Mobil berhenti tepat di depan rumah Aldric. Dengan perasaan kesal, Betty turun dari mobil dan menutup pintunya keras. Aldric hanya bisa menggeleng melihat tingkah Betty yang cukup kekanakkan. Dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Aldric menemukan Betty sedang duduk di ruang tengah dengan wajah yang mengeras. Sedangkan di sofa lainnya, Roy tampak tertidur dengan pulas.Aldric menggantung mantelnya dan berjalan menghampiri Betty. Dia mendekat ke arah Roy terlebih dahulu dan membangunkannya, "Bangun!" Aldric memukul kaki Roy cukup keras yang membuat sahabatnya itu mengerang.Saat telah menjatuhkan tubuhnya di samping Betty, Aldric menghela nafas kasar. Dia menggaruk rambutnya pelan saat bingung harus berbuat apa di depan Betty. Gadis itu marah karena dia memaksanya untuk menceritakan semua masalahnya saat di mobil tadi. Aldric hanya ingin tahu bagaimana awal permasalahan Betty hingga berakhir dengan pria-pria yang berbahaya seperti Kenan dan Keyond."Aku—""Aku tidak mendeng
Tangan kecil itu perlahan membuka perban yang membalut bahu Lukas. Betty meringis melihat luka itu. Sedikit lebih baik dari sebelumnya tapi tetap saja, penanganan yang apa adanya tanpa bantuan peralatan medis akan sedikit menghambat penyembuhan. Namun, berada di tempat ini akan jauh lebih baik saat tahu jika Lukas sudah menjadi incaran seseorang."Apa masih sakit?" tanya Betty ngeri.Lukas mengumpat dalam hati. Tentu saja! Namun dia memilih untuk menggeleng pelan, "Tidak sesakit dulu.""Kau selalu membuatku khawatir.""Aku baik-baik saja," jawab Lukas mengelus kepala Betty pelan.Betty mendengkus dan menyentak tangan Lukas dari kepalanya, "Bukan seperti itu, setidaknya jika kau membuat masalah jangan libatkan aku."Lukas merubah wajahnya menjadi datar. Mata birunya menatap Betty dengan tidak suka, "Jangan mulai lagi dengan ucapan pedasmu. Aku sedang tidak sehat untuk membalasnya."Dengan kesal, Betty sedikit menekan luka Lukas yang telah tertutupi dengan perban baru. Pria itu meringis
Kaki Betty berlari kecil menuju pintu garasi yang sedikit terbuka. Sesekali mulutnya meniup kedua tangannya yang terasa dingin meskipun sudah dilengkapi sarung tangan. Betty tidak membenci musim dingin, dia hanya membenci keadaan yang membuatnya tidak bisa berlama-lama di suhu seperti ini."Kenapa udara sangat dingin?" gumam Betty melepaskan kupluk yang menutupi rambutnya."Karena ini musim dingin," sahut Roy dengan jeniusnya dan masuk ke dalam rumah dengan tiga kantong yang berisi bahan makanan.Betty dan Roy memutuskan untuk ke supermarket tadi pagi karena bahan makanan yang sudah habis. Sedangkan Lukas dan Aldric mungkin masih tidur.Betty masuk ke dalam rumah dan berusaha mencari keberadaan Aldric. Dia membutuhkan bantuan pria itu sekarang. Dia ingin meminjam laptop atau komputer untuk membuat surat pengunduran diri. Keputusannya sudah bulat. Lebih baik dia mundur dengan sendirinya dari pada dipecat dengan tidak terhormat."Al?" panggil Betty mengeratkan mantelnya dan berjalan men
Hembusan nafas yang berkabut membuat Betty kembali mengeratkan mantelnya. Sesekali kaca mata tebalnya turun ke hidung yang membuatnya mendengus tidak suka. "Kenapa Max selalu membiarkanku pulang malam seperti ini?" gumamnya sambil mengecek kembali apa pintu perpustakaan sudah terkunci dengan rapat. Setelah benar-benar terkunci, Betty mengedarkan pandangannya ke seluruh Curzon Street yang tampak sepi. Tentu saja, selain karena malam hari, letak perpustakaan ini juga begitu menyudut tapi masih menjadi wilayah kota besar London. Betty melangkah dengan kepala yang menunduk, sudah menjadi kebiasaannya. Bukannya apa, tapi dia harus selalu bersikap waspada akhir-akhir ini. Lingkungan yang berjarak 2 blok dari perpustakaan terkenal rusak dan berbahaya. Sering kali mayat tanpa identitas ditemukan di tempat ini. Pernah sekali, artis papan atas yang terkenal mempunyai banyak masalah terbujur kaku di salah satu gang sempit itu. Betty terus berjalan tanpa menyadari ada sepasang mata tajam y
Betty terdiam selama perjalanan. Dua jam bukanlah waktu yang singkat. Hampir saja dia jatuh terlelap jika tidak ingat ada Rubby di sampingnya.Akhirnya dia benar-benar pergi ke Wychwood, tempat yang membuatnya penasaran. Betty berharap dia tidak salah langkah kali ini. Jika iya, tidak hanya dirinya yang dalam bahaya, tapi Rubby juga."Beth?" panggil Rubby yang membuyarkan lamunannya."Ya?""Aku hamil."Betty terdiam cukup lama sampai akhirnya dia menatap Rubby sepenuhnya, "Kau apa?""Aku hamil, Beth," ujar Rubby lagi dengan suara pelan."Ya Tuhan!" Betty menatap Rubby tidak percaya, "Bagaimana bisa kau hamil?"Dengan kesal Rubby mendorong kepala Betty cukup keras," Tentu saja bisa jika aku membuatnya." Betty meringis mendengar itu, "Dan kau orang pertama yang aku beritahu. Jadi, jangan beritahukan ini pada siapapun. Ingat Beth, jangan beri tahu siapapun.""Kenan tidak tahu?" tanya Betty terkejut, "Oh atau itu bukan anak Kenan?""Aku bahkan tidak bisa dekat dengan pria lain, dan ini mu
Berjalan sendirian di tengah kota dengan keadaan seperti ini membuat Lukas ketakutan. Dia bergabung dengan kerumunan manusia yang menunggu untuk menyeberang. Lukas menunduk dan mengeratkan topinya guna menghindari orang-orang yang mungkin saja sedang mengintainya saat ini. Niat awal ingin membantu Roy untuk membeli perlengkapan bengkel harus sirna begitu dia merasa takut ketika berada di luar sendirian.Lampu berubah menjadi merah membuat semua orang mulai menyeberang. Roy mengalihkan pandangannya menatap kendaraan yang berhenti karena lampu merah. Terdapat empat mobil jeep hitam yang terlihat mencolok dan berjajar dengan rapi. Rasa takut tiba-tiba menghantuinya. Tanpa ragu lagi Lukas berlari dan benar saja, tanpa menunggu lampu hijau, empat mobil itu langsung melaju dengan cepat membuat semua orang berteriak.Melihat situasi yang mulai kacau, Lukas masuk ke dalam sebuah gang sempit untuk menghindari kejaran. Dia masih berlari hingga tubuhnya menabrak tubuh seseorang. Dia menghela naf
Seperti hari-hari sebelumnya, Lukas dan Roy tampak sibuk di garasi milik Aldric. Banyak mobil yang harus mereka perbaiki. Tentu saja Lukas tidak akan diam selama tinggal di rumah Aldric, setidaknya dia harus melakukan sesuatu sebagai ucapan terima kasih."Apa kau tahu di mana Ric?" tanya Lukas."Bekerja."Lukas berbalik dan menatap punggung Roy yang sibuk dengan ban-ban bekas di hadapannya, "Sebenarnya apa yang dilakukan Ric atau Aldric itu?"Roy berbalik dan menatap Lukas dalam, "Tentu saja mencari uang.""Apa pekerjaannya?"Roy menyeringai, "Tidak jauh darimu.""Penjudi?""Kau menamai dirimu sendiri sebagai penjudi saat kau selalu kalah melawan Aldric?" Roy bertanya geli.Lukas mendelik tidak terima. "Aku pernah mengalahkannya sekali!""Dan kau yakin itu murni karena kehebatan dirimu sendiri?""Apa maksudmu?!" Lukas semakin tersulut saat Roy meremehkannya.Roy tertawa dan menggeleng pelan. Dia berbalik dan kembali berkutat dengan ban-ban di hadapannya. Melihat Roy yang diam, Lukas m
Keadaan ruangan yang gelap dan pengap membuat tubuh Lukas semakin lemas. Ditambah dengan perutnya yang kosong tanpa diisi apapun.Wilson sialan! Umpat Lukas untuk yang kesekian kalinya. Dengan kesal dia mencoba merenggangkan ikatan rantai di tangannya. Meskipun tahu jika itu hanya sia-sia, setidaknya dirinya tetap berusaha di sini. Matanya mengedar ke segala arah saat melihat tidak ada lagi cahaya yang masuk dari lubang kecil di atas ruangan. Hari sudah mulai gelap. Sudah seharian dia disekap tanpa siapapun yang menemuinya.Seketika Lukas menyesal saat memilih untuk meninggalkan rumah Aldric sendirian. Seharusnya dia tahu jika keberadaannya dalam bahaya saat ini. Anak buah Wilson terus berusaha mencarinya, dan di sinilah dia sekarang. Terkurung seperti hewan tanpa ada sesuatu yang membuatnya bertahan."Betty," gumam Lukas memejamkan matanya lelah. Suhu semakin dingin dan Lukas hanya bisa berdoa agar bisa bertahan hingga besok tanpa mati membeku di ruangan sempit ini.Saat kesadarannya