"Kamu sudah menunggu lama, Sayang?"Valeria mengerjapkan matanya, mencoba menetralkan hatinya saat mendengar panggilan lembut yang diucapkan Revan Mahendra. Ia tersenyum dengan kikuk, terlebih saat merasakan ikatan tangan Revan yang menyentuh pinggangnya dengan erat. Valeria menghela nafasnya panjang, tenang... Ia harus tenang."Kamu kekasih Valeria?" Tanya Herman dengan tatapan intimidasi. Pria tua itu terlihat menelisik ke arah sosok Revan di hadapannya.Revan mengulas senyum, tanpa merasa terbebani sama sekali dengan tatapan menghakimi seluruh keluarga Valeria. Ia melepaskan pegangan tangannya di pinggang Valeria lalu berkata, "Ya, saya Revan Mahendra. Senang bertemu dengan Anda, Pak Herman,"Kalina yang mendengar hal itu seketika terperangah, "Revan Mahendra? Apa Anda adalah putera sulung dari Agung Mahendra, pemilik perusahaan Best Building, perusahaan terbaik di kota ini?"Semua orang terlonjak mendengar ucapan Kalina, apalagi Lucia ia tidak menyangka jika pria yang katanya keka
Revan seketika mendengus mendengar ucapan Rionandra di depannya. Ini adalah hari pernikahannya bersama dengan wanita lain, tapi tanpa tahu malu Rionandra malah membahas hubungannya dengan Valeria yang sudah berlalu."Saya tidak tahu jika Anda memiliki sifat percaya diri yang luar biasa, Pak Rionandra Mahardika. Darimana Anda yakin jika Valeria tidak bisa melupakan Anda? Dia bahkan sama sekali tidak mengingat dirimu."Emosi Rio mulai terpancing mendengar ucapan Revan, "Apa Anda bilang?""Sepertinya Anda terlalu berhalusinasi, Valeria sudah melupakan Anda jauh setelah Anda mencampakkannya begitu saja. Apa Anda tidak lihat bagaimana dia memperlakukan saya dengan begitu lembut? Anda bukanlah apa-apa bagi Valeria sekarang. Anda tidak seistimewa itu, Pak Rionandra.""Kau!"Revan terlihat tersenyum lebar, ia menyentuh bahu Rio sebagai cara intimidasi, ia mendekat ke arah Rio lalu berbisik dengan perlahan, "Hubungan kami sangat bergairah setiap harinya. Bagaimana? Apa Anda bisa membayangkanny
"Astaga Sayang!"Kalina berteriak dengan histeris saat melihat keadaan kamar Lucia yang begitu kacau. Semuanya berantakan layaknya kapal pecah, Kalina benar-benar tidak menduga bahwa keadaan Lucia menjadi sekacau ini. Ia segera berlari menghampiri puterinya yang terduduk dengan memeluk lutut sambil menangis hebat."Rio meninggalkan aku, Ma. Dia benar-benar meninggalkan aku huhuhu."Kalina segera memeluk erat Lucia, mengusap-usap bahunya untuk menenangkan puterinya itu."Sayang, tenanglah Sayang.""Mana bisa aku tenang Ma, kak Rio sudah kehilangan minat padaku. Ini semua gara-gara Valeria, dia pasti sengaja ingin menarik perhatian Kak Rio disaat pernikahan kami." Jerit Lucia histeris."Sayang, tenanglah. Mama akan mencari cara.""Memangnya apa yang bisa kita lakukan? Valeria memiliki Revan Mahendra yang bisa memberikan apapun untuknya, sedangkan aku? Aku malah ditinggalkan oleh Kak Rio, ini sungguh tidak adil, Ma! Tidak adil!" teriak Lucia kembali semakin histeris."Tentu saja kita mem
Melihat bahwa Agung mulai terpancing emosi, Kalina seketika tersenyum, ia mulai membuka mulutnya dengan menggebu-gebu, "Namanya Valeria, dia bekerja di kantor putera Anda. Tapi tolong Tuan, Anda jangan melukainya karena dia adalah puteri saya juga." balasnya masih menyimpan kepura-puraannya. Mendengar kenyataan itu, Agung seketika bangkit, wajahnya semakin merah padam, "Apa? Jadi wanita rendah itu juga bekerja di kantor anakku?""Tolong jangan marah, saya mengatakan hal ini hanya ingin menyapa Anda. Tolong jangan lukai puteri saya. Saya mohon," ucap Kalina dengan air mata buaya yang mulai berderai."Keluar, biar aku yang mengurusnya.""Tapi Pak, tolong... Tolong jangan lukai puteri saya.""Keluar ku bilang!"Kalina dan Lucia segera bangkit lalu keluar dari ruangan Agung. Sebuah tawa memekakkan telinga segera terdengar tepat setelah mereka menjauh dari Agung. Rencana mereka berhasil, Agung sepertinya mulai terpancing emosi karena mengetahui hubungan Revan dengan Valeria."Akting Mama
"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang melawan ayahmu sendiri?"Revan terlihat menghela nafas, alih-alih menjawab perkataan ayahnya, Revan memilih menghampiri Valeria lalu bertanya dengan nada cemas, "Apa kamu baik-baik saja?""Ya, saya baik-baik saja."Melihat Revan yang tidak menjawabnya dan malah menghampiri Valeria, Agung Mahendra terlihat semakin marah,"Kamu sedang mengabaikan Ayah, Hah?"Revan terlihat bergeming, ia membuka jasnya sejenak lalu mengalungkan benda itu ke arah tubuh Valeria."Pak, Anda tidak perlu melakukan ini," ucap Valeria hendak melepas jas yang menghampiri di tubuhnya, namun Revan segera menahan gerakan wanita itu, "Tidak apa-apa, pakai." Balas Revan dengan nada mendominasi.Mendengar hal itu Valeria segera memakai kembali jas milik atasannya.Mata Agung Mahendra yang semula sudah menatap tajam ke arah mereka kini semakin membulat lebar dengan murka, "Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan di depanku?"Revan kembali menghela nafas, untuk kemudian ia membal
Sepertinya Valeria sudah gila saat menyetujui usul Revan yang memintanya untuk menjadi calon istrinya. Entah apa yang sebenarnya Valeria pikirkan saat kepalanya mengangguk begitu saja saat mendengar permintaan Revan yang terdengar begitu putus asa. Apa kewarasannya semakin lama semakin terkikis karena terlalu sering bersama dengan Revan? Atau karena hatinya terlalu goyah saat melihat wajah tampan Revan yang kuyu di hadapannya? Valeria mendesah kasar, ia memang selalu lemah terhadap pandangan menyedihkan dari orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Pantas saja ia bisa dengan mudah dikhianati oleh Lucia dan juga Rio, Valeria memang senaif itu.Sekarang setelah persetujuan asal yang ia lakukan kemarin, Valeria harus mengikuti rencana Revan. Hari ini Revan memintanya mengikuti pria itu ke perkumpulan Keluarga Mahendra.Mobil Revan sudah menunggu di depan tatkala ia selesai mempersiapkan diri. Valeria menarik nafasnya panjang lalu keluar dari flatnya masuk menuju mobil mewah pria itu."Ka
"Apa kau sengaja melakukan ini padaku hari ini, Revan? Apa kau membawa wanita itu hari ini untuk membuatku cemburu, begitu?"Revan tertegun mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Barbara di hadapannya. Barbara, wanita cantik yang membuatnya hampir setengah gila karena memilih menikahi ayahnya dibandingkan dengan dirinya. Malam dimana dirinya dan juga Valeria melakukan hal tidak senonoh itu merupakan malam pengantin wanita tercintanya ini dengan sang ayah. Begitulah kebenarannya, Revan melampiaskan seluruh kerinduan dan nafsunya terhadap Barbara kepada Valeria. Barbara adalah kekasih Revan, kekasih yang hendak dikenalkannya pada sang ayah, namun suatu kejutan tidak terduga menghampirinya terlebih dulu, sang ayah malah mengenalkan Barbara sebagai calon istrinya. Barbara telah mengkhianatinya secara kejam, membuat hatinya benar-benar mati hingga mempermainkan banyak perempuan sesuka hati.Awalnya Revan hanya hendak bermain-main dengan Valeria seperti para wanita lain yang menggodanya ke
Valeria tidak pernah menyangka jika pria di hadapannya akan menipunya dengan parah seperti ini. Seharusnya ia menyadarinya, pantas saja seorang Revan Mahendra mau terlibat dengan dirinya, pantas saja pria itu mau menikah dengannya padahal dengan status keluarganya yang luar biasa, ia bisa mengabaikan malam itu dengan mudah. Ternyata Revan memiliki keinginan di balik kebaikannya selama ini. Tenyata Revan tengah memanfaatkan dirinya yang tidak tahu apapun.Meski seluruh kontak fisik dari pria itu ia tolak, Revan masih saja mencoba menyentuh tangannya."Saya bisa menjelaskan semuanya, tapi jangan di sini. Ayo kita bicara di mobil.""Tidak perlu,""Hanya sebentar, Valeria. Kamu bisa menanyakan apa saja pada saya. Saya akan menjawabnya."Meski saat ini amarah dan kekecewaan tengah menguasainya, namun Valeria sungguh ingin tahu kenapa Revan malah menipunya dengan kejam seperti ini."Baik, tapi tolong lepaskan tangan saya."Mendengar hal itu tangan Revan yang tengah memegang Valeria seketika