Beranda / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Bab 4. Kepahitan Bulan Madu

Share

Bab 4. Kepahitan Bulan Madu

Penulis: Mbak Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-05 15:40:31

Ivy terpaku selama beberapa saat ketika perempuan bernama Bella itu menjulurkan tangan padanya.

“Senang bertemu denganmu. Aku harap kita jadi teman yang akrab.” Bella berkata dengan senyum lebarnya.

Ivy menoleh pada Noah yang tengah tersenyum mencemooh. Apa yang dilakukan Noah jelas telah merendahkannya.

Bagaimana bisa ia pergi bulan madu dengan teman tidur suaminya?

“Ya… ya… senang berkenalan denganmu.” Ivy membalas jabat tangan itu dengan kaku.

Samar-samar ia bisa mendengar dengusan pelan Noah yang mengatainya bodoh. Dan ia sendiri juga mengakui kalau memang bodoh.

“Harusnya kupatahkan saja tangan ini! Dia adalah selingkuhan suamiku!” batin Ivy meronta dan tanpa sadar mencengkram kuat-kuat tangan Bella yang masih di dalam genggamannya, tapi ia tetap tak bisa melakukan apa pun hingga Bella melepas sendiri jabatan tangan itu.

“Kau cukup kuat juga ya,” ucap Bella.

Di balik senyumnya yang lebar, ia menaruh kesal karena Ivy benar-benar membuat tangannya sakit.

Selama perjalanan Jakarta ke Seoul yang memakan waktu enam jam, Ivy benar-benar membisu. Noah yang duduk di sebelahnya juga tak banyak bicara.

Noah lebih banyak sibuk dan mengurus berkas-berkas di mejanya daripada menoleh pada Ivy. Bahkan Bella yang duduk tak jauh dari mereka juga diabaikan oleh Noah. Padahal Ivy mengira Noah dan Bella akan sering mencuri pandang.

Ivy diam-diam memperhatikan Bella yang sedang terlelap. Tubuh Bella memang memiliki proporsi yang sangat sempurna layaknya model. Bella tinggi, kurus, berkulit putih mulus dengan buah dada dan bokong yang besar. Oh, jangan lupakan bibirnya yang merah dan tebal itu.

“Kalau Noah sampai membawanya ke Seoul dan terus menempel pada Bella, maka keahliannya di ranjang pasti sangat hebat.”

Ivy segera menggelengkan kepalanya yang telah berpikir liar. Ia harus mulai menguasai diri agar tak terlalu terbawa suasana dan mengingat kembali adegan panas antara Noah dan Bella semalam.

Ivy memilih memejamkan matanya dan berharap pikirannya lebih tenang. Perjalanan ini berlangsung lama dan ia sungguh tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sesampainya mereka di Seoul.

Noah yang semula sibuk dengan beberapa pekerjaan, menoleh pada Ivy yang telah tidur dengan nyenyak. Ia tahu kalau tak seharusnya memperhatikan Ivy dalam jangka waktu yang lama, tapi ada sesuatu yang meresahkan hatinya.

Noah yakin kalau ia melihat beberapa lebam dan bekas luka di kaki Ivy sebelum ia mulai menyiksanya semalam. Ia memang cukup terkejut melihatnya, ditambah pagi ini ia melihat memar biru keungunan yang melingkar di lehernya.

“Sebenarnya apa yang dia lakukan sampai mendapat luka sebanyak itu?” pikirnya.

Noah juga baru menyadari kalau selama ini Ivy memang selalu mengenakan pakaian yang tertutup. Ia selalu memakai rok panjang atau celana panjang. Ia juga sering mengenakan jaket atau kardigan daripada pakaian lengan pendek lain.

“Apa ada yang dia sembunyikan dariku?”

Noah merasa ada hal yang aneh dan harus ia ketahui, tapi ia tak tahu bagaimana cara mengintrogasi Ivy. Akan memalukan jika ia langsung bertanya tentang bekas lukanya yang tak sengaja ia lihat tadi pagi.

“Sebentar… aku kan suaminya. Aku bisa melakukan apa pun padanya.”

Sebuah ide muncul di pikiran Noah, kemudian ia tersenyum miring dan mengangguk-angguk.

“Ya, caranya sangat mudah,” gumamnya.

Noah melanjutkan pekerjaannya dengan lebih ceria daripada sebelumnya. Terima kasih pada ide briliannya yang akan ia lakukan untuk mempermainkan Ivy nanti.

***

Ivy rasanya tak pernah tidur senyenyak itu dalam hidupnya. Ia tak tahu kalau tidur dalam perjalanan panjang di kelas utama pesawat akan senyaman ini.

Saat melihat jam tangan, ia sadar kalau dalam satu jam lagi mereka akan sampai di bandara. Ia menoleh dan mendapati Noah sedang terlelap. Mejanya yang semula penuh dengan berkas pekerjaan sudah kembali rapi.

Ini adalah kali pertama Ivy melihat Noah yang terlelap. Wajahnya saat tidur terlihat sangat damai dan tenang, sangat berbeda saat sadar. Hanya ada kemarahan dan kebencian di matanya.

“Dia manis juga,” ucapnya.

Ivy memperhatikan dahi Noah yang beberapa kali berkerut hingga tanpa sadar tangan Ivy terjulur untuk menyentuhnya agar tenang. Namun, belum sempat ia menyentuh kulit Noah, tangannya sudah dicengkram erat.

Tubuh Ivy menegang, apalagi saat mata Noah yang semula terpejam langsung terbuka dan menatapnya dengan tajam.

“Apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan tajam.

Ivy tergagap. Ia seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.

“A—aku…”

Noah mendengus saat Ivy kesulitan menjawabnya. Ia menepis tangan Ivy dengan sekuat tenaga hingga hampir menabrak kabin.

“Maaf… aku hanya… hanya….” Ivy masih berusaha menjelaskan, tapi tatapan Noah yang makin menajam membuatnya mati kutu.

“Hanya apa? Apa kau akan menyakitiku dan balas dendam atas semua perbuatanku? Kau akan membunuhku?”

Mulut Ivy melongo lebar, tak menyangkah dengan tuduhan Noah padanya. Pikiran Noah terdengar sangat liar.

“Mana mungkin! Aku tak pernah berpikir seperti itu!” Ivy memprotes.

Noah tetap mendengus tak percaya.

“Pembohong,” ucapnya.

Ivy sungguh tak mengira Noah akan menuduhnya seperti itu. Ia memang marah dan kecewa dengan sikap Noah, tapi ia tak pernah memikirkan tentang balas dendam apalagi sampai pembunuhan.

“Aku sungguh tak berniat seperti itu! Kenapa juga aku membunuh orang lain?” tanyanya, keheranan.

“Karena kau anak dari Evan yang telah membu—”

Ucapan Noah terhenti saat ia sadar terlalu tersulut emosi. Ia pun berdehem dan kembali memejamkan matanya untuk mengabaikan Ivy.

Kali ini, kebingungan mendominasi Ivy. Ia yakin jika Noah ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi… apa? Kenapa Noah tak melanjutkannya? Memangnya, apa yang telah diperbuat ayahnya pada Noah?

“Dia terlihat sangat marah tadi,” batinnya.

“Kau tadi terlihat tak nyaman. Kau sering mengerutkan dahimu. Kupikir kau sedang mimpi buruk. Jadi, aku ingin… ingin mengelus dahimu, siapa tahu kau akan tenang,” aku Ivy.

Tentu saja penjelasan itu diabaikan Noah. Ia semakin muak dengan Ivy dan memunggunginya. Namun, saat teringat mungkin ada beberapa orang yang memperhatikan mereka, Noah kembali menyamankan posisinya seperti semula.

“Jangan berulah sampai turun dari pesawat,” tegas Noah sambil mencoba kembali terlelap dengan kedua tangan bersedekap di dada.

Ivy menurut. Ia tetap diam sampai pramugari memberi pengumuman bahwa pesawat segera sampai di Incheon International Airport.

Ia bahkan tetap diam saat mereka benar-benar berjalan di bandara. Noah tetap memegang tangannya dan sesekali berbisik untuk mengingatkannya agar tetap tersenyum dan terlihat bahagia.

“Aku tahu. Aku tak akan lupa.”

Dan Ivy juga menjawab hal yang sama selama berulang kali.

Bella sendiri berada di belakang mereka bersama Pak Rudy yang akan menjadi pengawal mereka selama lima hari di seoul.

Saat keluar dari pintu gate, seorang lelaki tinggi berkacamata melambaikan tangannya pada Noah.

Noah membalasnya, lalu mereka berjalan mendekat.

“Dia Samuel, teman baikku,” bisik Noah sebelum mereka sampai di depan Samuel.

Samuel memiliki wajah yang sangat ramah. Senyumnya yang lebar bahkan menenggelamkan matanya.

“Hai, Bro! Jadi, ini istri cacatmu yang menyebalkan itu.”

Namun, ucapan Samuel sangat berbeda dengan keramahan yang tercetak di wajahnya. Sapaan itu cukup mengejutkan dan membuat Ivy tersentak.

Noah menendang kaki Samuel, kemudian ia mengaduh protes. Sementara Ivy bisa mendengar tawa tertahan di belakangnya. Bella sedang menertawakannya.

“Jangan mengatakan senyaring itu di tempat umum!” peringat Noah.

“Oh, ya. Maaf.” Samuel menangkup kedua tangannya, berlagak sok menyesal meski Ivy tahu tak ada penyesalan yang terlihat di wajahnya.

Ivy mengeratkan pegangannya di koper saat melihat senyuman miring Samuel, juga tawa Bella yang makin mengeras.

“Benar-benar tak ada orang yang berada di pihakku disini,” batinnya.

Mereka kembali berjalan menuju mobil. Saat Noah melepaskan tangannya untuk mengangkat panggilan telepon, Samuel tiba-tiba berdiri tepat di belakang Ivy bahkan sengaja menempelkan tubuhnya dengan Ivy.

“Tenanglah, jika Noah tak mau denganmu. Kau bisa bersenang-senang denganku setiap malam,” bisiknya dengan sangat seduktif.

Bab terkait

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 5. Pria Nekat

    Ivy berusaha menjaga jarak dari Samuel. Kejadian di bandara cukup membuatnya trauma hingga lebih baik ia di dekat Noah, meski sering mendapat lirikan tajam daripada disentuh oleh Samuel. “Kenapa pegang tangan terus?” protes Noah sambil berusaha melepaskan genggaman Ivy. “Kita masih di tempat umum. Siapa tahu ada orang Indonesia di sini dan mengenalmu,” balas Ivy. Setelah meletakkan barang-barang di hotel, mereka memang segera menuju restoran milik keluarga Samuel. Kata Noah, Samuel sedang liburan seminggu sekaligus menengok bisnis keluarganya. “Tapi kita mau makan. Aku tidak bisa makan kalau kau terus menggenggamnya.” “Saling menyuapi saja.” Ivy segera mengambil potongan tteokbokki dan menjulurkan ke mulut Noah. Jelas Noah ingin mengelak, tapi melihat ramainya tempat makan ini membuatnya tetap menerima. Samuel kembali ke meja dengan membawa sepiring gimbap yang dia buat secara spesial. “Wah. Ternyata kalian romantis juga,” godanya. Ivy membalas dengan buangan muka dan semakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 6. Merampas Kehormatan

    “Aku cuma ingin mengecek keadaanmu.”Samuel menyentuh pipi Ivy tapi ia menolak dengan berlari mundur. Samuel terus mengejar hingga Ivy terpojok di dinding.“Pe—pergi! Aku ingin keluar! Aku mau jalan-jalan dengan Bella!”“HAHAHA!”Samuel terbahak-bahak sampai air matanya keluar. Ivy berusaha menggunakan kesempatan itu dengan melarikan diri, tapi Samuel tetap berhasil menarik tangannya bahkan mendorong tubuhnya hingga terjatuh di kasur.“Kenapa alasanmu sangat bodoh? Kenapa pula kau mendatangi perempuan yang tidur dengan suamimu sendiri?” tanya Samuel dengan tangan kanan yang menahan kedua tangan Ivy di atas kepala, sedangkan tangan lainnya sudah menjelajah ke tiap lekuk tubuh Ivy.“Le—lepas!”Ivy mulai menangis. Kakinya menendang-nendang udara, berharap bisa menumbangkan Samuel.“Pergi dari sini! Pergi!” pekiknya, putus asa.“Kau tak perlu mengusirku. Kita bisa bersenang-senang di sini. Jangan mau kalah dengan suamimu.”“Sam! Jangan!”Wajah Samuel tenggelam dalam lehernya. Ivy sontak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 7. Rahasia yang Tersingkap

    Ivy mencengkram ujung selimut dengan gemetar. Noah berjalan semakin dekat dengan sabuk yang masih di tangan kanannya. Seketika bayangan saat ayahnya memukulinya dengan sabuk muncul di kepalanya.“No—ah... Noah... aku bersumpah... aku berani bersumpah bukan aku yang menggoda Sam. Dia yang hampir memperkosaku.” Ivy berusaha menjelaskan bersama gemetar tubuhnya.Namun, penjelasan itu tampak sia-sia karena bara di mata Noah tetap tak padam.“Selain murahan, kau juga pembohong ulung,” desis Noah.Ivy menggeleng. Wajahnya sudah basah dengan air mata. Pelecehan Sam sudah membuatnya ketakutan setengah mati, tapi kini ia harus berhadapan dengan Noah yang sedang kesetanan.“Aku tak berbohong. Aku—”Noah berseru nyaring, tak membiarkan Ivy menyempurnakan kalimatnya. “Diam. Aku muak dengar semua alasanmu.”“Noah....”Noah melempar sabuk di tangannya. Sesaat hal itu membuat Ivy merasa lega, tetapi napasnya tertahan ketika Noah mendekat dan mencengkram dagunya.Dari jarak sedekat ini, Ivy bisa meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 8. Alasan Menikah

    “Noah, aku memasak pasta kesukaanmu. Jangan lupa dimakan.”Ivy menatap Noah yang masih sibuk dengan berkas-berkas kerjanya. Noah sama sekali tak melirik padanya dan ia sudah biasa dengan hal itu. Maka, ia hanya meletakkan sepiring Fettuccine Alfredo dan jus anggur di meja seperti yang sudah-sudah.Sudah terhitung enam bulan sejak pernikahan mereka, tapi Noah tetap terasa jauh… bahkan semakin jauh darinya. Noah bahkan jarang sekali berbicara padanya sejak pulang dari bulan madu.“Sebenarnya apa salahku?”Dan setiap hari ia juga menanyakan hal yang sama. Semua perkataan Noah padanya terasa abu-abu dan membingungkan. Dia tak pernah berkata secara gamblang alasan yang sesungguhnya kenapa dia menikahinya.Ting! Tong!Suara bel yang ditekan berkali-kali membuat Ivy menuruni tangga dengan tergopoh. Saat di tangga terakhir, ia melihat Bi Wina sudah membuka pintu. Sosok Samuel langsung masuk dengan raut marah.Tubuh Ivy bergetar takut. Sontak ia segera berlari untuk bersembunyi di balik tiang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 9. Janda Perawan

    “Aku akan menjadi janda… janda perawan.”Ivy tahu kalau pernikahannya akan berakhir, seperti yang dikatakan pria itu pada Samuel beberapa minggu lalu.Untuk itu, Ivy telah bersiap, memasukkan barang-barangnya ke koper... meski sampai detik ini belum ada kata talak dari Noah.Selama seminggu ini, Ivy tetap berusaha bersikap hangat meski sikap pria itu masih tak berubah. Setidaknya, ia ingin menjadi istri yang baik sebelum perceraian mereka.Setelah bercerai nanti, ia berencana untuk pergi keluar kota dan hidup sendiri karena ia pasti akan mati jika kembali ke rumah ayahnya.Suara panggilan telepon membuat Ivy meletakkan kembali pigura foto pernikahan yang akan ia masukkan dalam koper. Senyumnya terulas lebar saat mendapati nama adiknya di layar ponsel.“Halo, Clara? Ada apa?” Ivy menyapa dengan ramah. Sangat jarang Clara menghubunginya karena sibuk kuliah, sehingga ia bahagia apabila ada waktu untuk bercengkrama dengannya.“Kak, aku di depan rumahmu.”Senyuman Ivy menghilang saat mende

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 10. Kehidupan Peretas

    “Hahaha! Apa maksudmu? Mana mungkin aku tahu menahu tentang kejatuhan perusahaan Ayah? Data-data itu di komputerku saat aku ingin menganalisis apa yang terjadi setelah ada yang meretas dokumen perusahaannya.”Ivy berusaha menutupi ketegangannya dengan tertawa. Berharap alasan yang ia berikan pada Clara membuat adiknya itu percaya, tetapi bibirnya menjadi kaku saat melihat Clara tak bereaksi apa-apa.“Kau tahu kalau aku sangat mengenalmu. Aku tahu di saat kau sedang berbohong atau tidak,” celetuk Clara.Ivy menelan salivanya dengan susah payah. Clara memang tak melakukan apapun, tetapi ucapannya sudah mencekik tenggorokannya sekuat tenaga.“Aku tidak tahu kenapa kau menyembunyikan sesuatu dariku… mungkin karena kau tak percaya padaku. Tidak apa-apa… mungkin salahku yang tak bisa membuatmu percaya.”Clara menunduk lesu. Ia menatap Ivy yang kini menatapnya dengan kebingungan.“Tidak… Clara… bukan seperti itu. Aku selalu percaya padamu,” yakin Ivy sambil menggenggam kedua tangan Clara. Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 11. Teman Misterius

    “Tumben kau tidak berada di rumahmu. Apa kau baik-baik saja?”Satu pesan dari J-1511 membuat Ivy tercengang. Buket mawar di tangannya bahkan hampir terjatuh karena terlalu terkejut dengan pesan itu.“Tunggu, bagaimana bisa dia tahu?” pikir Ivy dengan panik.Pasalnya, ia sudah menggunakan VPN dan proxy tambahan untuk berkomunikasi dengan para peretas di dunia gelap. Mereka pun menggunakan forum pesan khusus yang tak bisa diakses oleh sembarang orang.“Kau tahu rumahku?”Ivy segera mengetik balasan dengan cepat. Selama ini, ia terkenal sebagai hacker individualitas karena tak pernah masuk dalam komplotan tertentu. Ia lebih suka bekerja sendiri, tetapi sudah lima tahun ini ia membuka diri untuk berteman dengan J-1511.“Tidak. Hanya saja, titikmu biasanya selalu berada di tempat yang sama.”Pesan itu membuat Ivy akhirnya bisa menghela napas lega. Namun, bibirnya tetap mencebik kesal. Dasar, dia selalu membuat kaget saja, pikirnya.“Oh.”Ivy hanya membalas dengan singkat. Ia kembali melanj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 12. Pertengkaran Suami-Istri

    “Mana mungkin aku selingkuh!”Ivy tak sengaja meninggikan suaranya saat menjawab tuduhan Noah. Bukan salahnya yang tak bisa mengatur suaranya. Semua ini karena Noah sendiri yang tiba-tiba mengatakan hal mustahil.Selingkuh? Bagaimana mungkin ia menjalin hubungan dengan orang lain di saat mempertahankan hubungan dengan suaminya saja ia tak bisa?“Kenapa tidak mungkin? Buktinya kau begitu fokus dengan ponselmu saat ada aku di depanmu!” pekik Noah.Ivy ingin kembali mengelak, tetapi tersadarkan dengan suatu hal. Perdebatan mereka kali ini membuat mereka terlihat seperti suami-istri pada umumnya.Noah terlihat seperti suami yang sedang cemburu pada istrinya. Dan hal itu, entah kenapa membuatnya bahagia.“Tunggu… apa kau cemburu?” tanyanya kemudian.“Cemburu? Dalam mimpimu!” elak Noah dengan beranjak dari kursinya.Ivy mendongak untuk mengikuti pergerakan Noah yang kini sudah berdiri dengan kedua tangan bersendekap dada. Noah benar-benar tampak marah dan ia masih tak tahu alasannya.“Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31

Bab terbaru

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 153. Putusan Terakhir

    Sudah satu minggu berlalu sejak siaran langsung yang dilakukan Ivy menggambarkan seluruh negeri. Sampai saat ini, banyak orang yang ikut mengawal kasusnya, bahkan ada beberapa pihak yang ikut angkat suara mengenai kelicikan dan kejahatan Evan.Akan tetapi, Ivy masih gundah karena tidak ada tanda-tanda kemunculan Evan. Ia tak tahu sembunyi dimana ayahnya sampai tak ada orang yang berhasil menemukannya.“Ivy! Ivy!” Ivy yang baru melamun di taman belakang, terkejut saat mendengar teriakan Noah. Ketika ia menoleh, Noah menatapnya dengan mata penuh keharuan.“Ada apa?” tanya Ivy.“Evan sudah ditemukan di bandara. Dia akan melakukan perjalanan ke Amerika. Beruntung pihak bandara sudah mengetahui wajah Evan yang tersebar luas dan segera melaporkan ke pihak berwajib,” jelas Ezra dengan helaan napas lega. Mendengar hal itu, Ivy tak kuasa untuk menangis bahagia. Perasaan gundah yang semula memenuhi dirinya telah sirna seutuhnya.“Kita berhasil, Ivy! Kita berhasil menangkapnya!” seru Noah deng

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 152. Suara Penjahat Yang Tulus

    Clara mengerti dengan suasana tegang yang tiba-tiba memenuhi ruangan. Ia pun paham dengan tatapan tajam dari Noah dan Ezra yang belum percaya kepadanya, meskipun ia sudah sepenuhnya bertaubat.Ia sudah melakukan banyak kejahatan dan menghancurkan hidup Ivy, jadi ia paham dengan perasaan Noah dan Ezra. Oleh karena itu, ia tak tersinggung meski ditatap dengan tajam.“Clara….” Ivy menoleh ke arah Clara dengan mata merahnya.Clara ingin memeluk Ivy, tetapi ia tak bisa melakukannya karena kedua tangannya sudah diborgol. Maka, ia hanya memberikan seulas senyuman dan kembali fokus menatap kamera.“Mungkin kalian terkejut melihat borgol di tangan saya, jadi saya ingin mengungkap kalau saya memang akan ditangkap karena saya terlibat dalam penculikan kakak saya,” tukas Clara.Noah dan Ezra baru bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Clara. Kini, mereka bisa mempercayai Clara sepenuhnya karena perempuan itu benar-benar terlihat tulus dengan mengungkap kejahatannya sendiri.“Kalian mungkin t

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 151. Berita Menggemparkan

    Ivy duduk dengan tegak. Di depan wajahnya sudah terdapat kamera yang menyalah merah, sedangkan di belakang kamera terdapat Noah, Ezra, Bibi Puja, dan Clara.Mereka sudah memutuskan untuk melakukan siaran langsung di kediaman Ezra karena Ezra memiliki banyak alat perlengkapan di bidang teknologi. Tanpa waktu panjang, Ezra dan Ivy mencoba menyusun semuanya sampai siap diluncurkan.“Aku benar-benar takjub melihat kalian,” komentar Noah saat Ivy dan Ezra sibuk menyiapkan senjata.“Sekarang kau sadar kalau sudah menikah dengan perempuan hebat?” tanya Ezra.“Aku memang sudah sadar dari dulu karena buktinya hanya Ivy yang bisa menaklukkan hatiku,” jawab Noah.Ivy hanya tersenyum saat mendengar ucapan penuh rayuan dari Noah. Setidaknya hal itu mampu untuk menenangkan dirinya yang sedang dilanda kegugupan.“Kau siap, Ivy?” tanya Ezra.Ivy mengangguk. “Ya. Mulailah.”Sebelum Ezra menekan tombol merah di komputer yang nantinya akan meretas semua media di indonesia, tangannya sudah berkeringat di

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 150. Kekuatan Bersama

    Ivy menunggu kedatangan Ezra dengan gugup. Meskipun Clara dan Noah terus menanyakan perihal maksudnya, ia tetap tak bisa menjawab.“Tunggu Ezra datang,” balasnya secara berulang kali ketika Clara bertanya ada apa.Ezra juga memegang peran penting dalam rencananya. Ia dan Ezra harus bekerja sama agar semuanya rencana berjalan dengan baik.Setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Ezra datang bersama Bibi Puja. Mereka berdua masuk ke ruangan Clara dengan raut panik. “Bibi Puja?” tanya Clara.Bibi Puja yang sudah panik semakin gelagapan karena melihat Clara. Ia bahkan langsung bersembunyi di belakang tubuh Ezra karena takut berhadapan dengan Clara.“Jadi kau tiba-tiba hilang ternyata ikut dengan mereka?” tanya Clara, lagi.“Ya. Bibi Puja yang membantu Noah dan Ezra,” sahut Ivy.Bibi Puja masih berdiri di belakang Ezra dengan gemetar. Ia takut Clara akan memarahinya ataupun memukulnya. Akan tetapi, Clara tak bereaksi apa-apa selain mengangguk.“Oh.”Melihat reaksi Clara y

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 149. Langkah Besar

    “Keadaanmu sudah sangat membaik. Kau minum obat secara teratur, melakukan terapi dan konsultasi rutin, juga mengerjakan semua tugas yang saya berikan.”Dokter Serlyn tersenyum manis saat mengungkap kemajuan keadaan Ivy. Akan tetapi, ia tahu kalau Ivy sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Meskipun ia melihat senyum Ivy sekarang, gurat wajahnya yang kaku tak bisa mengelabui matanya. “Jadi, apa ada yang mengganggumu lagi akhir-akhir ini?” tanyanya kemudian. Ivy mengangguk kaku, tetapi mulutnya tak kunjung bersuara hingga Dokter Serlyn mengulangi pertanyaannya.“Apa yang mengganggumu, Ivy? Kau bisa mengatakannya kepadaku,” ujarnya. Ivy memainkan jari-jemarinya ketika otaknya berusaha menyusun kalimat yang pas. Dokter Serlyn dengan sabar menanti sampai Ivy bersuara. “Dokter….” Ivy memanggil Dokter Serlyn dengan gugup.Dokter Serlyn mengangguk. “Ya?”“Menurut Dokter apa saya boleh balas dendam?” tanya Ivy dengan sangat lirih. “Kau ingin balas dendam?” tanya sang dokter, cukup terkejut

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 148. Bunga Liar dan Sekuntum Mawar

    Clara sudah dirawat selama satu minggu lebih dan selama itu pula Ivy tak kunjung mendatanginya. Ia sempat terenyuh saat mendengar ucapan Ezra beberapa waktu yang lalu, tetapi semua itu sirna karena Ivy tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.“Ezra pasti hanya bermulut besar. Aku yakin Ivy senang melihatku tak berdaya seperti ini,” gumam Clara sambil menatap langit-langit rumah sakit. Ketika Clara hanyut dalam lamunannya, sayup-sayup ia mendengar suara Ivy. Ia melirik pintu ruang kamarnya dan yakin kalau Ivy yang baru saja berteriak di depan kamarnya. Ivy seperti sedang marah kepada Noah karena ia baru mengetahui keadaannya. Mereka terus berdebat alot sampai akhirnya masuk ke dalam ruangannya. Ia pun langsung menutup matanya dan berpura-pura tidur. Clara tak tahu kenapa ia harus berpura-pura di depan Ivy. Harusnya ia langsung berteriak marah kepadanya seperti biasa. Akan tetapi, ia lebih memilih diam dan terus berakting tak sadarkan diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 147. Sudut Pandang Berbeda

    Clara merasa hidupnya sudah di ambang batas. Ia sudah yakin kalau dirinya akan mati saat disiksa dengan begitu kejam oleh ayahnya karena Ivy berhasil melarikan diri. Ia disekap selama berhari-hari dan akhirnya dibawa pergi dari rumah dengan niatan ingin dibuang.Ayahnya pasti mengira ia sudah menjadi mayat karena diam saja dan terus menutup mata, padahal ia memang sengaja berpura-pura pingsan agar siksaan itu terhenti. Ia juga menahan napasnya saat ayahnya mengecek alur napas di hidungnya.Saat berada di dalam mobil, Clara mendengar desisan ayahnya yang akan melemparkan mayatnya ke dalam lautan. Maka, saat ayahnya berhenti di pemberhentian bensin, ia segera kabur.Ia terus berlari dan bersembunyi hingga akhirnya ia tak sanggup lagi. Ia jatuh pingsan di tepian jalan dekat sungai dan sudah menyerah akan kehidupan.“Sebentar lagi aku pasti mati,” pikirnya.Di detik-detik menyakitkan itu, ia mulai terbayang dengan berbagai memori. Tentang kebersaman dengan mendian ibunya yang menghangatka

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 146. Terkuaknya Hal Tersembunyi

    Ivy melewati lorong rumah sakit dengan jantung yang terus berdebar kencang. Setelah mendengar apa yang Noah sembunyikan, Ivy tak bisa menahan diri untuk tetap bergelung di atas tempat tidur.“Antarkan aku ke rumah sakit sekarang juga!” seru Ivy dengan berlonjak bangun.Ivy bahkan hampir lupa dengan kecacatan kakinya hingga ia hampir terjatuh dari tepat tidur sewaktu ingin bangun. Noah sontak menahan dirinya dan membantunya bersiap-siap dengan cepat.“Kau harus tenang Ivy. Jaga napasmu,” peringat Noah untuk kesekian kalinya.Noah terus mengatakan hal yang sama sejak membantunya bersiap-siap di rumah, di perjalanan menuju rumah sakit, hingga saat ini. Jika dihitung, mungkin sudah dari seratus kali Noah mengatakannya.“Aku akan tenang seandainya kau tak menyembunyikan hal ini dariku!” seru Ivy.“Aku menyembunyikannya karena tahu kalau kau akan bereaksi seperti ini. Aku tak ingin membuatmu makin khawatir,” ucap Noah.“Siapa yang tidak khawatir kalau adikku ditemukan hampir tewas dan sekar

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 145. Sentuhan Yang Dirindukan

    Setelah Noah lebih tenang, ia melepaskan pelukan secara perlahan. Ivy mengapus air mata di wajah Noah dan memberi kecupan di setiap lekuk wajahnya. Noah pun melakukan hal yang sama.Bibir Noah terhenti cukup lama di bibir Ivy. Ia mengulum lembut bibir itu sembari menggendong tubuh Ivy dengan sigap dan membaringkannya ke tempat tidur. Ciuman itu tak terlepas sama sekali sampai Ivy menepuk-nepuk dadanya karena kehabisan napas.Mereka tak pernah melakukannya sejak Ivy siuman dari komanya. Mungkin sudah satu bulan berlalu Noah menahannya.Noah tahu ia harus memendam seluruh hasratnya karena keadaan Ivy yang masih lemah, sama seperti sekarang. Hanya saja posisi mereka yang sudah sangat dekat dan intim seperti ini membuat Noah lebih sulit menguasai diri.Ivy menyadari suasana yang jadi lebih intens di antara mereka. Kedua tangannya melingkar di leher Noah hingga membuat wajah Noah yang berada di atasnya hampir menempel di wajahnya.“Lakukan saja. Tak apa,” lirih Ivy.Noah menelan ludahnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status