepertinya kamu salah dengar,""Ah begitu, saya akan membawa berkas-berkas ini.""Tunggu sebentar, Valeria."Valeria tersentak saat Revan tiba-tiba bangkit lalu mendekat ke hadapannya. Wajah mereka sangat dekat hingga membuat Valeria merasa gugup seketika."Ada apa, Pak?""Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Maksudku di luar kantor?"Mata Valeria melebar sempurna mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Revan. Apa Revan menyadarinya? Apa pria itu tahu bahwa mereka pernah bertemu di suatu bar?"Kenapa Anda bertanya seperti itu?" Tanya Valeria dengan gugup."Entah kenapa kamu terlihat mirip dengan seseorang yang saya temui di suatu bar."Mendengar hal itu Valeria segera mengibaskan tangannya dengan cepat, "Saya ini wanita rumahan Pak,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Jadilah Kekasih Saya

    Jawab saya Valeria."Revan semakin mendekat, wajah mereka begitu dekat hingga Valeria menjadi semakin gugup."Jawab saya atau saya bisa melakukan hal yang tidak bisa kamu bayangkan."Valeria kembali tersentak saat wajah mereka hanya berjarak tinggal beberapa inchi saja."Itu adalah milik saya!" Teriak Valeria kuat saat Revan terus menekan dirinya. Bibir Revan hampir saja menempel jika Valeria tidak segera bertindak. Valeria tersentak saat sebuah senyuman lebar terlihat di wajah Revan Mahendra."I got you. Akhirnya kamu mengaku."Mata Valeria melebar sempurna mendengar ucapan Revan, kepalanya mulai mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi."Bapak menjebak saya?""Saya harus melakukan itu karena kamu selalu menghindar."Valeria seketika terperangah, dengan kesal ia mendorong tubuh Revan dari hadapannya, "Bapak tidak perlu melakukan hal ini untuk membuat saya mengaku, saya pasti akan mengganti kemeja Bapak," lanjut Valeria dengan nafas terengah-engah."Apa?""Bapak membuat keributan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Tentang Keluarga

    Valeria yang melihat Laura yang ditarik oleh Erik segera menahan mereka."Ada apa ini?""Ini semua gara-gara kamu, Valeria! Gara-gara kamu!"Valeria terlihat mengerutkan dahinya mendengar teriakan Laura. Namun, belum sempat ia kembali bertanya, Erik terlihat menahan dirinya, "Sebaiknya kamu jangan terlibat, ini keputusan Pak Revan,"Valeria hanya bisa terperangah tidak mengerti. Belum selesai dengan kebingungannya, ponselnya yang berada di dalam saku bajunya bergetar dengan kuat. Valeria segera melihat pesan itu, matanya seketika melebar sempurna melihat siapa yang mengirimkannya, Revan Mahendra."Temui saya sepulang bekerja."Valeria menggigiti jari jemarinya lalu merutuk kuat. Gawat! Revan pasti akan kembali mengungkit pembicaraan mereka tadi. Apa yang harus ia lakukan?Maka sebelum Revan keluar dari ruangannya, Valeria segera melesat keluar dari bilik kerjanya lalu memasuki lift. Sesampainya di sana, Valeria terlihat menghela nafasnya panjang, berpikir bahwa Revan tidak mungkin men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Katanya Banyak Uang

    Besoknya Valeria segera bergerak menuju ke ruangan Revan. Emosinya yang belum terkontrol oleh tindakan keluarganya membuat Valeria tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia segera mengetuk pintu ruangan Revan dengan terburu membuat Revan yang sedang melihat suatu berkas seketika mengangkat wajahnya."Saya ingin bicara soal penawaran Anda kemarin, Pak,""Setelah kau menghindariku berkali-kali ketika aku ingin bicara, sekarang kau yang menawarkan diri sendiri untuk bicara denganku. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa itu karena kejadian di restoran saat itu?"Valeria terhenyak mendengar ucapan Revan yang tepat sasaran. Tidak ingin menjelaskan lebih detail tentang Rio dan Lucia, Valeria segera berkata, "Itu tidak penting untuk kita bahas, yang pasti saya butuh Anda untuk datang ke acara pernikahan mereka yang sepertinya akan diadakan tidak lama lagi.""Wah... Jadi mereka sudah akan menikah? Sepertinya pria itu sudah mengambil keputusan untuk membuangmu. Sebenarnya apa hubunganmu dengannya? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11
  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Cium Saya

    "Mana mungkin, sepertinya Kak Rio salah memberikan kartu kepadaku. Sebentar aku akan bertanya padanya." balas Lucia.Valeria mengangguk, ia terdiam di samping Lucia menunggu adik tirinya itu menelpon Rio. Saat samar-samar ia mendengar suara operator yang mengangkat panggilan Lucia, Valeria hampir saja tergelak. Lucia terlihat menggerutu dengan kesal karena panggilannya terabaikan. Lihat, bukan? Baik Lucia ataupun Rionandra sepertinya mereka banyak beromong besar saja."Bagaimana, Lucia sayang?" ujar Valeria dengan nada sindiran yang masih melekat."Kak Rio sepertinya sedang meeting penting di kantor, aku tidak seharusnya menggangu. Aku akan membeli gaun ini lain kali," balas Lucia dengan tergeragap.Mendengar ucapan Lucia, pegawai yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Lucia yang angkuh segera berkata, "Tidak bisa, Anda sudah berjalan kesana kemari dengan gaun itu sejak Anda mencobanya, saya khawatir gaun itu akan kotor,""Saya akan membelinya sebentar lagi, kenapa harus ribut sih?

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11

Bab terbaru

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kehancuran Barbara

    Melihat Barbara yang hanya terdiam, penjaga keamanan itu kembali mengulurkan tangannya, "Bu? Tolong kuncinya...""Yang benar saja, kamu lupa siapa saya?""Berikan kunci itu Barbara, mobil itu merupakan pemberianku!"Barbara berdecak saat Agung rupanya sudah menyusulnya keluar, dengan kesal ia mengembalikan kunci kepada penjaga keamanan itu, "Aku sama sekali tidak butuh mobil ini!" ujarnya dengan nada angkuh sambil melirik ke arah Agung.Setelah berkata seperti itu, Barbara segera menyetop taksi lalu masuk ke dalamnya. Ia sangat kesal dengan tindakan Agung yang seenaknya, seharusnya sejak dulu ia meninggalkan Agung agar ia tidak perlu bersusah payah seperti ini. Barbara segera meminta supir taksi untuk bergerak menuju ke alamat Revan. Ia harus segera kembali bersama Revan agar tua bangka itu tau rasa.Setelah sampai Barbara mengetuk pintu Revan dengan kuat."Revan buka! Tolong buka pintunya Revan!"Revan segera membuka pintu lalu terhenyak melihat Barbara di sana, "Barbara? Kenapa kau

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Pak Tua dan Wanita Gila

    "Revan!"Revan memutar matanya dengan jengah saat melihat Barbara ada di depan apartemennya. Setelah membuat dirinya dan Valeria bertengkar, bagaimana bisa Barbara masih memiliki muka untuk menemuinya?Revan memilih mengabaikan wanita itu lalu berjalan maju meninggalkannya."Revan, aku sedang bicara! Aku bahkan sudah jauh-jauh datang kemari, kenapa kamu malah mengabaikan ku?"Revan berdecak saat Barbara menarik lengannya dengan kuat. Ia menatap Barbara dengan raut wajah kesal, "Tidak ada yang menyuruhmu untuk datang kemari, Barbara. Ada apa? Apa yang kau inginkan lagi sekarang?""Kenapa kau selalu bersikap dingin padaku Revan? Aku kemari tentu saja untuk menemuimu."Revan menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Barbara, "Sebenarnya apa lagi yang kau inginkan dariku? Kau sudah berhasil membuat Valeria keluar dari rumah ini sekarang. Keinginanmu sudah terpenuhi, jadi tolong berhenti menggangguku."Sepertinya Barbara sama sekali tidak mendengarkan nada bahasa Revan yang sama sekali ti

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Terungkap

    Agung Mahendra tidak menyangka jika Valeria akan mengajaknya bertemu hari ini. Meski entah apa yang sebenarnya ingin wanita muda itu katakan hingga menyebutkan nama Barbara dan Revan hanya agar ia tidak menolak pertemuan mereka.Agung mengepalkan sebelah tangannya, lihat saja jika wanita rendahan itu berkata hal yang konyol, ia sungguh tidak akan diam saja kali ini.Agung merapihkan jasnya sebelum ia menghampiri Valeria. Tatapannya angkuh menatap tajam ke arah Valeria yang sudah datang terlebih dulu di tempat pertemuan mereka."Akhirnya Anda datang," ujar Valeria dengan senyuman tipis.Agung sama sekali tidak menunjukkan keramahtamahannya, "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Hubungan kita bukanlah sebagai mertua dan menantu yang baik hingga bisa berbincang seperti ini.""Bukankah Anda datang kemari karena penasaran dengan apa yang hendak saya katakan? Silahkan duduk terlebih dulu," ujar Valeria sambil mengulurkan tangannya meminta Revan untuk duduk di hadapannya.Agung berdeham se

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Hancurkan Aku

    Tadinya Revan hanya ingin mengikuti Valeria diam-diam tanpa diketahui oleh wanita itu. Setelah meninggalkan kediaman mereka semalam, Valeria sama sekali tidak mau mengangkat panggilannya. Wanita itu terus saja menghindar seolah ingin menjauh darinya setelah semua yang terjadi. Baru semalam Valeria meninggalkan rumah, tapi sungguh Revan sudah teramat kehilangannya. Jadi di sinilah ia sekarang menguntit wanita itu diam-diam demi untuk mengetahui kabarnya. Namun, siapa yang menyangka, Rionandra tiba-tiba muncul di sana memaksa Valeria entah untuk apa. Apa pria itu sengaja melakukan itu demi mendekati Valeria lagi?Revan segera mengambil langkah, tatapannya tajam mengarah ke arah tangan Valeria yang dicekal oleh Rionandra."Lepaskan dia, Pak Rionandra Mahendra."Mau tak mau Rio melepaskan pegangan tangannya, keduanya saling menatap tajam seolah sama-sama saling menantang."Sedang ada urusan apa Anda dengan istri saya?" tanya Revan dengan nada dominan.Rio terlihat mendengus, "Astaga, apa

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Rionandra Sudah Gila?

    Hari ini Rio sengaja mengajukan cuti demi bertemu Valeria. Ia berdiri di depan rumah mertuanya dengan bingung. Ia datang kemari tanpa pemberitahuan terlebih dulu, alasan apa yang bisa ia berikan kepada mertuanya agar tidak menimbulkan rasa curiga. Ah sudahlah, ia bisa berpura-pura menanyakan masalah pekerjaan sambil menemui Valeria.Rio segera menekan bel pintu, asisten rumah tangga Yanuar yang sudah mengenalnya segera mempersilahkan dirinya untuk masuk.Setelah meminta menunggu sebentar, Kalina datang menyambutnya."Rio, kenapa datang kemari mendadak begini? Kamu sendirian?"Rio mengangguk kecil, "Ya, Rio sendiri, Ma. Kata Lucia, kalian juga akan bertemu nanti sore.""Ah ya Mama mau pergi dengan Lucia, sudah lama sekali Mama tidak jalan-jalan dengan anak Mama."Rio hanya tersenyum, ia melemparkan pandangannya ke seluruh rumah, mencari keberadaan Valeria. Melihat gerak gerik Rio, Kalina menjadi curiga, "Kamu kenapa datang kemari?"Mendapat teguran dari Kalina, Rio menyentuh tengkuknya

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kabar

    "Aku akan berpisah dari Revan Mahendra,"Perkataan Valeria sontak membuat Herman tertegun di tempat, ia menatap ke arah puterinya mencoba mencari keraguan dalam nada bicara yang penuh dengan keyakinan itu, namun Valeria tetap menatapnya dengan tatapan tajam seolah sudah yakin dan memutuskan semuanya dengan tepat."Berpisah? Tapi bukankah pernikahan kalian baru berusia seumur jagung?""Pernikahan kami hanyalah sebuah kesepakatan untuk saling membantu, cepat atau lambat pernikahan ini akan berakhir, jadi aku hanya mempercepatnya.""Kau yakin?"Ada jeda sejenak untuk kemudian Valeria mengangguk, "Ya, jadi ayah tidak perlu bertanya bagaimana sikap dirinya padaku. Ku rasa tidak ada kewajiban dia harus berbuat baik padaku di pernikahan ini, benar bukan?"Meski merasa kesal dengan fakta yang diberikan oleh Valeria, Herman terlihat menghela nafas. Ya, pernikahan puterinya memang bukanlah pernikahan yang bisa dikatakan normal, jadi bagaimana bisa mereka menuntut keluarga Mahendra untuk bersika

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kembali Berjarak 2

    Revan terperangah mendengar ucapan Valeria, ia sungguh terkejut, darimana Valeria bisa mengetahui dirinya bersama dengan Barbara selama semalam penuh?"Kau tahu?""Bukankah Anda sendiri yang memberi tahukannya, Pak Revan?"Raut wajah Revan segera menjadi resah mendengar sapaan Valeria kepadanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Valeria kembali menjaga jarak?"Valeria, aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, sungguh aku tidak mengerti kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini?""Apa? Tidak mengerti?" Valeria seketika mendengus, rasanya ia ingin tertawa mendengarnya. Valeria segera mengambil ponselnya lalu menunjukkan pesan semalam yang ia terima dari Revan."Ini... Apakah Anda sengaja mengirim pesan ini agar saya melihatnya?"Revan terperangah, matanya melebar sempurna melihat foto yang diberikan oleh Valeria. Itu adalah fotonya, fotonya yang tengah tertidur sedang berdekatan dengan Barbara. Kening Revan berkerut dalam, kapan foto ini diambil? Apa Barbara yang mengambilnya? Sial,

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kembali Berjarak

    Barbara mengerjapkan matanya saat mulai tersadar dari pingsannya. Ia tersenyum saat melihat Revan yang berada di hadapannya sedang tertidur dengan lelap. Hatinya bersorak dengan riang. Berhasil! Ia berhasil membuat Revan mengikuti apa yang ia katakan, hanya dengan sedikit ancaman dan juga trik mengambil simpatinya, Barbara dapat kembali menjerat Revan untuk berada di sampingnya.Barbara mengusap lembut wajah Revan sambil bergumam, "Kamu akan selalu menjadi milikku, Revan. Lihat saja." Inilah yang Barbara inginkan, Revan Mahendra yang muda dan tampan rupawan, bukannya Agung si tua Bangka.Tepat saat ia tengah menikmati ketampanan Revan, ponsel Revan terdengar bergetar di sakunya. Penasaran, Barbara segera mengambil benda elektronik tersebut dengan perlahan dari sana, sepertinya ada yang mengirim pesan pada Revan saat ini. Raut wajah Barbara seketika berubah saat melihat siapa yang berada di layar depan ponsel itu, Valeria Anderson... Pesan apa yang dikirim wanita itu sebenarnya?Demi m

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kelicikan yang Tidak Terduga

    Revan masuk ke dalam mobilnya dengan cepat, sebenarnya ia merasa tidak nyaman karena harus meninggalkan Valeria saat ini, tapi sepertinya ia harus pergi. Revan segera memakai penyuara telinga lalu mulai menjawab panggilan dari sana. Ia berdecak dengan kuat. Barbara selalu saja membuat onar yang tidak pernah Revan duga."Barbara, apa yang sebenarnya tengah kau katakan? Jernihkan pikiranmu!" Teriak Revan mulai emosional. Tadi ia tidak bisa melakukannya karena ada Valeria di sekitarnya, ia tidak menyangka jika Barbara menghubunginya hanya untuk berkata bahwa ia hendak bunuh diri. Dengan suara tangis yang menggema, Barbara mengancam Revan untuk segera menemuinya atau ia akan berbuat nekad.Rahang Revan bergemretak, tidak, ia menyusul Barbara bukan karena masih mencintainya, namun Jika Barbara benar-benar berbuat nekad maka ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah melukai orang lain."Aku hanya ingin kita kembali bersama, Revan. Aku hanya mencintaimu, jika kau memilih bersama o

DMCA.com Protection Status