Share

Bab 4. Kepahitan Bulan Madu

Ivy terpaku selama beberapa saat ketika perempuan bernama Bella itu menjulurkan tangan padanya.

“Senang bertemu denganmu. Aku harap kita jadi teman yang akrab.” Bella berkata dengan senyum lebarnya.

Ivy menoleh pada Noah yang tengah tersenyum mencemooh. Apa yang dilakukan Noah jelas telah merendahkannya.

Bagaimana bisa ia pergi bulan madu dengan teman tidur suaminya?

“Ya… ya… senang berkenalan denganmu.” Ivy membalas jabat tangan itu dengan kaku.

Samar-samar ia bisa mendengar dengusan pelan Noah yang mengatainya bodoh. Dan ia sendiri juga mengakui kalau memang bodoh.

“Harusnya kupatahkan saja tangan ini! Dia adalah selingkuhan suamiku!” batin Ivy meronta dan tanpa sadar mencengkram kuat-kuat tangan Bella yang masih di dalam genggamannya, tapi ia tetap tak bisa melakukan apa pun hingga Bella melepas sendiri jabatan tangan itu.

“Kau cukup kuat juga ya,” ucap Bella.

Di balik senyumnya yang lebar, ia menaruh kesal karena Ivy benar-benar membuat tangannya sakit.

Selama perjalanan Jakarta ke Seoul yang memakan waktu enam jam, Ivy benar-benar membisu. Noah yang duduk di sebelahnya juga tak banyak bicara.

Noah lebih banyak sibuk dan mengurus berkas-berkas di mejanya daripada menoleh pada Ivy. Bahkan Bella yang duduk tak jauh dari mereka juga diabaikan oleh Noah. Padahal Ivy mengira Noah dan Bella akan sering mencuri pandang.

Ivy diam-diam memperhatikan Bella yang sedang terlelap. Tubuh Bella memang memiliki proporsi yang sangat sempurna layaknya model. Bella tinggi, kurus, berkulit putih mulus dengan buah dada dan bokong yang besar. Oh, jangan lupakan bibirnya yang merah dan tebal itu.

“Kalau Noah sampai membawanya ke Seoul dan terus menempel pada Bella, maka keahliannya di ranjang pasti sangat hebat.”

Ivy segera menggelengkan kepalanya yang telah berpikir liar. Ia harus mulai menguasai diri agar tak terlalu terbawa suasana dan mengingat kembali adegan panas antara Noah dan Bella semalam.

Ivy memilih memejamkan matanya dan berharap pikirannya lebih tenang. Perjalanan ini berlangsung lama dan ia sungguh tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sesampainya mereka di Seoul.

Noah yang semula sibuk dengan beberapa pekerjaan, menoleh pada Ivy yang telah tidur dengan nyenyak. Ia tahu kalau tak seharusnya memperhatikan Ivy dalam jangka waktu yang lama, tapi ada sesuatu yang meresahkan hatinya.

Noah yakin kalau ia melihat beberapa lebam dan bekas luka di kaki Ivy sebelum ia mulai menyiksanya semalam. Ia memang cukup terkejut melihatnya, ditambah pagi ini ia melihat memar biru keungunan yang melingkar di lehernya.

“Sebenarnya apa yang dia lakukan sampai mendapat luka sebanyak itu?” pikirnya.

Noah juga baru menyadari kalau selama ini Ivy memang selalu mengenakan pakaian yang tertutup. Ia selalu memakai rok panjang atau celana panjang. Ia juga sering mengenakan jaket atau kardigan daripada pakaian lengan pendek lain.

“Apa ada yang dia sembunyikan dariku?”

Noah merasa ada hal yang aneh dan harus ia ketahui, tapi ia tak tahu bagaimana cara mengintrogasi Ivy. Akan memalukan jika ia langsung bertanya tentang bekas lukanya yang tak sengaja ia lihat tadi pagi.

“Sebentar… aku kan suaminya. Aku bisa melakukan apa pun padanya.”

Sebuah ide muncul di pikiran Noah, kemudian ia tersenyum miring dan mengangguk-angguk.

“Ya, caranya sangat mudah,” gumamnya.

Noah melanjutkan pekerjaannya dengan lebih ceria daripada sebelumnya. Terima kasih pada ide briliannya yang akan ia lakukan untuk mempermainkan Ivy nanti.

***

Ivy rasanya tak pernah tidur senyenyak itu dalam hidupnya. Ia tak tahu kalau tidur dalam perjalanan panjang di kelas utama pesawat akan senyaman ini.

Saat melihat jam tangan, ia sadar kalau dalam satu jam lagi mereka akan sampai di bandara. Ia menoleh dan mendapati Noah sedang terlelap. Mejanya yang semula penuh dengan berkas pekerjaan sudah kembali rapi.

Ini adalah kali pertama Ivy melihat Noah yang terlelap. Wajahnya saat tidur terlihat sangat damai dan tenang, sangat berbeda saat sadar. Hanya ada kemarahan dan kebencian di matanya.

“Dia manis juga,” ucapnya.

Ivy memperhatikan dahi Noah yang beberapa kali berkerut hingga tanpa sadar tangan Ivy terjulur untuk menyentuhnya agar tenang. Namun, belum sempat ia menyentuh kulit Noah, tangannya sudah dicengkram erat.

Tubuh Ivy menegang, apalagi saat mata Noah yang semula terpejam langsung terbuka dan menatapnya dengan tajam.

“Apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan tajam.

Ivy tergagap. Ia seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.

“A—aku…”

Noah mendengus saat Ivy kesulitan menjawabnya. Ia menepis tangan Ivy dengan sekuat tenaga hingga hampir menabrak kabin.

“Maaf… aku hanya… hanya….” Ivy masih berusaha menjelaskan, tapi tatapan Noah yang makin menajam membuatnya mati kutu.

“Hanya apa? Apa kau akan menyakitiku dan balas dendam atas semua perbuatanku? Kau akan membunuhku?”

Mulut Ivy melongo lebar, tak menyangkah dengan tuduhan Noah padanya. Pikiran Noah terdengar sangat liar.

“Mana mungkin! Aku tak pernah berpikir seperti itu!” Ivy memprotes.

Noah tetap mendengus tak percaya.

“Pembohong,” ucapnya.

Ivy sungguh tak mengira Noah akan menuduhnya seperti itu. Ia memang marah dan kecewa dengan sikap Noah, tapi ia tak pernah memikirkan tentang balas dendam apalagi sampai pembunuhan.

“Aku sungguh tak berniat seperti itu! Kenapa juga aku membunuh orang lain?” tanyanya, keheranan.

“Karena kau anak dari Evan yang telah membu—”

Ucapan Noah terhenti saat ia sadar terlalu tersulut emosi. Ia pun berdehem dan kembali memejamkan matanya untuk mengabaikan Ivy.

Kali ini, kebingungan mendominasi Ivy. Ia yakin jika Noah ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi… apa? Kenapa Noah tak melanjutkannya? Memangnya, apa yang telah diperbuat ayahnya pada Noah?

“Dia terlihat sangat marah tadi,” batinnya.

“Kau tadi terlihat tak nyaman. Kau sering mengerutkan dahimu. Kupikir kau sedang mimpi buruk. Jadi, aku ingin… ingin mengelus dahimu, siapa tahu kau akan tenang,” aku Ivy.

Tentu saja penjelasan itu diabaikan Noah. Ia semakin muak dengan Ivy dan memunggunginya. Namun, saat teringat mungkin ada beberapa orang yang memperhatikan mereka, Noah kembali menyamankan posisinya seperti semula.

“Jangan berulah sampai turun dari pesawat,” tegas Noah sambil mencoba kembali terlelap dengan kedua tangan bersedekap di dada.

Ivy menurut. Ia tetap diam sampai pramugari memberi pengumuman bahwa pesawat segera sampai di Incheon International Airport.

Ia bahkan tetap diam saat mereka benar-benar berjalan di bandara. Noah tetap memegang tangannya dan sesekali berbisik untuk mengingatkannya agar tetap tersenyum dan terlihat bahagia.

“Aku tahu. Aku tak akan lupa.”

Dan Ivy juga menjawab hal yang sama selama berulang kali.

Bella sendiri berada di belakang mereka bersama Pak Rudy yang akan menjadi pengawal mereka selama lima hari di seoul.

Saat keluar dari pintu gate, seorang lelaki tinggi berkacamata melambaikan tangannya pada Noah.

Noah membalasnya, lalu mereka berjalan mendekat.

“Dia Samuel, teman baikku,” bisik Noah sebelum mereka sampai di depan Samuel.

Samuel memiliki wajah yang sangat ramah. Senyumnya yang lebar bahkan menenggelamkan matanya.

“Hai, Bro! Jadi, ini istri cacatmu yang menyebalkan itu.”

Namun, ucapan Samuel sangat berbeda dengan keramahan yang tercetak di wajahnya. Sapaan itu cukup mengejutkan dan membuat Ivy tersentak.

Noah menendang kaki Samuel, kemudian ia mengaduh protes. Sementara Ivy bisa mendengar tawa tertahan di belakangnya. Bella sedang menertawakannya.

“Jangan mengatakan senyaring itu di tempat umum!” peringat Noah.

“Oh, ya. Maaf.” Samuel menangkup kedua tangannya, berlagak sok menyesal meski Ivy tahu tak ada penyesalan yang terlihat di wajahnya.

Ivy mengeratkan pegangannya di koper saat melihat senyuman miring Samuel, juga tawa Bella yang makin mengeras.

“Benar-benar tak ada orang yang berada di pihakku disini,” batinnya.

Mereka kembali berjalan menuju mobil. Saat Noah melepaskan tangannya untuk mengangkat panggilan telepon, Samuel tiba-tiba berdiri tepat di belakang Ivy bahkan sengaja menempelkan tubuhnya dengan Ivy.

“Tenanglah, jika Noah tak mau denganmu. Kau bisa bersenang-senang denganku setiap malam,” bisiknya dengan sangat seduktif.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status