Seperti hari-hari sebelumnya, Lukas dan Roy tampak sibuk di garasi milik Aldric. Banyak mobil yang harus mereka perbaiki. Tentu saja Lukas tidak akan diam selama tinggal di rumah Aldric, setidaknya dia harus melakukan sesuatu sebagai ucapan terima kasih."Apa kau tahu di mana Ric?" tanya Lukas."Bekerja."Lukas berbalik dan menatap punggung Roy yang sibuk dengan ban-ban bekas di hadapannya, "Sebenarnya apa yang dilakukan Ric atau Aldric itu?"Roy berbalik dan menatap Lukas dalam, "Tentu saja mencari uang.""Apa pekerjaannya?"Roy menyeringai, "Tidak jauh darimu.""Penjudi?""Kau menamai dirimu sendiri sebagai penjudi saat kau selalu kalah melawan Aldric?" Roy bertanya geli.Lukas mendelik tidak terima. "Aku pernah mengalahkannya sekali!""Dan kau yakin itu murni karena kehebatan dirimu sendiri?""Apa maksudmu?!" Lukas semakin tersulut saat Roy meremehkannya.Roy tertawa dan menggeleng pelan. Dia berbalik dan kembali berkutat dengan ban-ban di hadapannya. Melihat Roy yang diam, Lukas m
Keadaan ruangan yang gelap dan pengap membuat tubuh Lukas semakin lemas. Ditambah dengan perutnya yang kosong tanpa diisi apapun.Wilson sialan! Umpat Lukas untuk yang kesekian kalinya. Dengan kesal dia mencoba merenggangkan ikatan rantai di tangannya. Meskipun tahu jika itu hanya sia-sia, setidaknya dirinya tetap berusaha di sini. Matanya mengedar ke segala arah saat melihat tidak ada lagi cahaya yang masuk dari lubang kecil di atas ruangan. Hari sudah mulai gelap. Sudah seharian dia disekap tanpa siapapun yang menemuinya.Seketika Lukas menyesal saat memilih untuk meninggalkan rumah Aldric sendirian. Seharusnya dia tahu jika keberadaannya dalam bahaya saat ini. Anak buah Wilson terus berusaha mencarinya, dan di sinilah dia sekarang. Terkurung seperti hewan tanpa ada sesuatu yang membuatnya bertahan."Betty," gumam Lukas memejamkan matanya lelah. Suhu semakin dingin dan Lukas hanya bisa berdoa agar bisa bertahan hingga besok tanpa mati membeku di ruangan sempit ini.Saat kesadarannya
Dua mobil tampak melaju pelan menyusuri jalan yang sepi dan gelap. Seharian mengintai dan menyiapkan rencana, akhirnya Aldric dan Roy mulai bergerak untuk menyelamatkan Lukas yang disekap di sebuah gudang kecil di tengah ladang. Aldric masih belum tahu siapa yang melakukan ini pada Lukas. Namun itu bukan urusannya, yang terpenting sekarang adalah dia membawa Lukas pulang dan mencium bibir Betty hingga puas."Ada mobil di belakang kita," ucap Roy.Aldric menoleh dan kembali fokus mengisi peluru pada pistol di tangannya, "Lambatkan mobil. Tunggu sampai mobil itu melewati kita."Tanpa menjawab, Roy mulai memelankan laju mobil dan membiarkan mobil mewah yang terlihat mencolok itu melewati mereka. Mata Aldric menyipit melihat mobil itu, berusaha menerka-nerka apa yang dilakukan mobil mewah seperti itu di tempat seperti ini?"Apa kau tidak merasa aneh?" tanya Roy kembali menjalankan mobil dengan normal."Aku mengerti, tapi sekarang kita harus cepat sebelum Lukas dibawa ke Irlandia. Aku benc
Kaki Betty dengan tergesa berlari menuruni anak tangga. Suara klakson mobil yang terus-menerus berbunyi membuat Betty mengumpat. Dia sedikit mengintip dari jendela dan mendapati Roy yang tengah melambaikan tangannya dari dalam mobil. Dengan cepat Betty berlari menuju garasi dan membuka pintu lebar-lebar, membiarkan mobil yang Roy tumpangi perlahan masuk ke dalam garasi.Dengan tubuh yang sedikit menggigil karena udara pagi, Betty kembali menutup pintu dan berjalan menghampiri mobil Roy. Matanya membulat saat mendapati Lukas yang terbaring lemah di kursi belakang."Apa yang terjadi?" tanya Betty lirih. Suaranya mulai bergetar melihat keadaan Lukas yang memprihatinkan."Menyingkirlah sebelum tubuh Lukas membeku." Roy bergerak memapah tubuh Lukas untuk masuk ke dalam rumah. Menaikkan suhu pemanas ruangan agar lebih hangat dan bersahabat untuk tubuh Lukas."Katakan padaku," lirih Betty dengan pandangan lemas."Pedro," ucap Roy merenggangkan ototnya, "Pedro yang melakukan ini.""A—apa kata
Mata indah Betty menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan raut wajah tegang. Entah sudah berapa malam dia tidak merasakan ketenangan dalam tidurnya. Betty seolah dihantui oleh mimpi buruk yang selalu membuatnya terjaga. Hal itu membuat lingkaran hitam di sekitar matanya mulai terlihat.Betty tahu dirinya bukanlah orang yang suci. Namun apa salah jika dia berdoa pada Tuhan dan meminta jika semua hal yang terjadi padanya akhir-akhir ini hanyalah sebuah mimpi? Dia lelah dihantui oleh rasa takut yang entah sampai kapan akan dia sembunyikan.Dengan tangan yang bergetar, Betty meraih sisir dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Di musim dingin ini dia tidak merasa kedinginan untuk mandi dengan air biasa. Seperti semua indera yang ada di tubuhnya tidak lagi berfungsi dengan baik. Gerakan tangan Betty terhenti saat kenop pintu kamarnya berputar dengan pelan. Tangannya menggenggam sisir dengan erat saat jantungnya mendadak berdetak dengan cepat. Siapa yang masuk ke kamarnya pa
Betty meremas tangannya gelisah. Dia sudah berdiri di depan pintu besi itu selama 10 menit dan masih tidak tahu harus melakukan apa. Sudah dua hari dia tidak melihat Aldric, yang menurut Roy pria itu sedang mengurung diri di ruangannya. Beruntung Roy dan Lukas pergi untuk cek kesehatan di rumah sakit mengingat jika Lukas masih belum mengetahui tentang ruang rahasia milik Aldric. Betty akan menjaga rahasia itu agar tetap aman. Betty melirik lemari yang menjadi jalannya dia masuk tadi dengan hati-hati. Sudah aman, tidak ada orang lain di sini selain dirinya dan Aldric. Perlahan Betty menyentuh pintu besi itu dan seketika keluar layar kecil seperti hari sebelumnya. Mantel yang tergantung di lemari pun seketika bergerak seperti semula dan lemari tertutup otomatis. Betty sempat terkejut karena merasa terjebak di tempat kecil ini, tapi dia kembali tenang dan menyentuh layar kecil di depannya. Menggunakan sensor mata, batin Betty sedikit kesal. Kenapa begitu banyak sistem keamanan yang
Hidup begitu rumit, itu yang Lukas rasakan saat ini. Dia baru menyadari jika hidupnya benar-benar tidak berarti. Dia selalu menyusahkan Betty, lalu sekarang dia juga menyusahkan pria yang sempat menjadi musuhnya di meja judi. Untung saja Aldric menyukai Betty, jika tidak mungkin pantatnya sudah ditendang sedari dulu.Langkah Lukas terhenti saat mendapati Roy tengah berada di ruang tengah dengan tumpukan senjata di atas meja. Terkejut? Tentu saja. Dia tahu jika rumah ini merupakan rumah seorang bujangan yang akrab dengan dunia malam, tapi Lukas tidak tahu jika mereka memiliki senjata yang dapat ia tebak memiliki harga selangit.Memilih untuk diam, Lukas mencoba mengamati kegiatan Roy dari belakang. Matanya membulat saat Roy mengangkat sebuah pisau besar dengan ukiran yang rumit. Donat yang Lukas bawa jatuh begitu saja."Sial!" umpatnya.Roy berbalik dan menatap Lukas terkejut. "K—kau?""Sebenarnya apa yang kalian lakukan?" tanya Lukas berjalan mendekat dengan mata yang tak berhenti men
Mata Betty terbuka saat mendengar ketukan pintu yang terus berbunyi. Dia mengerang dan menarik bantal untuk menutupi wajahnya. Saat akan kembali tidur, ketukan pintu kembali terdengar membuat Betty melempar bantal itu ke arah pintu dengan kesal."Aku bangun!" teriaknya kesal."Ini sudah sore. Apa kau berubah menjadi putri tidur sekarang?" Roy kembali mengetuk pintu membuat Betty merengek tidak suka, "Cepat bangun atau Aldric akan membunuhku!"Setelah itu Roy pergi meninggalkan Betty yang masih duduk di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya dengan linglung menatap keadaan kamarnya. Pikirannya kembali berputar untuk mencari jawaban kenapa dia berada di kamarnya sendiri sekarang. Seingat Betty, dia tidur dengan Aldric tadi pagi.Wajahnya perlahan berubah merah, ingatan akan pagi yang panas kembali memenuhi otak Betty. Aldric telah berhasil meracuni otaknya. Dengan membayangkan wajah Aldric saja, Betty sudah dibuat panas.Wajah Betty semakin memerah setelah meng