Betty membuka matanya saat mendengar suara dering dari ponselnya. Dengan mata yang terpejam, dia mencari keberadaan ponselnya dan menemukannya di sebelah kakinya. Dengan malas, dia bangkit dan meraih ponselnya yang terus berdering. Mata Betty menyipit untuk melihat siapa yang menghubunginya pagi-pagi seperti ini. Begitu melihat siapa yang menghubunginya, Betty kembali merebahkan tubuhnya dan mengangkat panggilan itu malas."Kenapa lama sekali?" Suara Aldric terdengar kesal."Kau menghubungiku di pagi buta.""Ini sudah jam tujuh."Betty mendengkus, "Ini masih pagi untuk hari liburku.""Bagaimana semalam? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Aldric yang membuat kantuk Betty hilang."Lancar."Aldric dan Betty sama-sama terdiam. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi. Betty mendengkus menyadari itu. Jika dalam lima detik Aldric tidak kembali berbicara, dia akan mematikan ponselnya dan kembali tidur."Apa yang terjadi?" Belum sempat mematikan ponsel, suara berat Aldric kembali terdeng
Betty keluar dari stasiun bersama Lukas yang membawa tas mereka. Hidungnya menghirup udara malam musim dingin kota London dengan dalam. Betty tersenyum kecut, ternyata London tidak separah yang dia kira. Manchester jauh lebih menyakitkan menurutnya."Ayo, aku antar pulang, setelah itu aku akan kembali ke tempatku," ucap Lukas bergegas memesan taksi."Aku bisa pulang sendiri."Lukas menggeleng dan tetap fokus pada ponselnya. Dia tidak akan membiarkan Betty pulang sendiri. Setidaknya setelah apa yang terjadi semalam, Lukas berusaha untuk tetap berada di samping Betty. Lukas menyandarkan tubuhnya sambil menunggu mobil pesanan mereka datang. Matanya mengedar menatap orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Dengan rasa bosan, Lukas menghitung jumlah orang berjaket hitam yang berada di sekitarnya."Tujuh, delap—an." Lukas menegakkan tubuhnya saat menyadari sesuatu.Insting bahaya di otaknya mulai berbunyi. Bagaimana bisa dia mendapati delapan pria dengan jaket yang sama dalam waktu kura
Aldric keluar dari mobil saat melihat mobil Kenan berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dia kenal. Wajahnya mengeras saat melihat Betty berada di sana. Untuk apa gadis itu berada di sini? Yang lebih buruknya berurusan dengan Kenan dan Keyond. Aldric bersyukur jika dia pergi ke tempat Betty pagi tadi untuk melihat keadaannya. Jujur saja, dia tidak bisa tenang jika harus meninggalkannya sendiri setelah peristiwa penembakan. Lalu sekarang dia dikejutkan dengan Betty yang berada di rumah Keyond bersama Kenan dan kekasihnya. Aldric tahu jelas siapa mereka semua, dan tidak menyangka jika Betty bisa bergerak sejauh ini. Apa yang sebenarnya terjadi?Betty dan Rubby terkejut saat melihat keberadaan Aldric. Kenan sendiri tersenyum tipis dan bersandar pada mobilnya, seolah menikmati drama romantis yang akan tersaji di hadapannya."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aldric mencengkeram erat lengan Betty."Beth, kekasihmu menyeramkan," bisik Rubby beralih pada Kenan.Betty mengulum bibirnya
Mobil berhenti tepat di depan rumah Aldric. Dengan perasaan kesal, Betty turun dari mobil dan menutup pintunya keras. Aldric hanya bisa menggeleng melihat tingkah Betty yang cukup kekanakkan. Dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Aldric menemukan Betty sedang duduk di ruang tengah dengan wajah yang mengeras. Sedangkan di sofa lainnya, Roy tampak tertidur dengan pulas.Aldric menggantung mantelnya dan berjalan menghampiri Betty. Dia mendekat ke arah Roy terlebih dahulu dan membangunkannya, "Bangun!" Aldric memukul kaki Roy cukup keras yang membuat sahabatnya itu mengerang.Saat telah menjatuhkan tubuhnya di samping Betty, Aldric menghela nafas kasar. Dia menggaruk rambutnya pelan saat bingung harus berbuat apa di depan Betty. Gadis itu marah karena dia memaksanya untuk menceritakan semua masalahnya saat di mobil tadi. Aldric hanya ingin tahu bagaimana awal permasalahan Betty hingga berakhir dengan pria-pria yang berbahaya seperti Kenan dan Keyond."Aku—""Aku tidak mendeng
Tangan kecil itu perlahan membuka perban yang membalut bahu Lukas. Betty meringis melihat luka itu. Sedikit lebih baik dari sebelumnya tapi tetap saja, penanganan yang apa adanya tanpa bantuan peralatan medis akan sedikit menghambat penyembuhan. Namun, berada di tempat ini akan jauh lebih baik saat tahu jika Lukas sudah menjadi incaran seseorang."Apa masih sakit?" tanya Betty ngeri.Lukas mengumpat dalam hati. Tentu saja! Namun dia memilih untuk menggeleng pelan, "Tidak sesakit dulu.""Kau selalu membuatku khawatir.""Aku baik-baik saja," jawab Lukas mengelus kepala Betty pelan.Betty mendengkus dan menyentak tangan Lukas dari kepalanya, "Bukan seperti itu, setidaknya jika kau membuat masalah jangan libatkan aku."Lukas merubah wajahnya menjadi datar. Mata birunya menatap Betty dengan tidak suka, "Jangan mulai lagi dengan ucapan pedasmu. Aku sedang tidak sehat untuk membalasnya."Dengan kesal, Betty sedikit menekan luka Lukas yang telah tertutupi dengan perban baru. Pria itu meringis
Kaki Betty berlari kecil menuju pintu garasi yang sedikit terbuka. Sesekali mulutnya meniup kedua tangannya yang terasa dingin meskipun sudah dilengkapi sarung tangan. Betty tidak membenci musim dingin, dia hanya membenci keadaan yang membuatnya tidak bisa berlama-lama di suhu seperti ini."Kenapa udara sangat dingin?" gumam Betty melepaskan kupluk yang menutupi rambutnya."Karena ini musim dingin," sahut Roy dengan jeniusnya dan masuk ke dalam rumah dengan tiga kantong yang berisi bahan makanan.Betty dan Roy memutuskan untuk ke supermarket tadi pagi karena bahan makanan yang sudah habis. Sedangkan Lukas dan Aldric mungkin masih tidur.Betty masuk ke dalam rumah dan berusaha mencari keberadaan Aldric. Dia membutuhkan bantuan pria itu sekarang. Dia ingin meminjam laptop atau komputer untuk membuat surat pengunduran diri. Keputusannya sudah bulat. Lebih baik dia mundur dengan sendirinya dari pada dipecat dengan tidak terhormat."Al?" panggil Betty mengeratkan mantelnya dan berjalan men
Hembusan nafas yang berkabut membuat Betty kembali mengeratkan mantelnya. Sesekali kaca mata tebalnya turun ke hidung yang membuatnya mendengus tidak suka. "Kenapa Max selalu membiarkanku pulang malam seperti ini?" gumamnya sambil mengecek kembali apa pintu perpustakaan sudah terkunci dengan rapat. Setelah benar-benar terkunci, Betty mengedarkan pandangannya ke seluruh Curzon Street yang tampak sepi. Tentu saja, selain karena malam hari, letak perpustakaan ini juga begitu menyudut tapi masih menjadi wilayah kota besar London. Betty melangkah dengan kepala yang menunduk, sudah menjadi kebiasaannya. Bukannya apa, tapi dia harus selalu bersikap waspada akhir-akhir ini. Lingkungan yang berjarak 2 blok dari perpustakaan terkenal rusak dan berbahaya. Sering kali mayat tanpa identitas ditemukan di tempat ini. Pernah sekali, artis papan atas yang terkenal mempunyai banyak masalah terbujur kaku di salah satu gang sempit itu. Betty terus berjalan tanpa menyadari ada sepasang mata tajam y
Betty terdiam selama perjalanan. Dua jam bukanlah waktu yang singkat. Hampir saja dia jatuh terlelap jika tidak ingat ada Rubby di sampingnya.Akhirnya dia benar-benar pergi ke Wychwood, tempat yang membuatnya penasaran. Betty berharap dia tidak salah langkah kali ini. Jika iya, tidak hanya dirinya yang dalam bahaya, tapi Rubby juga."Beth?" panggil Rubby yang membuyarkan lamunannya."Ya?""Aku hamil."Betty terdiam cukup lama sampai akhirnya dia menatap Rubby sepenuhnya, "Kau apa?""Aku hamil, Beth," ujar Rubby lagi dengan suara pelan."Ya Tuhan!" Betty menatap Rubby tidak percaya, "Bagaimana bisa kau hamil?"Dengan kesal Rubby mendorong kepala Betty cukup keras," Tentu saja bisa jika aku membuatnya." Betty meringis mendengar itu, "Dan kau orang pertama yang aku beritahu. Jadi, jangan beritahukan ini pada siapapun. Ingat Beth, jangan beri tahu siapapun.""Kenan tidak tahu?" tanya Betty terkejut, "Oh atau itu bukan anak Kenan?""Aku bahkan tidak bisa dekat dengan pria lain, dan ini mu