Share

03. Sebuah Syarat

Sedari hari di mana Drew mengajak Adrienne menikah, gadis itu tak pernah lagi melihat batang hidung pangeran sulung trah Hidalgo tersebut. Entah kemana perginya Drew, seluruh pelayan di mansion pribadi pria matang itu turut mencarinya.

Kini terhitung empat belas hari sudah Adrienne terkurung di dalam sangkar emas Drew. Segala kebutuhannya memang terpenuhi, tetapi Adrienne tidak memiliki akses keluar barang satu langkah pun dari tempat ini. Bahkan Adrienne tidak tahu keadaan di luar sana seperti apa. Apakah rumah mewah ini terletak di tepi jalan kah di tengah hutan atau bahkan di puncak pegunungan.

Senang terbebas dari Bondar yang selalu menuntutnya untuk menghasilkan uang setiap hari? Tentu saja Adrienne senang, tetapi bukan kesenangan seperti ini yang dia inginkan. Ini sama saja seperti dia keluar kandang singa masuk kandang macan.

“Anna, sampai kapan aku tidak diizinkan keluar?” Adrienne melemparkan pertanyaan pada pelayan yang ditugaskan untuk selalu menemaninya, Anna.

“Sampai Tuan memberi izin, Nona. Maaf, saya tidak tau jauh perihal itu,” balas Anna sedikit menundukkan kepalanya.

Semua pelayan dan pengawal di rumah mewah tersebut telah mengetahui bahwa Adrienne adalah calon istri dari pewaris utama keluarga Hidalgo. Drew yang menyebarkan berita itu pada seluruh pekerjanya di mansion sehingga mereka bersikap hormat pada Adrienne.

Adrienne mengepalkan tangannya. “Benar-benar pria kurang ajar!” desisnya dengan tajam sebelum atensi Adrienne teralihkan oleh kepala pelayan yang mendekati Anna kemudian membisikkan sesuatu yang membuat bola mata Anna melotot.

“Nona, Anda harus segera mengganti pakaian dan memperbaiki penampilan. Tuan akan segera datang!” ucap Anna terdengar sedikit panik.

Lalu Adrienne? Gadis 21 tahun itu acuh tak acuh. Tidak ada yang salah dengan penampilannya saat ini, mengapa harus memperbaiki penampilan? Biar saja, Adrienne ingin bersikap kurang ajar pada orang yang sudah kurang ajar padanya.

“Nona, tolong kerjasamanya. Saya bisa mendapatkan hukuman jika Anda tidak segera mengganti pakaian dan berhias untuk menyambut kedatangannya.” Anna benar-benar gelisah melihat Adrienne yang bergeming duduk di atas kursi sambil menyantap makanan yang beberapa saat lalu dia sediakan untuk Adrienne.

Reaksi Adrienne semakin santai seolah dia adalah tuan rumah di kediaman mewah ini. Akan tetapi, bukankah dirinya memang disuruh untuk bersikap demikian? Tempo minggu, salah satu pelayan di sana mengatakan kalau dia bebas melakukan apapun di kediaman ini selagi tidak membuka serta keluar dari pintu mansion dan bukankah dengan ia bersikap acuh seperti sekarang termasuk salah satu bentuk kebebasannya? Lalu mereka ingin menyalahkan Adrienne? Tidak bisa, salahkan saja yang membuat aturan kebebasan itu!

Di sana, para pelayan sudah mulai berbaris di pintu utama dengan pakaian hitam putih. Hanya Anna yang tidak berada di tempat karena masih membujuk Adrienne.

Risih dengan Anna yang terus saja membujuknya, Adrienne menekan tepi meja makan dan sedikit mendorong kursi lalu dia segera berdiri. Dia merasa kesal dan amat sangat kesal. Hei, seagung apa Drew sampai mereka begitu takut padanya? Pria itu tak ubah hanya seorang monster menjijikan yang tidak layak hidup di muka bumi ini.

“Kebanyakan pria brengsek memang suka melakukan sesuatu sesukanya tanpa pernah memikirkan perasaan orang lain. Mati sudah rasa kemanusiaannya!” Adrienne berkomat-kamit. Kakinya melangkah ke pintu utama, mengabaikan Anna yang memintanya untuk ganti pakaian lebih dulu. Ini pertama kali dia akan melihat ke luar.

Walau merasa sangat jijik karena ia telah disentuh sepenuhnya oleh Drew, bahkan sempat berpikir untuk menghabisi diri, Adrienne tidak ingin lagi harga dirinya direndahkan. Kini, mahkota di kepalanya harus tetap dipakai, dan agar mahkota tersebut tidak jatuh, ia harus berjalan tegak pun angkuh layaknya ratu yang tidak boleh ditindas rakyat jelata.

Dia mengenyahkan sepenuhnya pemikiran dangkal yang sempat membuat dia berteriak meminta pada Tuhan untuk segera menyelesaikan hidupnya. Bukan seperti itu cara menyelesaikan masalah.

“Selamat datang kembali, Tuan.” Kompak, serempak para pelayan yang berjejer di depan pintu kian membungkukkan tubuh. Menyambut kedatangan Drew yang menghilang selama dua pekan penuh tanpa kabar satu pun.

Adrienne muak melihat pemandangan tersebut. Apakah yang berkuasa memang harus dijamu sedemikian rupa? pikirnya dalam hati. Lalu, gadis itu berpaling muka saat matanya bersirobok dengan hitam legam bola mata Drew.

“Menjijikan!” maki Adrienne dalam hati.

Drew terkekeh singkat melihat respon Adrienne. Laporan tentang bagaimana tingkah dan sikap gadis itu di rumah ia terima semuanya tanpa terkecuali. Jujur saja, Drew berani mengacungkan jempol sebagai apresiasi kepada Adrienne atas sikap beraninya. Tak pernah ia temui gadis sepertinya.

“Kutunggu jawabanmu atas kesiapanmu dalam satu jam kedepan!” kata Drew berjalan melewati Adrienne.

Adrienne memutar tubuh, menatap sinis pada punggung Drew yang semakin jauh. “Aku tidak sudi dan tidak akan pernah sudi menikah dengan pria menjijikan sepertimu!” seru Adrienne begitu berani.

Terkekeh kembali, Drew menghentikan langkah lalu melembapkan bibirnya singkat. Kemudian tanpa membalikkan tubuh ia lantas berujar, “Berikan surat perjanjian itu padanya!”

Mendengar hal tersebut, Walter–asisten Drew langsung mengeluarkan tablet dan menunjukkan kepada Adrienne salinan perjanjian yang ditanda tangani Bondar dan Drew lengkap beserta materai.

Mata Adrienne terbeliak, melotot lebar-lebar setelah membaca surat perjanjian itu. Di sana tertera bahwa jika Adrienne sudah tidak virgin, maka Bondar harus mengembalikan uang yang Drew berikan dalam jumlah dua kali lipat. Gilanya lagi, Adrienne harus bersedia menikah dengan Drew atau melakukan pengembalian uang sebanyak empat kali lipat, dan kurun waktunya hanya satu bulan.

“Perjanjian konyol macam apa ini? Aku tidak mau menikah denganmu!” Adrienne spontan melototkan matanya.

“Maka pergi dan kembalilah ke hadapanku dalam satu bulan dengan membawa uang sebesar nominal di perjanjian tersebut!” Setelah berkata demikian, Drew kembali melangkah, menaiki anak tangga dan menghilang di lantai tiga.

Kembali mencaci kehidupan, Adrienne terus mengutuk dan mengutuk. Bagaimana caranya dia mengembalikan uang sebesar itu? Jika pun bekerja, ia butuh waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk mendapatkannya. Belum lagi dia hanya mengenyam pendidikan sampai tingkatan Primary School atau Sekolah Dasar, itu pun tidak sampai lulus.

Hingga akhirnya Adrienne menyerah di hari ketiga setelah kepulangan Drew. Terkuras habis akal dan logikanya untuk melawan pria itu. Sampai Adrienne memutuskan untuk menerima pernikahan dengan Drew dan harus melahirkan keturunan lelaki demi kejayaan keluarga Hidalgo di masa depan.

Namun, sebelum benar-benar menerima permintaan Drew, Adrienne lebih dulu mengajukan sebuah syarat yang harus Drew penuhi dan pria itu sama sekali tidak keberatan selagi Adrienne bersedia menjadi miliknya.

“Hidup masing-masing. Jangan mencampuri urusanku dan aku tidak akan mencampuri urusanmu. Hubungan kita hanya sebatas teman ranjang walau persetan kau mengatakan begitu menginginkanku, aku tidak percaya omong kosong lelaki!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status