Mata Betty terbuka saat mendengar ketukan pintu yang terus berbunyi. Dia mengerang dan menarik bantal untuk menutupi wajahnya. Saat akan kembali tidur, ketukan pintu kembali terdengar membuat Betty melempar bantal itu ke arah pintu dengan kesal."Aku bangun!" teriaknya kesal."Ini sudah sore. Apa kau berubah menjadi putri tidur sekarang?" Roy kembali mengetuk pintu membuat Betty merengek tidak suka, "Cepat bangun atau Aldric akan membunuhku!"Setelah itu Roy pergi meninggalkan Betty yang masih duduk di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya dengan linglung menatap keadaan kamarnya. Pikirannya kembali berputar untuk mencari jawaban kenapa dia berada di kamarnya sendiri sekarang. Seingat Betty, dia tidur dengan Aldric tadi pagi.Wajahnya perlahan berubah merah, ingatan akan pagi yang panas kembali memenuhi otak Betty. Aldric telah berhasil meracuni otaknya. Dengan membayangkan wajah Aldric saja, Betty sudah dibuat panas.Wajah Betty semakin memerah setelah meng
Perjalanan yang cukup jauh membuat Betty mengantuk. Dia tidak tahu di mana tempat adik Aldric berada saat ini. Awalnya dia merasa semangat untuk bertemu Abigail, tapi setelah melihat perjalanan yang cukup lama membuat Betty sedikit lelah. Hari ini begitu banyak hal yang dia lalui, termasuk menghangatkan kembali ranjang Aldric sebelum berangkat."Apa ini jalan yang benar, Al?"Aldric melirik sebentar, "Kau bisa tidur jika lelah.""Aku sudah tidur." Betty mengerucutkan bibirnya dan mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Hawa yang dingin tidak membuat Aldric memanjakannya. Dari sekian banyaknya mobil mewah yang dia punya, pria itu malah membawa mobil yang bisa Betty sebut sebagai rongsokan."Maaf."Betty mengerutkan dahinya bingung."Maaf sudah membuatmu melakukan banyak hal hari ini."Betty mengangguk paham, "Tidak masalah. Selama itu bersamamu aku senang."Aldric melirik Betty yang tersenyum lebar. Mau tidak mau dia juga ikut tersenyum mendengarnya. Perlahan Aldric bisa merasakan
Keadaan yang semakin dingin membuat Aldric mengeratkan jaketnya. Di tengah malam seperti ini dia harus terjaga untuk membantu Kenan memasang ranjau di sekitar rumah Elliot untuk berjaga-jaga. Mereka diawasi, Aldric tahu itu. Rumah Elliot adalah satu-satunya tempat teraman bagi mereka.Setelah memastikan semua telah terpasang dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, Aldric masuk ke dalam rumah dan mendapati Keyond yang tengah tertidur di sofa. Dia duduk di salah satu sofa dan membuka ponselnya. Dahinya berkerut saat mendapati pesan tidak dikenal dengan link serta kode angka di dalamnya. Aldric segera meraih laptop dan membuka link tersebut. Dia memasukkan kata sandi yang langsung membawanya ke halaman kosong. Tak lama kemudian muncul tulisan berjalan yang langsung hilang dalam waktu 30 detik.Aldric terpaku melihat pesan itu. Dia melirik Keyond dan segera mematikan laptopnya. Keningnya berdenyut saat kembali teringat dengan pesan anonim itu. Tidak, Aldric tahu betul siapa yang mengi
Betty kembali meringis saat Aldric menekan luka di keningnya. Bahkan wajah kesalnya tidak membuat pria itu bersikap lembut sedikitpun. Betty tahu jika Aldric marah, dia merasakan aura menyeramkan dari pria itu. Namun Aldric sendiri memilih diam dan mengobati luka di keningnya. Entah kenapa teras rumah Elliot mendadak menjadi sepi. Di mana semua orang?"Apa Veila sudah kembali?" tanya Betty hati-hati. Dia tidak suka dengan keheningan yang terjadi di antara mereka."Belum.""Apa dia akan aman bersama Keyond?"Aldric menghentikan gerakan tangannya dan menatap Betty tajam, "Menurutmu?" Lanjutnya.Betty menunduk dan memainkan mantelnya gelisah, "Tentu saja dia akan aman." Betty tertawa gugup."Aku tidak tahu apa yang ada di otakmu, Beth.""Maaf." Betty meraih lengan Aldric dan mengelusnya."Apa yang harus kukatakan pada Lukas tentang luka di keningmu?"Betty berdecak, "Jangan membual, Al. Kau hanya khawatir denganku bukan? Kenapa harus membawa nama Lukas?"Tangan Aldric terulur dan sedikit
Di pagi buta, Aldric keluar dari rumah Elliot untuk pergi ke suatu tempat. Dia tidak berniat membangunkan Betty yang masih tertidur di depan perapian. Dia hanya ingin sendiri, setidaknya untuk sekarang.Mobil hitam Aldric berhenti tepat di depan sebuah makam. Keadaan yang masih gelap membuat makam terlihat menakutkan. Munculnya kabut juga menambah suasana menjadi mencekam. Aldric keluar dari mobil dan mematikan rokoknya. Dia mengeratkan jaketnya dan berjalan masuk ke dalam makam, menghampiri batu nisan yang bertuliskan nama Robbie Halbert.Aldric tidak tahu apa yang membawanya ke tempat ini. Dia sangat membenci Ayahnya, tapi entah kenapa setelah melihat betapa konyolnya pria itu mati membuat Aldric sedikit menyesal. Robbie meninggal di tangan Salvator, dia sadar itu. Bahkan Aldric yakin jika polisi yang menyelidiki kasus kematian Robbie juga menutupi semuanya. Tidak ada yang bisa membodohi ya."Apa yang kau ketahui tentang Salvator?" gumam Aldric mengepalkan kedua tangannya. Dia semak
Mata tajam itu terbuka dengan sempurna. Aldric mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dengan curiga. Cahaya gelap dari luar rumah Elliot semakin membuat Aldric tidak percaya. Bagaimana bisa dia tertidur pulas dalam keadaan seperti ini?Dia melirik ke samping dan menemukan wanita yang selalu menemaninya akhir-akhir ini. Perlahan tangan Aldric terulur untuk menyentuh pipi Betty. Begitu lembut sampai membuatnya tidak rela jika wajah itu terluka. Sofa yang sempit membuat punggung Aldric lelah. Tidak masalah, setidaknya Betty merasa aman berada di dalam pelukannya.Semalam adalah malam yang hebat untuk mereka, tapi itu tidak berlangsung lama saat Betty tidak ingin terlalu lama tinggal di motel. Dia cukup terganggu dengan suara sirine mobil polisi yang hilir mudik melewati penginapan mereka. Betty pikir polisi akan menangkap mereka karena sudah membunuh Simon. Aldric mendengkus saat mengetahui itu. Dia adalah pembunuh bayaran, sudah keahliannya untuk menghilangkan jejak. Namun Betty be
Asap rokok keluar dari bibir Lukas. Pria itu tengah duduk di teras rumah Aldric dengan beberapa botol bir. Dia sudah berada di sana sejak 2 jam yang lalu. Hanya menenangkan diri sambil menikmati langit yang mulai gelap. Kapan lagi dia bisa sesantai ini dalam menjalani hidup?"Berikan aku satu."Suara berat dari belakang membuat Lukas menoleh. Dia melemparkan bungkus rokoknya yang ditangkap cepat oleh Pedro."Bagaimana keadaan Abi?" tanya Lukas."Setelah di rawat di sini keadaannya semakin membaik, hanya saja akhir-akhir ini belum ada perkembangan.""Kenapa kau membantunya?" tanya Lukas penasaran.Pedro tersenyum dan menghembuskan asap rokoknya. "Hanya ingin bertanggung jawab." Pedro mengalihkan pandangannya pada Lukas, "Aku yang sudah menembak kepalanya.""Masa lalu kalian begitu konyol.""Semua sudah direncanakan oleh Salvator.""Salvator?" tanya Roy yang baru muncul. Tangannya meraih bungkus rokok dan mengambilnya satu."Aldric menghubungiku dan menjelaskan semuanya. Mereka sudah me
Aldric bersandar di kap mobil dengan rokok di tangannya. Sesekali dia melirik ke dalam mobil di mana Betty masih terlelap dengan nyaman. Dia menghela nafas dan kembali menatap hutan Wychwood yang begitu gelap, sama seperti perasaannya saat ini.Aldric sedikit khawatir dengan hari esok. Tidak, dia tidak takut. Dia hanya mengkhawatirkan Betty. Wanita itu berbeda, tidak seperti Rubby dan Veila yang dapat menjaga dirinya sendiri. Betty terlalu polos untuk masuk ke dalam lingkungan gelap mereka. Jika bisa, Aldric akan meminta wanita itu untuk tinggal. Namun Betty dengan sifat keras kepalanya tentu akan menolak. Wanita itu masih penasaran akan hubungan kedua orang tuanya dengan Salvator. Kenapa pria itu menginginkan Betty sama seperti menginginkan kedua orang tuanya? Aldric berharap bisa menemukan jawabannya besok."Al?" panggil Betty dengan suara serak.Wanita itu keluar dari mobil dan menghampiri Aldric, memeluk pinggang pria itu erat seolah mencari kehangatan."Bagus jika kau sudah bangu