Aldric menyandarkan tubuhnya di kursi setelah mengirimkan pesan singkat untuk Betty agar menolak ajakan makan siang dari Pedro. Bagaimana bisa dia mengetahuinya? Itu hal yang mudah, karena Aldric sudah menempelkan sebuah alat kecil sebagai alat pelacak dan perekam suara di rambut Betty ketika mereka berciuman tadi pagi.Aldric tidak pernah segila ini dalam melindungi seorang wanita, tapi dia harus melakukannya karena dia tidak punya hak untuk melarang Betty melakukan kegiatannya. Aldric hanya bisa memantau dari jauh. Besok dia akan kembali menemui Betty dan memperingatinya secara langsung. Aldric tidak bisa jika hanya mengandalkan sebuah alat tanpa bisa bertatap muka secara langsung. Siapa tahu Betty sudah mencuci rambutnya saat mandi, sehingga akses untuk memantau gadis itu akan hilang.Aldric berdiri dan berjalan ke arah lemari besi di ujung ruangan yang memiliki banyak laci. Dia membuka salah satu laci di sana dan mengambil satu ponsel dari tumpukan ponsel yang ada. Laci itu seketi
Aldric menyantap salad-nya dengan mata yang masih memperhatikan layar televisi di hadapannya. Matanya menajam saat melihat pria yang sangat dia kenal keluar dari gedung dan tersenyum manis pada kamera. Aldric berdesis dan mematikan televisi dengan cepat. Dia hanya ingin menikmati paginya dengan tenang. Bukan dengan berita memuakkan yang memenuhi semua stasiun televisi."Kau tidak membutuhkan barang yang di sini?" tanya Roy yang tiba-tiba muncul dengan keranjang besi di tangannya."Tidak, musnahkan segera." Roy mengangguk dan segera menuruti ucapan Aldric. Pria bermata sipit itu berlalu ke belakang rumah menuju area pembakaran daun-daun kering. Tentu saja tidak ada daun kering, ini musim dingin. Roy hanya ingin memusnahkan segala benda yang tidak Aldric butuhkan.Aldric melanjutkan acara sarapannya dengan keheningan. Meskipun dia terlihat biasa, tapi di dalam hati dan otaknya, dia merasakan emosi yang luar biasa saat mengingat wajah pria di televisi tadi. Begitu bahagia dan tanpa beban
Lukas tersenyum senang saat pria yang dia tunggu akhirnya datang. Seperti biasa, dengan gaya angkuhnya, Aldric duduk di depannya tanpa diminta. Seolah paham jika Lukas memang memesan meja khusus untuk bermain dengannya."Kau siap?" tanya Lukas mengusap kedua tangannya tidak sabar."Tanya kau sendiri, apa kau siap?""Aku selalu siap untuk melawanmu." Lukas dengan semangat mengeluarkan tas yang berisi uang hasil curiannya ke atas meja.Aldric yang melihat itu hanya bisa menggeleng pelan. Pemuda di hadapannya benar-benar tidak punya otak. Rela merepotkan diri untuk merampok guna melawannya. Aldric yakin jika Lukas adalah pria terbodoh yang pernah dia kenal."Mencuri lagi?"Lukas berdecak, "Kau tidak perlu tahu, yang penting aku tidak akan berhutang lagi padamu.""Baiklah, ayo kita mulai."Saat pelayan tengah menyiapkan permainan mereka, terdengar dering telepon berbunyi dan Aldric melihat Lukas membuka ponselnya. Pria itu meliriknya sebentar sebelum mengangkat teleponnya.Lukas mendengku
Saat ini Aldric tengah menatap wanita berumur tiga puluhan yang sedang duduk sendiri di meja bar. Terlihat tidak ikut bergabung dengan teman-temannya di lantai dansa. Kaki panjang Aldric membawanya menghampiri wanita itu dan berdiri tepat di sampingnya."Tidak menikmati suasana, hm?" tanya Aldric tanpa menatap wanita itu. Berusaha terlihat misterius dan menarik di satu waktu."Apa yang kau inginkan anak muda? Jika kau mengajakku tidur, aku tidak tertarik," ucap Marion."Apa itu begitu terlihat?" Aldric menyeringai dan mulai menatap Marion sepenuhnya.Marion tersenyum dan menatap Aldric dari atas ke bawah. “Kau cukup menarik, tapi sayang aku sedang menunggu seseorang malam ini.""Kita bisa melakukannya dengan cepat." Aldric tersenyum manis."Dasar pemuda keras kepala!" rutuk Marion kesal, tapi tak urung dia turun dari kursi dan berdiri di hadapan Aldric.Wanita itu menatap Aldric dengan tatapan tertarik. Tentu saja! Siapa yang berani menolak pesona Aldric, meski menolak pun pada akhirn
Betty membuka matanya saat mendengar suara dering dari ponselnya. Dengan mata yang terpejam, dia mencari keberadaan ponselnya dan menemukannya di sebelah kakinya. Dengan malas, dia bangkit dan meraih ponselnya yang terus berdering. Mata Betty menyipit untuk melihat siapa yang menghubunginya pagi-pagi seperti ini. Begitu melihat siapa yang menghubunginya, Betty kembali merebahkan tubuhnya dan mengangkat panggilan itu malas."Kenapa lama sekali?" Suara Aldric terdengar kesal."Kau menghubungiku di pagi buta.""Ini sudah jam tujuh."Betty mendengkus, "Ini masih pagi untuk hari liburku.""Bagaimana semalam? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Aldric yang membuat kantuk Betty hilang."Lancar."Aldric dan Betty sama-sama terdiam. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi. Betty mendengkus menyadari itu. Jika dalam lima detik Aldric tidak kembali berbicara, dia akan mematikan ponselnya dan kembali tidur."Apa yang terjadi?" Belum sempat mematikan ponsel, suara berat Aldric kembali terdeng
Betty keluar dari stasiun bersama Lukas yang membawa tas mereka. Hidungnya menghirup udara malam musim dingin kota London dengan dalam. Betty tersenyum kecut, ternyata London tidak separah yang dia kira. Manchester jauh lebih menyakitkan menurutnya."Ayo, aku antar pulang, setelah itu aku akan kembali ke tempatku," ucap Lukas bergegas memesan taksi."Aku bisa pulang sendiri."Lukas menggeleng dan tetap fokus pada ponselnya. Dia tidak akan membiarkan Betty pulang sendiri. Setidaknya setelah apa yang terjadi semalam, Lukas berusaha untuk tetap berada di samping Betty. Lukas menyandarkan tubuhnya sambil menunggu mobil pesanan mereka datang. Matanya mengedar menatap orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Dengan rasa bosan, Lukas menghitung jumlah orang berjaket hitam yang berada di sekitarnya."Tujuh, delap—an." Lukas menegakkan tubuhnya saat menyadari sesuatu.Insting bahaya di otaknya mulai berbunyi. Bagaimana bisa dia mendapati delapan pria dengan jaket yang sama dalam waktu kura
Aldric keluar dari mobil saat melihat mobil Kenan berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dia kenal. Wajahnya mengeras saat melihat Betty berada di sana. Untuk apa gadis itu berada di sini? Yang lebih buruknya berurusan dengan Kenan dan Keyond. Aldric bersyukur jika dia pergi ke tempat Betty pagi tadi untuk melihat keadaannya. Jujur saja, dia tidak bisa tenang jika harus meninggalkannya sendiri setelah peristiwa penembakan. Lalu sekarang dia dikejutkan dengan Betty yang berada di rumah Keyond bersama Kenan dan kekasihnya. Aldric tahu jelas siapa mereka semua, dan tidak menyangka jika Betty bisa bergerak sejauh ini. Apa yang sebenarnya terjadi?Betty dan Rubby terkejut saat melihat keberadaan Aldric. Kenan sendiri tersenyum tipis dan bersandar pada mobilnya, seolah menikmati drama romantis yang akan tersaji di hadapannya."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aldric mencengkeram erat lengan Betty."Beth, kekasihmu menyeramkan," bisik Rubby beralih pada Kenan.Betty mengulum bibirnya
Mobil berhenti tepat di depan rumah Aldric. Dengan perasaan kesal, Betty turun dari mobil dan menutup pintunya keras. Aldric hanya bisa menggeleng melihat tingkah Betty yang cukup kekanakkan. Dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Aldric menemukan Betty sedang duduk di ruang tengah dengan wajah yang mengeras. Sedangkan di sofa lainnya, Roy tampak tertidur dengan pulas.Aldric menggantung mantelnya dan berjalan menghampiri Betty. Dia mendekat ke arah Roy terlebih dahulu dan membangunkannya, "Bangun!" Aldric memukul kaki Roy cukup keras yang membuat sahabatnya itu mengerang.Saat telah menjatuhkan tubuhnya di samping Betty, Aldric menghela nafas kasar. Dia menggaruk rambutnya pelan saat bingung harus berbuat apa di depan Betty. Gadis itu marah karena dia memaksanya untuk menceritakan semua masalahnya saat di mobil tadi. Aldric hanya ingin tahu bagaimana awal permasalahan Betty hingga berakhir dengan pria-pria yang berbahaya seperti Kenan dan Keyond."Aku—""Aku tidak mendeng