Hembusan nafas yang berkabut membuat Betty kembali mengeratkan mantelnya. Sesekali kaca mata tebalnya turun ke hidung yang membuatnya mendengus tidak suka. "Kenapa Max selalu membiarkanku pulang malam seperti ini?" gumamnya sambil mengecek kembali apa pintu perpustakaan sudah terkunci dengan rapat. Setelah benar-benar terkunci, Betty mengedarkan pandangannya ke seluruh Curzon Street yang tampak sepi. Tentu saja, selain karena malam hari, letak perpustakaan ini juga begitu menyudut tapi masih menjadi wilayah kota besar London. Betty melangkah dengan kepala yang menunduk, sudah menjadi kebiasaannya. Bukannya apa, tapi dia harus selalu bersikap waspada akhir-akhir ini. Lingkungan yang berjarak 2 blok dari perpustakaan terkenal rusak dan berbahaya. Sering kali mayat tanpa identitas ditemukan di tempat ini. Pernah sekali, artis papan atas yang terkenal mempunyai banyak masalah terbujur kaku di salah satu gang sempit itu. Betty terus berjalan tanpa menyadari ada sepasang mata tajam y
Betty terdiam selama perjalanan. Dua jam bukanlah waktu yang singkat. Hampir saja dia jatuh terlelap jika tidak ingat ada Rubby di sampingnya.Akhirnya dia benar-benar pergi ke Wychwood, tempat yang membuatnya penasaran. Betty berharap dia tidak salah langkah kali ini. Jika iya, tidak hanya dirinya yang dalam bahaya, tapi Rubby juga."Beth?" panggil Rubby yang membuyarkan lamunannya."Ya?""Aku hamil."Betty terdiam cukup lama sampai akhirnya dia menatap Rubby sepenuhnya, "Kau apa?""Aku hamil, Beth," ujar Rubby lagi dengan suara pelan."Ya Tuhan!" Betty menatap Rubby tidak percaya, "Bagaimana bisa kau hamil?"Dengan kesal Rubby mendorong kepala Betty cukup keras," Tentu saja bisa jika aku membuatnya." Betty meringis mendengar itu, "Dan kau orang pertama yang aku beritahu. Jadi, jangan beritahukan ini pada siapapun. Ingat Beth, jangan beri tahu siapapun.""Kenan tidak tahu?" tanya Betty terkejut, "Oh atau itu bukan anak Kenan?""Aku bahkan tidak bisa dekat dengan pria lain, dan ini mu
Berjalan sendirian di tengah kota dengan keadaan seperti ini membuat Lukas ketakutan. Dia bergabung dengan kerumunan manusia yang menunggu untuk menyeberang. Lukas menunduk dan mengeratkan topinya guna menghindari orang-orang yang mungkin saja sedang mengintainya saat ini. Niat awal ingin membantu Roy untuk membeli perlengkapan bengkel harus sirna begitu dia merasa takut ketika berada di luar sendirian.Lampu berubah menjadi merah membuat semua orang mulai menyeberang. Roy mengalihkan pandangannya menatap kendaraan yang berhenti karena lampu merah. Terdapat empat mobil jeep hitam yang terlihat mencolok dan berjajar dengan rapi. Rasa takut tiba-tiba menghantuinya. Tanpa ragu lagi Lukas berlari dan benar saja, tanpa menunggu lampu hijau, empat mobil itu langsung melaju dengan cepat membuat semua orang berteriak.Melihat situasi yang mulai kacau, Lukas masuk ke dalam sebuah gang sempit untuk menghindari kejaran. Dia masih berlari hingga tubuhnya menabrak tubuh seseorang. Dia menghela naf
Seperti hari-hari sebelumnya, Lukas dan Roy tampak sibuk di garasi milik Aldric. Banyak mobil yang harus mereka perbaiki. Tentu saja Lukas tidak akan diam selama tinggal di rumah Aldric, setidaknya dia harus melakukan sesuatu sebagai ucapan terima kasih."Apa kau tahu di mana Ric?" tanya Lukas."Bekerja."Lukas berbalik dan menatap punggung Roy yang sibuk dengan ban-ban bekas di hadapannya, "Sebenarnya apa yang dilakukan Ric atau Aldric itu?"Roy berbalik dan menatap Lukas dalam, "Tentu saja mencari uang.""Apa pekerjaannya?"Roy menyeringai, "Tidak jauh darimu.""Penjudi?""Kau menamai dirimu sendiri sebagai penjudi saat kau selalu kalah melawan Aldric?" Roy bertanya geli.Lukas mendelik tidak terima. "Aku pernah mengalahkannya sekali!""Dan kau yakin itu murni karena kehebatan dirimu sendiri?""Apa maksudmu?!" Lukas semakin tersulut saat Roy meremehkannya.Roy tertawa dan menggeleng pelan. Dia berbalik dan kembali berkutat dengan ban-ban di hadapannya. Melihat Roy yang diam, Lukas m
Keadaan ruangan yang gelap dan pengap membuat tubuh Lukas semakin lemas. Ditambah dengan perutnya yang kosong tanpa diisi apapun.Wilson sialan! Umpat Lukas untuk yang kesekian kalinya. Dengan kesal dia mencoba merenggangkan ikatan rantai di tangannya. Meskipun tahu jika itu hanya sia-sia, setidaknya dirinya tetap berusaha di sini. Matanya mengedar ke segala arah saat melihat tidak ada lagi cahaya yang masuk dari lubang kecil di atas ruangan. Hari sudah mulai gelap. Sudah seharian dia disekap tanpa siapapun yang menemuinya.Seketika Lukas menyesal saat memilih untuk meninggalkan rumah Aldric sendirian. Seharusnya dia tahu jika keberadaannya dalam bahaya saat ini. Anak buah Wilson terus berusaha mencarinya, dan di sinilah dia sekarang. Terkurung seperti hewan tanpa ada sesuatu yang membuatnya bertahan."Betty," gumam Lukas memejamkan matanya lelah. Suhu semakin dingin dan Lukas hanya bisa berdoa agar bisa bertahan hingga besok tanpa mati membeku di ruangan sempit ini.Saat kesadarannya
Dua mobil tampak melaju pelan menyusuri jalan yang sepi dan gelap. Seharian mengintai dan menyiapkan rencana, akhirnya Aldric dan Roy mulai bergerak untuk menyelamatkan Lukas yang disekap di sebuah gudang kecil di tengah ladang. Aldric masih belum tahu siapa yang melakukan ini pada Lukas. Namun itu bukan urusannya, yang terpenting sekarang adalah dia membawa Lukas pulang dan mencium bibir Betty hingga puas."Ada mobil di belakang kita," ucap Roy.Aldric menoleh dan kembali fokus mengisi peluru pada pistol di tangannya, "Lambatkan mobil. Tunggu sampai mobil itu melewati kita."Tanpa menjawab, Roy mulai memelankan laju mobil dan membiarkan mobil mewah yang terlihat mencolok itu melewati mereka. Mata Aldric menyipit melihat mobil itu, berusaha menerka-nerka apa yang dilakukan mobil mewah seperti itu di tempat seperti ini?"Apa kau tidak merasa aneh?" tanya Roy kembali menjalankan mobil dengan normal."Aku mengerti, tapi sekarang kita harus cepat sebelum Lukas dibawa ke Irlandia. Aku benc
Kaki Betty dengan tergesa berlari menuruni anak tangga. Suara klakson mobil yang terus-menerus berbunyi membuat Betty mengumpat. Dia sedikit mengintip dari jendela dan mendapati Roy yang tengah melambaikan tangannya dari dalam mobil. Dengan cepat Betty berlari menuju garasi dan membuka pintu lebar-lebar, membiarkan mobil yang Roy tumpangi perlahan masuk ke dalam garasi.Dengan tubuh yang sedikit menggigil karena udara pagi, Betty kembali menutup pintu dan berjalan menghampiri mobil Roy. Matanya membulat saat mendapati Lukas yang terbaring lemah di kursi belakang."Apa yang terjadi?" tanya Betty lirih. Suaranya mulai bergetar melihat keadaan Lukas yang memprihatinkan."Menyingkirlah sebelum tubuh Lukas membeku." Roy bergerak memapah tubuh Lukas untuk masuk ke dalam rumah. Menaikkan suhu pemanas ruangan agar lebih hangat dan bersahabat untuk tubuh Lukas."Katakan padaku," lirih Betty dengan pandangan lemas."Pedro," ucap Roy merenggangkan ototnya, "Pedro yang melakukan ini.""A—apa kata
Mata indah Betty menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan raut wajah tegang. Entah sudah berapa malam dia tidak merasakan ketenangan dalam tidurnya. Betty seolah dihantui oleh mimpi buruk yang selalu membuatnya terjaga. Hal itu membuat lingkaran hitam di sekitar matanya mulai terlihat.Betty tahu dirinya bukanlah orang yang suci. Namun apa salah jika dia berdoa pada Tuhan dan meminta jika semua hal yang terjadi padanya akhir-akhir ini hanyalah sebuah mimpi? Dia lelah dihantui oleh rasa takut yang entah sampai kapan akan dia sembunyikan.Dengan tangan yang bergetar, Betty meraih sisir dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Di musim dingin ini dia tidak merasa kedinginan untuk mandi dengan air biasa. Seperti semua indera yang ada di tubuhnya tidak lagi berfungsi dengan baik. Gerakan tangan Betty terhenti saat kenop pintu kamarnya berputar dengan pelan. Tangannya menggenggam sisir dengan erat saat jantungnya mendadak berdetak dengan cepat. Siapa yang masuk ke kamarnya pa