"Uhmm ...ehmm ..." Veronica mendesah kuat hingga terduduk, bagian intimnya berkedut sangat nikmat.Kelopak mata Veronica refleks terbuka dan melotot memandang Felix yang mendongakkan wajah dari menekuni bagian bawah tubuhnya sambil menyeringaikan senyuman.Felix bangkit dari posisinya setelah melahap habis cairan pelepasan Veronica yang masih meringis dengan wajah merona dan kelopak mata terbuka lebar memandangnya."Telan aku, Nicca!" Mata Veronica semakin membulat melotot ngeri melihat batang besar nan kaku juga sangat sombong mencuat di depan wajahnya, yang justru tanpa dosa sengaja Felix tempelkan ke bibirnya. Otak Veronica masih belum pulih dari rasa terkejut karena dibangunkan dengan cara yang sangat tidak masuk akal, sekarang ia disuruh menelan batang jantan pria yang masih sangat mengerikan bahkan sekedar untuk dilihat. "Buka mulutmu, Sayang ...usap aku dengan lidahmu!" Felix mencengkeram dagu Veronica agar membuka mulutnya. Felix sungguh sangat tega meminta istrinya yang b
Felix menggendong Freyaa turun dari lantai kamar melewati ruang tengah kediaman menuju area kolam renang, sementara Veronica bersiap mandi untuk pergi ke restoran The Grill. "Hai ...kau tidur bersama Paman?" Zeze menyapa setelah menepi ke pinggiran kolam, melihat Freyaa masih bergelayut manja pada leher Felix yang menggendongnya. "Ya." Freyaa menjawab pendek, minta diturunkan dari gendongan Felix, ketika matanya memandang ada akuarium ulat bulunya di atas meja samping kursi malas area kolam renang. Simon turut muncul di permukaan air, sebelumnya ia dan Zeze berlomba paling panjang napas menyelam dalam kolam. Felix duduk pada kursi malas, memperhatikan akuarium berisi ulat bulu besar warna-warni di dalamnya. "Apakah mereka masih hidup? Mereka beranak?" tanya Felix terkejut karena sekarang Freyaa sudah memiliki lima ekor ulat bulu seukuran jempol pria dewasa. "Ya, mereka hidup. Zee menemukannya lagi untukku." sahut Freyaa bangga, hendak membuka tutup ulat bulu untuk ia perkenalkan
Usai mengantarkan Veronica ke restorannya, Felix segera mengendarai mobil menuju gedung perkantoran yang telah dipersiapkan oleh John sambil ia juga memantau perkembangan pembangunan restoran The Grill milik Veronica.Felix benar-benar 'menanamkan' cakarnya di pusat perkotaan Amalfi Coast, dimana gedung kantornya terletak di seberang gedung perkantoran milik Alfred Mussolini yang pernah ia sambangi bersama Hvitserk."Apakah masih ada yang kurang?" John terus mengikuti Felix berkeliling memeriksa kelayakan ruangan perkantorannya yang terletak di lantai paling tertinggi, yaitu lantai 33 sesuai dengan usia Veronica."Semuanya sudah berfungsi?" Felix menanyakan tentang jaringan internet, telpon dan segala sesuatunya pada John yang langsung mengangguk cepat, meskipun Felix membelakanginya."Kami berpikir membuat sebuah ruangan pribadi untuk Anda di sini ..." Felix memasuki ruangan kerjanya sendiri setelah memeriksa ruangan yang diperunt
"Masuklah dulu," Felix menghentikan mobil sportnya yang ia gunakan untuk menjemput Veronica di restoran pada pintu depan masuk kediaman.Setelah Veronica turun yang memberikan anggukan kepala pada Felix, pria itu langsung mengendarai mobil ke arah garasi. Begitu turun dari mobil, Felix langsung menuju ruangan tempat Benjamin ditahan dan dijaga ketat oleh Quince. "Ada info?" tanya Felix ditanggapi gelengan kepala Quince di depan pintu ruangan. "Kalau begitu, silakan kau berpesta!" titah Felix yang langsung diberikan senyum sumringah Quince. "Boleh aku ikut membantu?" Knox paling suka menyiksa orang, terutama siapapun yang berkhianat pada Felix. "Ada tugas lain untukmu. Biarkan Hansel yang menanganinya bersama Quince." sahut Felix tegas dan Knox memberikan seringaian, "Ku harap tugasnya menyenangkan!" Felix menyunggingkan senyuman tipis, melangkahkan kakinya menuju ruangan dalam kediaman. Dia sangat mengenal Knox yang memiliki dendam pada semua pengkhianat. Istri dan anaknya tewas k
"Ambu, please ...bantu istriku waras lagi."Felix benar-benar berjongkok memohon dengan wajah serius meraih telapak tangan Susie, tidak mempedulikan tawa seloroh dua saudarinya.Susie mengulum senyuman yang berusaha ia sembunyikan, "Ambu tidak bisa membantumu, Fells. Hanya kau yang bisa membantu istrimu." tolak Susie berkata lembut, "Kalian sudah sah menikah dan hal ini seharusnya orang di luar kamar kalian tidak boleh tahu, bukan?" Felix menyandarkan keningnya ke punggung tangan Susie, "Aku memang salah. Menikahi Veronica terburu-buru, tapi aku mencintainya." desah Felix sangat lirih, namun ketiga wanita di sekelilingnya bisa mendengar perkataannya dengan sangat jelas. "Jika kau mencintainya, bukankah hal yang bagus bila istrimu menginginkanmu? Ah, sepertinya aku juga memerlukan ramuan Ambu untuk menggoda Sandi agar tidak sibuk bekerja di balik komputer!" Aghna berkata seolah mengakui terang-terangan jika perubahan yang terjadi pada Veronica adalah karena ramuan Susie. Tentu saja F
Felix mendekap erat tubuh berkeringat Veronica, mendaratkan kecupan ke puncak kepala istrinya tersebut, seolah hendak menarik keluar semua aroma tubuhnya yang semakin membuatnya candu."Terima kasih."Felix kembali mengucapkan terima kasihnya pada Veronica setelah penyatuan pertama mereka dan mendapati istrinya yang ternyata belum pernah tersentuh pria lain. Veronica cantik dan muda, tentunya Felix tak menduga sama sekali jika wanita yang telah ia peristri tersebut masih perawan. Felix berpikir Veronica hanya belum siap untuk mereka bercinta sebelumnya, tidak mengetahui istrinya itu masih suci tersegel rapat. Veronica mengangguk pelan di atas dada Felix yang bisa ia dengar detak jantung lelakinya berdentam-dentam, bagai melodi indah bagi telinganya. Veronica masih bisa merasakan bagian bawah tubuhnya kebas, ngilu, perih namun juga nikmat bersamaan. "Tunggu sebentar, aku akan siapkan air mandi untuk berendam." Felix bergerak pelan yang sebenarnya ia juga merasa enggan berjarak deng
Felix membawa Veronica masuk ke dalam jacuzzi dan membuat air kembali bergolak hangat untuk mereka berdua berendam. "Kau tidak apa-apa?" Felix bertanya sambil memperhatikan riak wajah merona Veronica yang ia peluk erat dengan sebelah lengan di dalam jacuzzi. "Apa kau masih belum kenyang?" Veronica malah balik bertanya yang ditanggapi Felix dengan dengkusan terkekeh rendah. Telapak tangan Veronica meraup air untuk ia bawa dan guyurkan ke atas dada Felix, terus melakukannya berulang-ulang yang ia raba tubuh lelakinya tersebut dari dada, pundak hingga lengannya dan ternyata Felix menyukai tindakan kecil tersebut. "Aku ingin kau segera mengandung anakku," Felix berbisik pelan sambil ia balas tindakan Veronica yang membelai tubuhnya dengan menggigit gemas daun telinga. "Ohh ..." Walaupun sudah menduga jika Felix masih lapar, ternyata Veronica tetap terkejut ketika jemari lelakinya kembali menyelip ke celah lembutnya. Tak ingin dianggap sebagai istri yang kaku, Veronica menjalarkan
Sebelum Freyaa terbagun dari tidurnya, ternyata Felix benar-benar datang ke kamar untuk memeluknya erat di atas ranjang. "Uhm, paman ..." Freyaa menyingkirkan lengan besar Felix yang terasa berat melingkupi tubuhnya begitu ia membuka mata. Felix membuka sedikit kelopak matanya, menarik tubuh montok Freyaa kembali agar menempel ke depan dadanya ketika keponakannya itu hendak turun dari ranjang. "Tidak mau di peluk lagi! Sudah siang, perut Eyaa lapar ..." Freyaa tergelak nyaring sangat ceria meski berkata tidak tetapi ia sama sekali tak menolak direngkuh dan didekap hangat oleh Felix. "Kau tidak boleh makan, nanti kau cepat besar!" Felix menarik tubuh Freyaa sedikit naik agar bisa ia ciumi lehernya. Terang saja diciumi dengan rambut-rambut kasar tumbuh melebat di wajah Felix, Freyaa menggelinjang kegelian, "Ampun! Eyaa pipis ...ohh!" Freyaa melingkarkan kedua kakinya, menduduki perut liat Felix dengan kelopak mata terpejam separuh, mengedan buang air kecil yang ditampung pampersnya