Usai mengantarkan Veronica ke restorannya, Felix segera mengendarai mobil menuju gedung perkantoran yang telah dipersiapkan oleh John sambil ia juga memantau perkembangan pembangunan restoran The Grill milik Veronica.Felix benar-benar 'menanamkan' cakarnya di pusat perkotaan Amalfi Coast, dimana gedung kantornya terletak di seberang gedung perkantoran milik Alfred Mussolini yang pernah ia sambangi bersama Hvitserk."Apakah masih ada yang kurang?" John terus mengikuti Felix berkeliling memeriksa kelayakan ruangan perkantorannya yang terletak di lantai paling tertinggi, yaitu lantai 33 sesuai dengan usia Veronica."Semuanya sudah berfungsi?" Felix menanyakan tentang jaringan internet, telpon dan segala sesuatunya pada John yang langsung mengangguk cepat, meskipun Felix membelakanginya."Kami berpikir membuat sebuah ruangan pribadi untuk Anda di sini ..." Felix memasuki ruangan kerjanya sendiri setelah memeriksa ruangan yang diperunt
"Masuklah dulu," Felix menghentikan mobil sportnya yang ia gunakan untuk menjemput Veronica di restoran pada pintu depan masuk kediaman.Setelah Veronica turun yang memberikan anggukan kepala pada Felix, pria itu langsung mengendarai mobil ke arah garasi. Begitu turun dari mobil, Felix langsung menuju ruangan tempat Benjamin ditahan dan dijaga ketat oleh Quince. "Ada info?" tanya Felix ditanggapi gelengan kepala Quince di depan pintu ruangan. "Kalau begitu, silakan kau berpesta!" titah Felix yang langsung diberikan senyum sumringah Quince. "Boleh aku ikut membantu?" Knox paling suka menyiksa orang, terutama siapapun yang berkhianat pada Felix. "Ada tugas lain untukmu. Biarkan Hansel yang menanganinya bersama Quince." sahut Felix tegas dan Knox memberikan seringaian, "Ku harap tugasnya menyenangkan!" Felix menyunggingkan senyuman tipis, melangkahkan kakinya menuju ruangan dalam kediaman. Dia sangat mengenal Knox yang memiliki dendam pada semua pengkhianat. Istri dan anaknya tewas k
"Ambu, please ...bantu istriku waras lagi."Felix benar-benar berjongkok memohon dengan wajah serius meraih telapak tangan Susie, tidak mempedulikan tawa seloroh dua saudarinya.Susie mengulum senyuman yang berusaha ia sembunyikan, "Ambu tidak bisa membantumu, Fells. Hanya kau yang bisa membantu istrimu." tolak Susie berkata lembut, "Kalian sudah sah menikah dan hal ini seharusnya orang di luar kamar kalian tidak boleh tahu, bukan?" Felix menyandarkan keningnya ke punggung tangan Susie, "Aku memang salah. Menikahi Veronica terburu-buru, tapi aku mencintainya." desah Felix sangat lirih, namun ketiga wanita di sekelilingnya bisa mendengar perkataannya dengan sangat jelas. "Jika kau mencintainya, bukankah hal yang bagus bila istrimu menginginkanmu? Ah, sepertinya aku juga memerlukan ramuan Ambu untuk menggoda Sandi agar tidak sibuk bekerja di balik komputer!" Aghna berkata seolah mengakui terang-terangan jika perubahan yang terjadi pada Veronica adalah karena ramuan Susie. Tentu saja F
Felix mendekap erat tubuh berkeringat Veronica, mendaratkan kecupan ke puncak kepala istrinya tersebut, seolah hendak menarik keluar semua aroma tubuhnya yang semakin membuatnya candu."Terima kasih."Felix kembali mengucapkan terima kasihnya pada Veronica setelah penyatuan pertama mereka dan mendapati istrinya yang ternyata belum pernah tersentuh pria lain. Veronica cantik dan muda, tentunya Felix tak menduga sama sekali jika wanita yang telah ia peristri tersebut masih perawan. Felix berpikir Veronica hanya belum siap untuk mereka bercinta sebelumnya, tidak mengetahui istrinya itu masih suci tersegel rapat. Veronica mengangguk pelan di atas dada Felix yang bisa ia dengar detak jantung lelakinya berdentam-dentam, bagai melodi indah bagi telinganya. Veronica masih bisa merasakan bagian bawah tubuhnya kebas, ngilu, perih namun juga nikmat bersamaan. "Tunggu sebentar, aku akan siapkan air mandi untuk berendam." Felix bergerak pelan yang sebenarnya ia juga merasa enggan berjarak deng
Felix membawa Veronica masuk ke dalam jacuzzi dan membuat air kembali bergolak hangat untuk mereka berdua berendam. "Kau tidak apa-apa?" Felix bertanya sambil memperhatikan riak wajah merona Veronica yang ia peluk erat dengan sebelah lengan di dalam jacuzzi. "Apa kau masih belum kenyang?" Veronica malah balik bertanya yang ditanggapi Felix dengan dengkusan terkekeh rendah. Telapak tangan Veronica meraup air untuk ia bawa dan guyurkan ke atas dada Felix, terus melakukannya berulang-ulang yang ia raba tubuh lelakinya tersebut dari dada, pundak hingga lengannya dan ternyata Felix menyukai tindakan kecil tersebut. "Aku ingin kau segera mengandung anakku," Felix berbisik pelan sambil ia balas tindakan Veronica yang membelai tubuhnya dengan menggigit gemas daun telinga. "Ohh ..." Walaupun sudah menduga jika Felix masih lapar, ternyata Veronica tetap terkejut ketika jemari lelakinya kembali menyelip ke celah lembutnya. Tak ingin dianggap sebagai istri yang kaku, Veronica menjalarkan
Sebelum Freyaa terbagun dari tidurnya, ternyata Felix benar-benar datang ke kamar untuk memeluknya erat di atas ranjang. "Uhm, paman ..." Freyaa menyingkirkan lengan besar Felix yang terasa berat melingkupi tubuhnya begitu ia membuka mata. Felix membuka sedikit kelopak matanya, menarik tubuh montok Freyaa kembali agar menempel ke depan dadanya ketika keponakannya itu hendak turun dari ranjang. "Tidak mau di peluk lagi! Sudah siang, perut Eyaa lapar ..." Freyaa tergelak nyaring sangat ceria meski berkata tidak tetapi ia sama sekali tak menolak direngkuh dan didekap hangat oleh Felix. "Kau tidak boleh makan, nanti kau cepat besar!" Felix menarik tubuh Freyaa sedikit naik agar bisa ia ciumi lehernya. Terang saja diciumi dengan rambut-rambut kasar tumbuh melebat di wajah Felix, Freyaa menggelinjang kegelian, "Ampun! Eyaa pipis ...ohh!" Freyaa melingkarkan kedua kakinya, menduduki perut liat Felix dengan kelopak mata terpejam separuh, mengedan buang air kecil yang ditampung pampersnya
Meskipun sudah bisa disebut dewasa, kenyataannya Zeze dan Simon tetap seperti anak kecil yang antusias ketika mereka pergi ke tempat hiburan. Luciano yang ikut menemani keseruan Zeze dan Simon, tidak sungkan mengantri membeli tiket wahana yang hendak mereka bertiga naiki, lalu tertawa terbahak bersama kedua anaknya. Luciano yang pendiam bisa sangat berbeda jika sudah menemani anak-anaknya bermain. "Terakhir kali kita pergi ke acara keramaian seperti ini sewaktu di Rusia dahulu, Simon masih bayi," ucap Aghna pada Zetha yang menganggukkan kepala tersenyum tipis. "Musim dingin tahun ini mari kita ke Andorra bersama-sama." Aghna lagi yang mengajak Zetha, lalu menoleh pada Susie. Zetha menganggukkan kepala, meraih lengan Susie untuk ia gamit dan ajak naik duduk di sofa komedi putar. Aghna dan Sandi juga turut mengikuti duduk pada sofa di depan Zetha bersama Susie. "Sky memang memintaku libur bepergian selama musim dingin tahun ini agar kita bisa berkumpul bersama. Zeze dan Simon sudah
"C'mon, Young Lady, bidik aku!" Zeze sedang melatih ketepatan Freyaa melemparkan potongan kayu ke arahnya. "Lenganku lelah." keluh Freyaa yang saat itu masih berusia empat tahun ketika mulai rutin dilatih oleh Zeze memusatkan lemparan. "Akan ku buatkan Burrata tomato spesial dengan roti untukmu ..." Belum menutup mulut Zeze dari berkata membujuk adik perempuannya, sebuah potongan kayu mendarat tepat di keningnya. "Maaf, aku tidak bermaksud membidik keningmu ..." ketika serius latihan, Freyaa akan menggunakan kata 'aku' untuk dirinya. "Ayo, bidik lagi. Bagian manapun tak masalah!" Zeze mundur dua langkah sehingga jaraknya dengan Freyaa menjadi lima langkah. Freyaa mengambil beberapa potongan kayu di atas meja sampingnya, melemparkannya bertubi-tubi ke arah Zeze yang hanya mengenai tubuh saudarinya itu dua potongan kayu saja. "Aku akan mengajakmu berlibur ke Jakarta, Indonesia! Ada banyak makanan enak dan lezat di Jakarta." Zeze memprovokasi Freyaa agar melanjutkan latihan melemp
"Hai, tadi kau tak ada di makan malam. Kau baik-baik aja?" Luca membawa nampan berisi makanan ke dalam kamar Jonathan dimana Zeze sedang duduk sendiri pada sofa. Luca menjentikkan jemarinya dan ruangan kamar Jonathan yang sebelumnya gelap, hanya mendapat terang dari lampu teras, kini menyala dengan cahaya redup. Zeze bergeming dari pandangannya menatap keluar jendela, duduk dengan menumpu memeluk kedua lututnya di sofa. Setelah meletakkan nampan di atas meja, Luca menghenyakkan tubuhnya duduk pada samping Zeze. Lalu meraih samping kepala keponakannya itu untuk ia sandarkan ke depan dada. "Apakah ada masalah dengan Pierre? Kau ingin berubah pikiran? Belum terlambat jika kau ingin membatalkannya meskipun esok Marcio dan Anne secara resmi datang melamarmu untuk Pierre." "Aku rindu Papa juga Mommy Cella dan Daddy Michael." lirih Zeze hampir seperti desahan. "Paman juga rindu. Kita semua rindu Papa dan Mommy juga Daddy." Luca melingkarkan lengannya ke depan dada Zeze, memeluk keponaka
Senyum di bibir Pierre semakin merekah lebar, kepalanya mengangguk beberapa kali, lalu seutas tali bening sangat tipis terentang diantara jemari kedua tangannya. "Aku bekerja untuk mereka? Yayasan sosial penderita ODHA, hem?" cetus Pierre sembari menaikkan kedua alis tebalnya dan menatap lekat ke netra pria di depannya yang balas menyeringaikan senyuman sinis. Tanpa jawaban dari Mister Walikota, Pierre sudah bisa menduga siapa 'mereka' yang pria tua itu maksud. "Jika Anda memang benar mengenalku, Anda pastinya tahu apa yang bisa ku lakukan dengan tali ini bukan?" Dari tempat tersembunyi, Zeze bisa mendengarkan pembicaraan Pierre dengan Mister Walikota di dalam ruangan. Pengaruh hipnotis Zeze pada kedua orang penjaga yang ada depan pintu ruangan private Mister Walikota masih belum hilang. "Kau tak akan membunuhku, aku tau itu." ucap Mister Walikota sangat percaya diri. Pierre mendengkuskan tawa rendah, "Jika begitu, Anda tidak akan tetap berada di sini bukan?" Pierre bangkit berd
Pelayan baru saja keluar dari ruangan private tempat Mister Walikota, ketika Zeze mengintip dari kejauhan. Di depan pintu ruangan private Mister Walikota berdiri tegak dua orang penjaga bertubuh besar seperti tukang pukul dan Zeze menduga jika sang Walikota sedang ada janji temu dengan seseorang di dalam ruangannya. Zeze mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memeriksa titik-titik kamera CCTV terpasang dalam ruangan restoran dan ia menemukan jika ruangan tempat Mister Walikota berada, terhalang pilar besar. "Menarik!" gumam Zeze menyunggingkan senyuman tipis sangat sinis. Tepat ketika Zeze hendak bergerak pergi menuju ruangan sang Walikota, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat. "Libatkan aku." bisik Pierre lembut, sudah menarik pinggang ramping Zeze dengan lengannya yang lain. "Aku sudah lama tidak olah tubuh, sedikit peregangan sepertinya menyenangkan." lanjut Pierre, kini berkata di depan wajah Zeze yang sedikit terdongak dengan bibir merekah menggoda dan sinar matany
Bertahun-tahun Pierre menutup diri serta menjaga jarak dari para wanita yang mendekatinya, tetapi kini benteng pertahanannya benar-benar hancur di hadapan Zeze yang blak-blakan, sangat ekspresif juga membuat jantungnya menggelepar riang hendak meloncat keluar. "Wajah Daddy Pierre memerah, apakah Daddy juga terangsang sama sepertiku?" Zeze membelai rahang berbulu maskulin Pierre, lalu mengecup sangat lembut daun telinga tunangannya itu yang bisa ia rasakan sedikit tersentak dan pelukan lengan Pierre semakin posesif menahan pinggangnya. "Jangan menggoda lagi. Aku benar-benar bisa membawamu ke hotel, Baby." Pierre berkata seakan seperti desahan ke depan wajah Zeze, lalu mengecup serta menggigit gemas bibir gadis mudanya itu. "Aku tak keberatan ..." Pierre langsung melumat gemas bibir Zeze yang akhirnya tak bisa melanjutkan perkataannya. Pasangan itu saling memagut, meluahkan semua rasa yang mengganjal di dalam hati dengan ciuman hingga akhirnya terlepas karena pernapasan semakin
"Kau baik-baik aja?" Felix menghampiri Zeze yang berdiri di teras, melihat pemandangan lautan luas dari jauh, terlihat berkilau seperti karpet berlian terkena sinar terik matahari menjelang siang. "Paman ..." Zeze menoleh dan memberikan senyuman tipis pada Felix. "Mari duduk, kau baru siuman. Kakimu pasti lelah." Felix meraih pundak Zeze, mengajaknya duduk pada sofa di belakang mereka. "Mungkin karena di tubuhku mengalir darah serigala, jadi pemulihannya sangat cepat. Kakiku tidak apa-apa, tidak ada kaku atau stress syaraf."Dimitri sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Zeze dan tak menemukan satu pun keluhan pada tubuh gadis muda yang baru siuman setelah sepuluh hari tertidur tersebut. Zeze bangun dan beraktifitas layaknya orang normal yang tak pernah tertidur berhari-hari. Hal yang paling menggembirakan adalah pertumbuhan racun dalam darah Zeze seolah terhenti begitu saja.Anne memang tak menyebutkan jenis campuran pada ramuan yang dibantu Dimitri suntikkan ke pembuluh dar
Sekarang giliran tubuh Zetha yang berguncang hebat mendengar cerita Zeze di alam kabut mimpi. "A-apakah mereka semua baik-baik aja? A-apakah mereka bahagia?" cicit Zetha berurai airmata yang kini Zeze balas memeluk pundak Mumma cantiknya itu dan mengecup kelopak matanya sangat lembut. Seperti tindakan Jonathan sewaktu Zetha kecil jika menenangkan putrinya itu ketika menangis sedih. Pun Michael melakukan hal yang sama dahulunya pada Zetha. Dua orang kesayangan yang jiwa mereka telah melebur menjadi satu di alam kabut mimpi Zeze."Mereka semuanya baik dan bahagia." jawab Zeze pelan dan ia teringat kelembutan juga sikap Michael dan Marcella yang sangat memanjakannya. Zeze tak menceritakan pada Mummanya jika jiwa Jonathan dan Michael menyatu di alam keabadian. "Apakah Papa dan Daddy sudah menyatu?" Zetha malah bertanya hal yang disembunyikan oleh Zeze. Zeze merenggangkan pelukannya, menatap lekat ke netra Zetha, lalu menganggukkan kepala, "Ya. Aku melihat Papa dan Daddy menjadi satu.
Tubuh Zeze semakin gemetar menangis terisak-isak di pelukan Zetha, ia teringat saat terjun ke dalam laut beberapa menit lalu, merasakan ada kekuatan sangat besar mendorong tubuhnya naik ke permukaan yang kemudian ombak menghempaskannya tapi tubuhnya mendarat dengan sangat lembut di batuan karang. "A-aku membunuh Papa ...a-aku bukan manusia lagi, please Mum, bunuh aku." cicit Zeze pilu di pelukan Zetha. Zetha semakin mengeratkan pelukannya ke Zeze dan serigala di sebelahnya. Zetha kedinginan, tetapi ada kehangatan yang mengaliri dirinya dari tubuh Zeze dan Blacky-serigala hitam. "Kau tak membunuh Papa, Sayang. Mari pulang dulu, Mumma akan jelaskan semuanya ...tubuh Mumma dingin di sini ..." gigi Zetha bahkan bergemelatukan saat ia berbicara karena suhu udara memang sangat dingin, apalagi masih di musim dingin hendak memasuki awal musim semi. Menyadari Mummanya kedinginan, Zeze segera memeluk pinggang Zetha, lalu dengan tangkas ia membawa wanita yang telah melahirkannya itu berusaha
Tanpa menunggu Zetha dan Sarah menjawab, Zeze telah menghilang seperti kelebatan angin pergi keluar dari ruangan menuju kamar tidur Jonathan. "Papa ..." Zeze merasakan jantungnya berhenti berdebar, tenggorokan tercekat dan udara di sekitarnya seolah tak bertiup, dimana ia hanya bisa mencium samar aroma dari tubuh Jonathan di seantero kamar tidur kakeknya tersebut. Di kamar Zeze, Zetha turut berlari mengejar, sehingga Sarah hanya mampu menggelengkan kepala pada para lelaki di ruangan tamu kamar yang sebelumnya sama-sama merasakan hembusan angin lembut melewati mereka saat Zeze pergi keluar secepat kilat. "Zeze ...mencari Jonathan." ucap Sarah yang bahunya segera di peluk Dimitri, mengajaknya duduk pada sofa. Freyaa semakin menyusupkan wajah ke ceruk leher Luciano yang juga semakin memeluk tubuh bergetar putrinya tersebut karena kembali terisak menangis. Simon dan Pierre gegas menyusul Zetha yang gagal menemukan Zeze dalam ruangan tidur Jonathan. "Mum, biarkan kami yang mencari Ze
Malam begitu sangat hening, hanya terdengar suara deburan ombak yang bagaikan musik alami dari kejauhan.Biasanya akan selalu ada orang berjaga dalam kamar Zeze dan malam ini Simon bersama Pierre di sana sementara Freyaa tidur di sebelah Zeze di atas ranjang. Namun entah kenapa, semakin malam, Pierre dan Simon tak bisa menahan kantuk yang datang tiba-tiba seiring malam semakin bertambah sunyi. Bukan hanya Simon dan Pierre yang terlelap pulas, Zetha dan Luciano yang terbiasa bangun di sepertiga malam untuk berdoa pun nyenyak dalam tidur. Bahkan bayi Lula sama sekali tidak terbangun untuk menyusu atau rewel karena pampersnya penuh. Begitu juga dua ekor serigala di kandang samping kediaman Salvatore, ikut merasakan angin kedamaian, membuat mereka sangat tenang. **Bahu Freyaa berguncang, menahan isak tangis tapi airmatanya mengalir turun ke wajah Zeze yang ia peluk erat di pangkuan. "Freyaa ..." Zeze bergumam, membuka kelopak mata, menatap Freyaa yang memeluk kepalanya sambil menangi