Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Bab 1. Hancurnya Malam Pertama

Share

Jerat Dendam CEO Kejam
Jerat Dendam CEO Kejam
Author: Mbak Ai

Bab 1. Hancurnya Malam Pertama

Author: Mbak Ai
last update Last Updated: 2024-08-05 15:38:45

Hari pernikahan telah tiba. Ivy menatap dirinya di pantulan cermin dengan gugup. Gaun pengantin ini nampak begitu mewah. Kainnya memang dibuat sangat tertutup hingga tak menunjukkan punggung bahkan lengannya.

Ivy tahu bahwa ayahnya telah mengatur desain gaun pengantin ini karena ingin menutup memar yang memenuhi punggung, lengan, dan kakinya. Memar dan bekas luka di tubuhnya tak akan bisa hilang karena telah menumpuk di kulitnya selama lima belas tahun lamanya.

Ada ketakutan yang kini memenuhi hatinya. “Bagaimana malam pertamanya nanti? Apa aku harus mengatakan yang sejujurnya pada Noah?”

“Jangan sampai Noah tahu.”

Ivy tersentak saat suara ayahnya tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Tenggorokannya seketika tercekat dan ia merasa tercekik karena ketakutan.

“Kau akan mati kalau ada orang yang tahu,” ancam Evan.

“Ya—ya...,” jawab Ivy dengan terpatah-patah.

“Sekarang tersenyumlah. Kita harus bergandengan tangan saat masuk ke aula pernikahan.” Evan mengulurkan tangannya, Ivy meraihnya dengan gemetar.

“Perhatikan langkahmu. Aku sudah sangat malu menggandeng anak cacat sepertimu, jangan sampai kau terjatuh dan membuatku semakin malu,” peringat Evan.

Ivy kembali mengangguk. Ia sedikit menahan rintihan saat genggaman ayahnya terlalu kuat seakan-akan ingin mematahkan jari-jemarinya.

Ketika memasuki aula, mungkin orang-orang akan melihat rintihan tertahan Ivy sebagai rasa haru karena pernikahan ini. Hanya Clara, adiknya, yang sadar bahwa kakaknya sedang menahan rasa sakit.

Di lain sisi, Noah terus tersenyum lebar sewaktu Ivy telah berada di sisinya. Senyum Noah terus merekah bahkan saat mereka mengucapkan janji pernikahan.

Berbeda dengan Noah yang mengucap janji dengan lancar dan penuh keyakinan, Ivy terus berusaha untuk tetap berdiri dengan benar karena debar jantungnya yang makin kencang.

Setiap Noah mengucap janjinya, ia merasa ingin menangis. Ivy tak pernah membayangkan jika ia bisa melewati momen pernikahan.

Seumur hidup, ia mengira akan terkurung di rumah hingga akhirnya akan meninggal di tangan ayahnya sebagaimana mendiang ibunya dulu.

Tapi, lihatlah... sekarang ia menikah.

“Mama, aku menikah. Pria di sampingku ini namanya Noah dan dia sepertinya orang baik,” batin Ivy seakan-akan mengobrol dengan mendiang ibunya.

“Selamat, kalian sudah sah menjadi pasangan suami dan istri.”

Sorak sorai para tamu memenuhi gedung pernikahan. Noah menatapnya, lalu meraih pinggangnya sebelum bibir mereka saling bertemu. Ivy meremas tuksedo Noah karena berbagai emosi asing yang memenuhi dadanya.

Untuk pertama kali ada lelaki yang menyentuhnya, lelaki yang telah bersumpah untuk mencintainya dalam suka dan duka, lelaki yang kini menjadi pasangan seumur hidupnya.

“Kau masih lama?”

Ivy yang masih melamun di depan cermin kamar mandi langsung tersentak saat mendengar ketukan di pintu.

“Se—sebentar lagi,” ucapnya dengan kikuk.

Mereka memang sudah berada di kamar dan Ivy sudah membersihkan diri. Acara pernikahan yang panjang itu akhirnya berakhir, tapi kini ia dihadapkan dengan masalah yang sesungguhnya, puluhan memar yang membiru di sekujur tubuhnya.

“Ivy! Ayo cepatlah!”

Ivy tersentak saat Noah kembali mengetuk pintu dengan lebih keras.

Ia segera meraih bathrobe dan mengenakannya serapat mungkin. Ketika ia membuka pintu, wajah dingin Noah menyambutnya.

“Lama banget sih mandinya? Susah hidup dengan orang cacat!” Noah mendorong tubuh Ivy agar tak menghalangi jalannya.

Ivy sangat terkejut. Selama tiga bulan mengenal pria itu, baru kali ini ia melihat Noah marah. Namun, ia mencoba berpikir logis, mungkin suaminya itu tengah begitu kelelahan hingga emosinya memuncak.

Ivy akhirnya duduk di depan meja rias dan mulai mengeringkan rambutnya. Ia juga mengoleskan sedikit krim di wajahnya dan terus-menerus menghela napas panjang karena terlampau khawatir dengan apa yang selanjutnya terjadi.

Perkenalan Ivy dan Noah juga terlampau singkat. Selama mengatur segala rencana pernikahan di satu bulan terakhir, Noah selalu memperlakukannya dengan baik. Noah bahkan beberapa kali mengucapkan kata sayang, tapi entah kenapa … perasaannya malam ini tak enak.

Lamunan Ivy buyar saat pintu kamarnya diketuk. Ia mengira staf hotel pengantar makan malam atau cemilan yang datang, tapi ternyata seorang perempuan dengan rambut pirang dengan lipstik merah merona.

“Kamu… siapa?” tanya Ivy.

Perempuan itu mengerutkan dahinya, lalu kembali melihat nomor kamar dan ponselnya secara bergantian.

“Ini kamar Noah Horison, kan?” Perempuan itu balik bertanya.

“Iya, benar,” jawab Ivy.

Perempuan itu mengangguk mengerti, “Oh, aku tak tahu kalau dia mau bermain bertiga. Atau jangan-jangan kau sudah selesai bermain dengannya dan sekarang gantian aku?”

“Apa maksudmu?” Ivy tak mengerti dengan apa yang perempuan itu katakan.

“Apa lagi? Kau juga perempuan yang disewa Noah Horison, kan? Sama sepertiku.”

Ucapan perempuan itu bagaikan petir yang menyambar Ivy. Ivy melebarkan matanya, lalu menggeleng secara berkala.

“Apa? Tidak—ah, kau pasti salah. Noah tidak mungkin—”

“Oh, kau sudah datang?”

Kalimat Ivy terpotong oleh Noah yang baru keluar dari kamar mandi. Noah hanya mengenakan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

“Masuklah. Kenapa kau hanya berdiri di luar?” ucap Noah selanjutnya.

Perempuan itu tersenyum lebar, lalu melewati Ivy bahkan sengaja menabrak pundaknya cukup keras. Ivy masih terpaku dan berusaha memahami kondisi, tetapi ia tetap tak mengerti dengan apa yang dilakukan suaminya.

“Noah, ini... apa?” tanya Ivy dengan lirih.

“Aku hanya ingin menikmati malamku,” jawabnya dengan berkacak pinggang. Kemudian ia melemparkan sebuah kartu akses hotel pada Ivy. “Kau bisa pergi ke kamar lain. Aku sudah berbaik hati memesankan kamar untukmu.”

“Tapi... Noah... kau suamiku. Bukankah seharusnya malam ini kita—” makin lama, suara Ivy semakin pelan.

Noah tertawa dengan kencang, mengetahui ke mana maksud wanita itu. “Siapa yang mau bercinta dengan perempuan cacat sepertimu?” Inilah yang ia tunggu-tunggu, melihat wajah Ivy yang benar-benar terluka. “Kau pikir, aku menikahimu karena cinta? Kau hanyalah alat untukku balas dendam pada ayahmu.”

Dengusan sinis Noah membuat Ivy semakin terpojok. “Apa maksudmu, Noah? Kenapa kau berbeda dengan sebelum menikah?” tanya Ivy dengan air mata yang mulai menetes.

“Aku sudah menyuruhmu keluar, tapi kalau kau bersikeras ingin di sini, baiklah.” Lalu, seolah tidak punya hati, Noah yang bertelanjang dada itu melangkah mendekati si perempuan bayaran. “Inilah malam pertamamu. Melihat suamimu tidur dengan perempuan lain.”

Related chapters

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 2. Masuk ke Neraka Baru

    "Stop!" Ivy berteriak lantang tepat ketika Noah nyaris saja menempelkan bibirnya ke bibir perempuan itu. "Aku akan keluar."Setelahnya, Ivy beranjak. Menyeret kakinya yang pincang dan kini terasa lemas karena sikap tega suaminya, ia pun keluar menuju kamar yang telah dipesankan Noah.“Harusnya… harusnya aku memang tidak boleh memiliki harapan.”Ivy duduk di tepian tempat tidur dengan kepala menunduk. Jari-jemarinya saling bertautan demi mengontrol tubuhnya yang gemetar semenjak keluar dari kamar yang seharusnya menjadi saksi malam pertamanya.Meski ia tidak menyaksikan bagaimana Noah dan perempuan murahannya itu melanjutkan adegan dewasa itu, tapi bayangan liar mengenai kemungkinan mereka memadu kasih kini terus mengganggu benak Ivy.Seharusnya, Ivy tidak lupa tentang takdirnya yang selalu terkurung dan dibatasi. Sikap Noah selama beberapa minggu terakhir membuatnya sangat terlena hingga ia bisa jatuh cinta dengan mudah.Sebelumnya, Noah memang melamar untuk Clara. Namun, ia berusaha

    Last Updated : 2024-08-05
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 3. Takdir Istri Teraniaya

    “Kalau Noah memang ingin mempermainkanku, maka aku tak boleh terlihat lemah. Akan kutunjukkan kalau aku bukan perempuan yang mudah disakiti.”Tangisan semalam seolah menjadi pertanda tangisan terakhirnya.Ia sudah banyak menangis… menangis karena ayahnya, keluarganya, sekarang suaminya. Ia tak mau menghabiskan sisa hidupnya dengan menangis… tidak akan.Setelah mandi dan menyiapkan diri sebaik mungkin, Ivy mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia segera membukanya dan mendapati Noah yang sudah rapi dengan kemeja biru muda.“Selamat pagi,” sapa Ivy dengan seramah mungkin.Meski tenggorokannya terasa tercekat karena kepedihan dan kemarahan semalam, ia berusaha mengendalikan diri dengan sebaik mungkin.Noah sendiri hanya membalas dengan dengusan kasar, terlihat tak suka dengan basa-basi Ivy.“Dia… sudah pergi?” Mata Ivy menatap pintu di belakang Noah yang sudah tertutup rapat. Dalam diam, ia menanti kemunculan perempuan berambut pirang yang semalam datang secara tiba-tiba.“Siapa?” Satu alis

    Last Updated : 2024-08-05
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 4. Kepahitan Bulan Madu

    Ivy terpaku selama beberapa saat ketika perempuan bernama Bella itu menjulurkan tangan padanya.“Senang bertemu denganmu. Aku harap kita jadi teman yang akrab.” Bella berkata dengan senyum lebarnya.Ivy menoleh pada Noah yang tengah tersenyum mencemooh. Apa yang dilakukan Noah jelas telah merendahkannya.Bagaimana bisa ia pergi bulan madu dengan teman tidur suaminya?“Ya… ya… senang berkenalan denganmu.” Ivy membalas jabat tangan itu dengan kaku.Samar-samar ia bisa mendengar dengusan pelan Noah yang mengatainya bodoh. Dan ia sendiri juga mengakui kalau memang bodoh.“Harusnya kupatahkan saja tangan ini! Dia adalah selingkuhan suamiku!” batin Ivy meronta dan tanpa sadar mencengkram kuat-kuat tangan Bella yang masih di dalam genggamannya, tapi ia tetap tak bisa melakukan apa pun hingga Bella melepas sendiri jabatan tangan itu.“Kau cukup kuat juga ya,” ucap Bella.Di balik senyumnya yang lebar, ia menaruh kesal karena Ivy benar-benar membuat tangannya sakit.Selama perjalanan Jakarta k

    Last Updated : 2024-08-05
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 5. Pria Nekat

    Ivy berusaha menjaga jarak dari Samuel. Kejadian di bandara cukup membuatnya trauma hingga lebih baik ia di dekat Noah, meski sering mendapat lirikan tajam daripada disentuh oleh Samuel. “Kenapa pegang tangan terus?” protes Noah sambil berusaha melepaskan genggaman Ivy. “Kita masih di tempat umum. Siapa tahu ada orang Indonesia di sini dan mengenalmu,” balas Ivy. Setelah meletakkan barang-barang di hotel, mereka memang segera menuju restoran milik keluarga Samuel. Kata Noah, Samuel sedang liburan seminggu sekaligus menengok bisnis keluarganya. “Tapi kita mau makan. Aku tidak bisa makan kalau kau terus menggenggamnya.” “Saling menyuapi saja.” Ivy segera mengambil potongan tteokbokki dan menjulurkan ke mulut Noah. Jelas Noah ingin mengelak, tapi melihat ramainya tempat makan ini membuatnya tetap menerima. Samuel kembali ke meja dengan membawa sepiring gimbap yang dia buat secara spesial. “Wah. Ternyata kalian romantis juga,” godanya. Ivy membalas dengan buangan muka dan semakin

    Last Updated : 2024-08-05
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 6. Merampas Kehormatan

    “Aku cuma ingin mengecek keadaanmu.”Samuel menyentuh pipi Ivy tapi ia menolak dengan berlari mundur. Samuel terus mengejar hingga Ivy terpojok di dinding.“Pe—pergi! Aku ingin keluar! Aku mau jalan-jalan dengan Bella!”“HAHAHA!”Samuel terbahak-bahak sampai air matanya keluar. Ivy berusaha menggunakan kesempatan itu dengan melarikan diri, tapi Samuel tetap berhasil menarik tangannya bahkan mendorong tubuhnya hingga terjatuh di kasur.“Kenapa alasanmu sangat bodoh? Kenapa pula kau mendatangi perempuan yang tidur dengan suamimu sendiri?” tanya Samuel dengan tangan kanan yang menahan kedua tangan Ivy di atas kepala, sedangkan tangan lainnya sudah menjelajah ke tiap lekuk tubuh Ivy.“Le—lepas!”Ivy mulai menangis. Kakinya menendang-nendang udara, berharap bisa menumbangkan Samuel.“Pergi dari sini! Pergi!” pekiknya, putus asa.“Kau tak perlu mengusirku. Kita bisa bersenang-senang di sini. Jangan mau kalah dengan suamimu.”“Sam! Jangan!”Wajah Samuel tenggelam dalam lehernya. Ivy sontak m

    Last Updated : 2024-08-24
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 7. Rahasia yang Tersingkap

    Ivy mencengkram ujung selimut dengan gemetar. Noah berjalan semakin dekat dengan sabuk yang masih di tangan kanannya. Seketika bayangan saat ayahnya memukulinya dengan sabuk muncul di kepalanya.“No—ah... Noah... aku bersumpah... aku berani bersumpah bukan aku yang menggoda Sam. Dia yang hampir memperkosaku.” Ivy berusaha menjelaskan bersama gemetar tubuhnya.Namun, penjelasan itu tampak sia-sia karena bara di mata Noah tetap tak padam.“Selain murahan, kau juga pembohong ulung,” desis Noah.Ivy menggeleng. Wajahnya sudah basah dengan air mata. Pelecehan Sam sudah membuatnya ketakutan setengah mati, tapi kini ia harus berhadapan dengan Noah yang sedang kesetanan.“Aku tak berbohong. Aku—”Noah berseru nyaring, tak membiarkan Ivy menyempurnakan kalimatnya. “Diam. Aku muak dengar semua alasanmu.”“Noah....”Noah melempar sabuk di tangannya. Sesaat hal itu membuat Ivy merasa lega, tetapi napasnya tertahan ketika Noah mendekat dan mencengkram dagunya.Dari jarak sedekat ini, Ivy bisa meli

    Last Updated : 2024-08-26
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 8. Alasan Menikah

    “Noah, aku memasak pasta kesukaanmu. Jangan lupa dimakan.”Ivy menatap Noah yang masih sibuk dengan berkas-berkas kerjanya. Noah sama sekali tak melirik padanya dan ia sudah biasa dengan hal itu. Maka, ia hanya meletakkan sepiring Fettuccine Alfredo dan jus anggur di meja seperti yang sudah-sudah.Sudah terhitung enam bulan sejak pernikahan mereka, tapi Noah tetap terasa jauh… bahkan semakin jauh darinya. Noah bahkan jarang sekali berbicara padanya sejak pulang dari bulan madu.“Sebenarnya apa salahku?”Dan setiap hari ia juga menanyakan hal yang sama. Semua perkataan Noah padanya terasa abu-abu dan membingungkan. Dia tak pernah berkata secara gamblang alasan yang sesungguhnya kenapa dia menikahinya.Ting! Tong!Suara bel yang ditekan berkali-kali membuat Ivy menuruni tangga dengan tergopoh. Saat di tangga terakhir, ia melihat Bi Wina sudah membuka pintu. Sosok Samuel langsung masuk dengan raut marah.Tubuh Ivy bergetar takut. Sontak ia segera berlari untuk bersembunyi di balik tiang

    Last Updated : 2024-08-27
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 9. Janda Perawan

    “Aku akan menjadi janda… janda perawan.”Ivy tahu kalau pernikahannya akan berakhir, seperti yang dikatakan pria itu pada Samuel beberapa minggu lalu.Untuk itu, Ivy telah bersiap, memasukkan barang-barangnya ke koper... meski sampai detik ini belum ada kata talak dari Noah.Selama seminggu ini, Ivy tetap berusaha bersikap hangat meski sikap pria itu masih tak berubah. Setidaknya, ia ingin menjadi istri yang baik sebelum perceraian mereka.Setelah bercerai nanti, ia berencana untuk pergi keluar kota dan hidup sendiri karena ia pasti akan mati jika kembali ke rumah ayahnya.Suara panggilan telepon membuat Ivy meletakkan kembali pigura foto pernikahan yang akan ia masukkan dalam koper. Senyumnya terulas lebar saat mendapati nama adiknya di layar ponsel.“Halo, Clara? Ada apa?” Ivy menyapa dengan ramah. Sangat jarang Clara menghubunginya karena sibuk kuliah, sehingga ia bahagia apabila ada waktu untuk bercengkrama dengannya.“Kak, aku di depan rumahmu.”Senyuman Ivy menghilang saat mende

    Last Updated : 2024-08-28

Latest chapter

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 153. Putusan Terakhir

    Sudah satu minggu berlalu sejak siaran langsung yang dilakukan Ivy menggambarkan seluruh negeri. Sampai saat ini, banyak orang yang ikut mengawal kasusnya, bahkan ada beberapa pihak yang ikut angkat suara mengenai kelicikan dan kejahatan Evan.Akan tetapi, Ivy masih gundah karena tidak ada tanda-tanda kemunculan Evan. Ia tak tahu sembunyi dimana ayahnya sampai tak ada orang yang berhasil menemukannya.“Ivy! Ivy!” Ivy yang baru melamun di taman belakang, terkejut saat mendengar teriakan Noah. Ketika ia menoleh, Noah menatapnya dengan mata penuh keharuan.“Ada apa?” tanya Ivy.“Evan sudah ditemukan di bandara. Dia akan melakukan perjalanan ke Amerika. Beruntung pihak bandara sudah mengetahui wajah Evan yang tersebar luas dan segera melaporkan ke pihak berwajib,” jelas Ezra dengan helaan napas lega. Mendengar hal itu, Ivy tak kuasa untuk menangis bahagia. Perasaan gundah yang semula memenuhi dirinya telah sirna seutuhnya.“Kita berhasil, Ivy! Kita berhasil menangkapnya!” seru Noah deng

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 152. Suara Penjahat Yang Tulus

    Clara mengerti dengan suasana tegang yang tiba-tiba memenuhi ruangan. Ia pun paham dengan tatapan tajam dari Noah dan Ezra yang belum percaya kepadanya, meskipun ia sudah sepenuhnya bertaubat.Ia sudah melakukan banyak kejahatan dan menghancurkan hidup Ivy, jadi ia paham dengan perasaan Noah dan Ezra. Oleh karena itu, ia tak tersinggung meski ditatap dengan tajam.“Clara….” Ivy menoleh ke arah Clara dengan mata merahnya.Clara ingin memeluk Ivy, tetapi ia tak bisa melakukannya karena kedua tangannya sudah diborgol. Maka, ia hanya memberikan seulas senyuman dan kembali fokus menatap kamera.“Mungkin kalian terkejut melihat borgol di tangan saya, jadi saya ingin mengungkap kalau saya memang akan ditangkap karena saya terlibat dalam penculikan kakak saya,” tukas Clara.Noah dan Ezra baru bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Clara. Kini, mereka bisa mempercayai Clara sepenuhnya karena perempuan itu benar-benar terlihat tulus dengan mengungkap kejahatannya sendiri.“Kalian mungkin t

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 151. Berita Menggemparkan

    Ivy duduk dengan tegak. Di depan wajahnya sudah terdapat kamera yang menyalah merah, sedangkan di belakang kamera terdapat Noah, Ezra, Bibi Puja, dan Clara.Mereka sudah memutuskan untuk melakukan siaran langsung di kediaman Ezra karena Ezra memiliki banyak alat perlengkapan di bidang teknologi. Tanpa waktu panjang, Ezra dan Ivy mencoba menyusun semuanya sampai siap diluncurkan.“Aku benar-benar takjub melihat kalian,” komentar Noah saat Ivy dan Ezra sibuk menyiapkan senjata.“Sekarang kau sadar kalau sudah menikah dengan perempuan hebat?” tanya Ezra.“Aku memang sudah sadar dari dulu karena buktinya hanya Ivy yang bisa menaklukkan hatiku,” jawab Noah.Ivy hanya tersenyum saat mendengar ucapan penuh rayuan dari Noah. Setidaknya hal itu mampu untuk menenangkan dirinya yang sedang dilanda kegugupan.“Kau siap, Ivy?” tanya Ezra.Ivy mengangguk. “Ya. Mulailah.”Sebelum Ezra menekan tombol merah di komputer yang nantinya akan meretas semua media di indonesia, tangannya sudah berkeringat di

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 150. Kekuatan Bersama

    Ivy menunggu kedatangan Ezra dengan gugup. Meskipun Clara dan Noah terus menanyakan perihal maksudnya, ia tetap tak bisa menjawab.“Tunggu Ezra datang,” balasnya secara berulang kali ketika Clara bertanya ada apa.Ezra juga memegang peran penting dalam rencananya. Ia dan Ezra harus bekerja sama agar semuanya rencana berjalan dengan baik.Setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Ezra datang bersama Bibi Puja. Mereka berdua masuk ke ruangan Clara dengan raut panik. “Bibi Puja?” tanya Clara.Bibi Puja yang sudah panik semakin gelagapan karena melihat Clara. Ia bahkan langsung bersembunyi di belakang tubuh Ezra karena takut berhadapan dengan Clara.“Jadi kau tiba-tiba hilang ternyata ikut dengan mereka?” tanya Clara, lagi.“Ya. Bibi Puja yang membantu Noah dan Ezra,” sahut Ivy.Bibi Puja masih berdiri di belakang Ezra dengan gemetar. Ia takut Clara akan memarahinya ataupun memukulnya. Akan tetapi, Clara tak bereaksi apa-apa selain mengangguk.“Oh.”Melihat reaksi Clara y

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 149. Langkah Besar

    “Keadaanmu sudah sangat membaik. Kau minum obat secara teratur, melakukan terapi dan konsultasi rutin, juga mengerjakan semua tugas yang saya berikan.”Dokter Serlyn tersenyum manis saat mengungkap kemajuan keadaan Ivy. Akan tetapi, ia tahu kalau Ivy sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Meskipun ia melihat senyum Ivy sekarang, gurat wajahnya yang kaku tak bisa mengelabui matanya. “Jadi, apa ada yang mengganggumu lagi akhir-akhir ini?” tanyanya kemudian. Ivy mengangguk kaku, tetapi mulutnya tak kunjung bersuara hingga Dokter Serlyn mengulangi pertanyaannya.“Apa yang mengganggumu, Ivy? Kau bisa mengatakannya kepadaku,” ujarnya. Ivy memainkan jari-jemarinya ketika otaknya berusaha menyusun kalimat yang pas. Dokter Serlyn dengan sabar menanti sampai Ivy bersuara. “Dokter….” Ivy memanggil Dokter Serlyn dengan gugup.Dokter Serlyn mengangguk. “Ya?”“Menurut Dokter apa saya boleh balas dendam?” tanya Ivy dengan sangat lirih. “Kau ingin balas dendam?” tanya sang dokter, cukup terkejut

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 148. Bunga Liar dan Sekuntum Mawar

    Clara sudah dirawat selama satu minggu lebih dan selama itu pula Ivy tak kunjung mendatanginya. Ia sempat terenyuh saat mendengar ucapan Ezra beberapa waktu yang lalu, tetapi semua itu sirna karena Ivy tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.“Ezra pasti hanya bermulut besar. Aku yakin Ivy senang melihatku tak berdaya seperti ini,” gumam Clara sambil menatap langit-langit rumah sakit. Ketika Clara hanyut dalam lamunannya, sayup-sayup ia mendengar suara Ivy. Ia melirik pintu ruang kamarnya dan yakin kalau Ivy yang baru saja berteriak di depan kamarnya. Ivy seperti sedang marah kepada Noah karena ia baru mengetahui keadaannya. Mereka terus berdebat alot sampai akhirnya masuk ke dalam ruangannya. Ia pun langsung menutup matanya dan berpura-pura tidur. Clara tak tahu kenapa ia harus berpura-pura di depan Ivy. Harusnya ia langsung berteriak marah kepadanya seperti biasa. Akan tetapi, ia lebih memilih diam dan terus berakting tak sadarkan diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 147. Sudut Pandang Berbeda

    Clara merasa hidupnya sudah di ambang batas. Ia sudah yakin kalau dirinya akan mati saat disiksa dengan begitu kejam oleh ayahnya karena Ivy berhasil melarikan diri. Ia disekap selama berhari-hari dan akhirnya dibawa pergi dari rumah dengan niatan ingin dibuang.Ayahnya pasti mengira ia sudah menjadi mayat karena diam saja dan terus menutup mata, padahal ia memang sengaja berpura-pura pingsan agar siksaan itu terhenti. Ia juga menahan napasnya saat ayahnya mengecek alur napas di hidungnya.Saat berada di dalam mobil, Clara mendengar desisan ayahnya yang akan melemparkan mayatnya ke dalam lautan. Maka, saat ayahnya berhenti di pemberhentian bensin, ia segera kabur.Ia terus berlari dan bersembunyi hingga akhirnya ia tak sanggup lagi. Ia jatuh pingsan di tepian jalan dekat sungai dan sudah menyerah akan kehidupan.“Sebentar lagi aku pasti mati,” pikirnya.Di detik-detik menyakitkan itu, ia mulai terbayang dengan berbagai memori. Tentang kebersaman dengan mendian ibunya yang menghangatka

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 146. Terkuaknya Hal Tersembunyi

    Ivy melewati lorong rumah sakit dengan jantung yang terus berdebar kencang. Setelah mendengar apa yang Noah sembunyikan, Ivy tak bisa menahan diri untuk tetap bergelung di atas tempat tidur.“Antarkan aku ke rumah sakit sekarang juga!” seru Ivy dengan berlonjak bangun.Ivy bahkan hampir lupa dengan kecacatan kakinya hingga ia hampir terjatuh dari tepat tidur sewaktu ingin bangun. Noah sontak menahan dirinya dan membantunya bersiap-siap dengan cepat.“Kau harus tenang Ivy. Jaga napasmu,” peringat Noah untuk kesekian kalinya.Noah terus mengatakan hal yang sama sejak membantunya bersiap-siap di rumah, di perjalanan menuju rumah sakit, hingga saat ini. Jika dihitung, mungkin sudah dari seratus kali Noah mengatakannya.“Aku akan tenang seandainya kau tak menyembunyikan hal ini dariku!” seru Ivy.“Aku menyembunyikannya karena tahu kalau kau akan bereaksi seperti ini. Aku tak ingin membuatmu makin khawatir,” ucap Noah.“Siapa yang tidak khawatir kalau adikku ditemukan hampir tewas dan sekar

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 145. Sentuhan Yang Dirindukan

    Setelah Noah lebih tenang, ia melepaskan pelukan secara perlahan. Ivy mengapus air mata di wajah Noah dan memberi kecupan di setiap lekuk wajahnya. Noah pun melakukan hal yang sama.Bibir Noah terhenti cukup lama di bibir Ivy. Ia mengulum lembut bibir itu sembari menggendong tubuh Ivy dengan sigap dan membaringkannya ke tempat tidur. Ciuman itu tak terlepas sama sekali sampai Ivy menepuk-nepuk dadanya karena kehabisan napas.Mereka tak pernah melakukannya sejak Ivy siuman dari komanya. Mungkin sudah satu bulan berlalu Noah menahannya.Noah tahu ia harus memendam seluruh hasratnya karena keadaan Ivy yang masih lemah, sama seperti sekarang. Hanya saja posisi mereka yang sudah sangat dekat dan intim seperti ini membuat Noah lebih sulit menguasai diri.Ivy menyadari suasana yang jadi lebih intens di antara mereka. Kedua tangannya melingkar di leher Noah hingga membuat wajah Noah yang berada di atasnya hampir menempel di wajahnya.“Lakukan saja. Tak apa,” lirih Ivy.Noah menelan ludahnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status