Share

Bab 5. Pria Nekat

Ivy berusaha menjaga jarak dari Samuel. Kejadian di bandara cukup membuatnya trauma hingga lebih baik ia di dekat Noah, meski sering mendapat lirikan tajam daripada disentuh oleh Samuel.

“Kenapa pegang tangan terus?” protes Noah sambil berusaha melepaskan genggaman Ivy.

“Kita masih di tempat umum. Siapa tahu ada orang Indonesia di sini dan mengenalmu,” balas Ivy.

Setelah meletakkan barang-barang di hotel, mereka memang segera menuju restoran milik keluarga Samuel. Kata Noah, Samuel sedang liburan seminggu sekaligus menengok bisnis keluarganya.

“Tapi kita mau makan. Aku tidak bisa makan kalau kau terus menggenggamnya.”

“Saling menyuapi saja.”

Ivy segera mengambil potongan tteokbokki dan menjulurkan ke mulut Noah. Jelas Noah ingin mengelak, tapi melihat ramainya tempat makan ini membuatnya tetap menerima.

Samuel kembali ke meja dengan membawa sepiring gimbap yang dia buat secara spesial.

“Wah. Ternyata kalian romantis juga,” godanya.

Ivy membalas dengan buangan muka dan semakin mendekatkan dirinya pada Noah. Ia merasa kalau disiksa Noah lebih baik daripada dilecehkan oleh Samuel.

“Aku mau ke kamar mandi dulu.”

Noah beranjak dari duduknya, tapi Ivy tak kunjung melepaskan tangannya hingga membuat Noah terheran-heran.

“Aku mau ke kamar mandi,” ulangnya dengan lebih tegas.

Ivy ingin sekali menjawab ikut, tetapi itu terlalu konyol. Hingga yang bisa ia lakukan hanya duduk sejauh mungkin dari Samuel.

“Kau takut, ya?” Samuel diam-diam menahan senyuman liciknya.

Samuel menyanggah kepalanya dengan tangan di atas meja. Ivy tak menjawab. Ia memilih meraih minumannya karena suasana terasa lebih panas daripada sebelumnya. Namun, minuman itu tumpah karena ketakutannya yang melonjak.

“Wow! Kau tak perlu sepanik itu,” ucap Samuel dengan mendekat untuk mengambil alih gelas yang sisa setengah di tangan Ivy.

Samuel ingin mengelap paha Ivy yang basah, tapi Ivy buru-buru menepisnya.

“Tenang. Aku tak akan melakukan apa pun di sini. Mungkin kau tak tahu, tapi aku juga cukup terkenal seperti Noah. Jadi, aku tak akan bertindak sembarangan di tempat umum, apalagi restoranku sendiri.”

Samuel menjelaskan dengan cukup panjang, tapi Ivy tetap menolak sapu tangan Samuel. Ia lebih memilih beranjak dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan bekas minuman di pakaiannya.

“Kau—apa yang terjadi?”

Ivy bertemu Noah yang baru keluar dari kamar mandi. Matanya terbelalak melihat pakaian Ivy yang basah.

“Aku tak sengaja menumpahkan minumanku….”

Noah menggeleng tak percaya. “Kita kembali ke hotel saja.”

“Oke. Aku akan mengantar kalian.”

Ivy tersentak saat mendengar suara Samuel. Ia tak tahu sejak kapan lelaki itu sudah berdiri di belakangnya.

“Kenapa dia di sini? Apa dia diam-diam mengikutiku ke kamar mandi?”

Semua pergerakan Samuel terasa janggal dan membuat Ivy tak nyaman. Saat di mobil, Ivy berbisik pada Noah.

“Kenapa dia ikut?”

“Pak Rudy masih istirahat.”

“Lalu, di mana Bella?”

“Tentu saja dia jalan-jalan.”

Lagi-lagi Samuel menyahuti percakapannya dengan Noah. Ivy yakin kalau suaranya sudah cukup kecil, tapi Samuel masih bisa menangkapnya dengan mudah meski sedang fokus pada kemudi.

“Tugas Bella hanya memuaskan suamimu nanti malam.”

Ivy sepenuhnya diam saat Samuel melanjutkan ucapannya. Noah yang duduk di sampingnya juga tak berkomentar banyak. Dia hanya fokus pada ponselnya seakan-akan Ivy tak ada di sisinya.

Sesampainya di hotel, Noah langsung masuk ke ruang kamarnya. Ivy menyusul dengan masuk ke kamar hotel yang berada tepat di depan ruangan Noah. Mereka memang berpisah ranjang.

“Bulan madu tapi tak sekamar. Sangat lucu. Kalau orang-orang tahu, pasti akan jadi berita besar,” pikir Ivy.

Ivy segera membuka laptopnya. Ad hal yang ingin ia pastikan tentang siapa Samuel. Dalam sekali pencarian, seluruh akun media sosial Samuel muncul. Samuel rupanya seorang model dan selebgram yang sedang naik daun. Bahkan ada rumor kalau dia juga mulai bermain akting di film pertamanya.

“Orang kurang ajar,” desis Ivy.

Kedua tangan Ivy mengepal. Ia sudah sering melihat kalau orang-orang terkenal itu banyak yang berhati iblis.

Ketika Ivy sedang menahan emosinya, pintu ruang kamarnya diketuk. Tanpa pikir panjang, Ivy langsung membukanya karena mengira itu Noah.

“Kau—”

Ivy ingin berteriak, tapi tangan kekar Samuel sudah lebih dulu membekap mulutnya. Tubuhnya bahkan terdorong ke belakang hingga hampir jatuh saat Samuel memaksa masuk dan mengunci kembali kamarnya.

“Apa yang kau lakukan?!” pekik Ivy sambil berusaha lepas dari cengkraman Samuel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status