Share

Bab 22

Bulan sangat lelah. Hari ini ia mendapat dua karung buah sawit. Mungkin, kalau bukan karena Reza, ia tak akan bisa pulang dan membawa dua karung penuh berondolan sawit. Saat langkahnya makin berat, Bulan terpaku tak jauh dari rumah.

Api membumbung tinggi. Menyala terang, bahkan meski Bulan masih jauh ia bisa merasakan hawa panas dari kobaran merah itu. Bulan tercekat ketika sadar jika yang menyala-nyala itu adalah rumahnya. Tempat tinggalnya.

Kaki Bulan berlari ke sana. Tatapannya cemas, berubah takut beberapa detik kemudian. Perempuan itu menutup mulut saat tangisnya datang.

"Bulan, menjauh dari api." Reza sudah menurunkan karung sawit. Ia memegangi Bulan, menarik perempuan itu menjauh dari api.

Namun, Bulan malah berusaha mendekat. Tersedu-sedu, ia mengingat sesuatu. Ia mencoba bicara, tetapi tangisnya mendesak ditumpahkan.

"Bulan!" Reza menaikkan nada saat Bulan nyaris berlari menerjang rumah terbakar di depan mereka. Dipeganginya lengan perempuan itu kuat karena terus meronta
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status