Share

Bab 2 - Bertemu

Penulis: Riski Hakiki
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 16:04:58

Perancis, 2 tahun yang lalu.

Seorang pria dengan setelan jas mahalnya membuka kaca mobil yang berada di sampingnya kemudian melarikan tatapannya ke luar jendela. Tidak banyak perubahan yang terjadi di sana. Semuanya masih sama seperti yang terekam di memori masa kecilnya.

Kedatangannya ke negara itu lagi, adalah demi menemui seseorang yang harus dia beri pelajaran karena sudah melakukan kesalahan fatal. Sudah beberapa bulan berlalu, dan duka itu semakin membuat rasa penyesalan tentang ke tidak becusan nya sebagai seorang kakak, terlampau di coret oleh arang hitam.

Ya, dia adalah Davio William Alucard.

Pembawaannya yang dingin dan tak tersentuh, membuatnya nyaris sempurna kala menuruni sikap tiga pria penguasa melegenda di keluarganya.

Alexander, yang arogan dengan julukan king Devil.

Maxime, yang dingin penyandang gelar The King Of London, dan ayah Dave sendiri. Peter Scott, yang tak tersentuh sebagai pemegang Thrones tertinggi, The King Of The World yang disegani.

Sedangkan Dave sendiri? Dia sudah berhasil mencapai puncak kejayaannya di masa ini. Sayangnya di usia Dave yang terbilang matang untuk memiliki kekasih ataupun istri, justru hatinya masih tertutup rapat sampai detik ini. Tak ada satu wanita pun yang berani menyentuh hatinya, atau sekedar berinteraksi cukup dekat. Benteng pertahanan Dave terlalu kokoh. Kokoh oleh bayangan seorang wanita, yang Dave juluki sebagai Daisy.

Dave membuka pintu mobil kemudian melangkah turun dengan sepatu pantofelnya yang mengilap. Kaca mata hitam yang selalu bertengger di wajah tampannya, membuat Dave sangat sulit untuk tak menjadi pusat perhatian. Sayangnya, bagaimana pun gigihnya seseorang untuk mendekatinya, Dave tetaplah Dave yang dingin dan arogan.

Dave menekan bel beberapa kali. Rumah itu, sudah tak sesepi yang dia lihat terakhir kali. Suram, tak ada kehidupan, dan seperti rumah tanpa penghuni. Ada sisa kehidupan yang terlihat di sana dan dia akui, dia cukup menyukai suasananya.

Tak lama kemudian, pintu di depannya terbuka. Menampilkan seorang pria berperawakan tinggi, yang selalu menjadi paman favoritnya sejak kecil.

“Dave? Kapan kau datang?”

Luxander Mitchael. Dialah penyandang gelar jerk husband, yang sampai sekarang belum mendapatkan kebahagiaan karena kesalahan di masa lalunya. Entah sampai kapan takdir akan mengasihaninya dengan membuatnya bersatu dengan Annastasia. Yang jelas, kesalahan putranya sendiri lah yang menjadi jurang pemisah hubungan mereka.

Luke membawa Dave dalam pelukan besarnya. Tangannya pun terangkat demi menepuk punggung tegap Dave beberapa kali. Keponakan usilnya itu, selalu membuatnya bangga. Dia sangat bersyukur, karena Dave tak mewarisi darah berengsek para lelaki di keluarga mereka.

Benar. Hanya Dave dan Peter lah yang sejauh ini menyandang gelar sebagai pria baik-baik dan bersahaja. Yang lainnya, maaf-maaf saja.

Dave melepaskan diri dari pelukan Luke sembari melepaskan kaca mata hitamnya. Setelahnya, dia pun menjawab pertanyaan Luke tadi. “Tadi malam, dan baru bisa mengunjungi Paman sekarang.”

Luke tertawa pelan. “ Tidak masalah, Dave. Yang penting, kau tidak melupakan pamanmu ini,” ucap Luke, “oiya, ayo masuk. Paman sampai lupa mengajakmu ke dalam.” Lanjutnya membuat Dave tertawa pelan.

“Kalau bukan karena Angel, aku tidak akan datang ke sini dan melihat si berengsek itu, Paman!”

Luke mengernyitkan alisnya. Dia sama sekali tak mengerti maksud dari perkataan Dave tadi. Apa hubungannya kedatangan Dave ke rumahnya dengan Angel? Lalu siapa si berengsek yang Dave maksud?

Dave memutar tubuhnya. Niatnya untuk masuk ke dalam rumah Luke gagal total. Akhirnya, dia memilih duduk di salah satu kursi yang berada di teras depan rumah.

Melihat sikap aneh Davio, Luke memilih mengekori keponakannya yang satu itu.

“Bagaimana kabar Paman selama 2 tahun terakhir?” tanya Dave berbasa-basi.

“Baik, Dave. Kami baik. Bagaimana denganmu dan Angel?” Luke balik bertanya. Kepergian Angel yang tiba-tiba, tentu saja menjadi tanda tanya besar untuknya. Keponakan manjanya itu, biasanya tak akan bisa melepaskan diri dari keluarganya, terutama dari Jasmine, ibunya. Tapi, secara mendadak, Angel ikut Davio ke London dan menutup dirinya dari semua orang.

“Kami baik. Bibi Anna menjaga Angel dengan baik.”

Mendengar jawaban Dave kali ini, tentu saja Luke tersentak kecil. “Jadi, Angel juga tinggal bersamamu dan Anna?”

Dave tertawa pias. Pertanyaan Luke, adalah pertanyaan paling lucu yang akan sering dia dengar nantinya.

“Di mana, Jim?” Bukannya menjawab pertanyaan Luke, Dave malah mengubah topik pembicaraan.

“Dia sedang kuliah,” jawab Luke sejujur-jujurnya. Masih menjadi hal ganjil baginya, kenapa Dave malah membawa Angel bertemu dengan Anna dan tinggal dengannya. Namun, melihat bagaimana raut wajah Dave sekarang, rasanya dia tidak akan mendapatkan jawaban apa-apa sekalipun memaksa.

Dave mengepalkan tangannya dengan kuat. Gemeletak giginya terdengar, demi menahan kesal. Jawaban Luke tadi, tentu saja membuat amarahnya memuncak. Hanya saja, dia tidak bisa melakukan apa-apa karena sumpahnya pada Angel lebih dari segalanya.

"Aku pergi, Paman.” Dave pun memilih bangkit dari duduknya. Niatnya untuk memberi Jim pelajaran batal. Mungkin, hukuman untuk keberengsekan Jim akan dia lakukan suatu hari nanti agar lebih setimpal dengan penderitaan yang Angel rasakan sekarang.

“Kenapa buru-buru? Kau tidak mau bertemu Jim dulu?” cegah Luke tanpa tau, jika mempertemukan keduanya sekarang akan memantik perang dunia ketiga.

“Lain kali saja karena Paman akan menyesal jika mempertemukanku dengan pria itu sekarang.” Setelahnya Dave melangkah pergi meninggalkan Luke yang ternganga.

Dia sama sekali tak mengerti dengan maksud perkataan Dave tadi. Yang jelas, ada situasi yang tidak cukup baik kali ini.

“Selamat siang saudaraku. Apakah kau punya waktu?"

Pintu ruangan Dave yang terbuka bersamaan dengan munculnya seseorang di sana, sontak saja membuat ingatan Dave buyar. Suara yang begitu dia kenali dan tak lagi terdengar selama 5 tahun terakhir, jelas saja membuat jemarinya menyatu membentuk sebuah kepalan kuat sampai buku jarinya memutih.

Entah keajaiban macam apa yang Tuhan gariskan, sampai-sampai pria berengsek yang sangat ingin dia habisi tiba-tiba muncul di depanya.

Niatnya untuk memberi Jim pelajaran 2 tahun silam boleh saja gagal total. Tapi sekarang, jangan harap pria berengsek itu masih berani menemuinya tanpa rasa bersalah.

Jim masuk ke dalam ruangan Dave dengan langkah jemawa kemudian menutup pintu dengan dorongan kaki belakangnya. Setelah sampai di depan meja kerja Dave, dia pun bersuara untuk kedua kalinya demi menarik perhatian Dave yang masih nampak tak peduli akan kedatangannya.

“Apa kabar, Dave? Sudah sangat lama kita tidak bertemu."

Derit kaki kursi yang bergesekan dengan lantai terdengar di sana. Suara Jim yang menggema di tengah keheningan ruangan, tentu saja berhasil memecah konsentrasi Dave yang sedang sibuk meneliti berkas-berkas keuangan perusahaan.

Suasana menjadi cukup mencekam saat Dave mendongak--menatap Jim di depannya kemudian meletakkan berkas di tangannya. Akhirnya, dia bisa bertemu langsung dengan pria itu. Pria berengsek yang sangat ingin dia bunuh sejak 5 tahun lalu.

“Kapan kau datang?" Dave berbasa-basi demi menahan diri untuk tak menghajar Jim yang demi Tuhan, sangat ingin dia buat babak belur.

“Aku kira kau sudah melupakan aku karena ketampananku di atas rata-rata." Kepercayaan diri Jim yang melampaui batas membuat Dave tergelak—muak.

Dave melepaskan kaca mata bening yang membingkai wajahnya kemudian meletakkan kaca mata itu asal di atas keyword komputernya. Tanpa kacamata pun, dia bisa melihat dengan jelas tampang iblis pria di depannya.

“Kemarin, “ jawab Jim dengan spontan. Dia memang baru menyambangi salah satu perusahaan di Italia yang mengajak perusahaan ayahnya untuk bekerja sama, “tadinya aku ke mansion dan Bibi memberitahu, jika kau ada di sini. Ternyata, kau masih sama saja seperti dulu. Membosankan dengan segala kesibukanmu dan tidak ada niatan untuk bersenang-senang sedikit pun." Jim melipat tangannya dengan pandangan mengejek. Usia Dave yang jauh lebih tua 7 tahun darinya, justru masih bersikap seperti anak rumahan yang takut keluar rumah untuk bertemu perempuan.

“Bukan urusanmu, Bocah!” balas Dave dengan pandangan memicing tajam. Bocah tengil bernama Jim itu ternyata memiliki sifat yang lebih menyebalkan dari pada dulu.

“Sekarang, katakan. Ada maksud apa kau datang menemuiku?” tegas Dave, dan Jim malah tertawa tipis.

“Padahal yang kalah dalam taruhan itu aku bukan kau, Dave. Tapi kenapa, malah kau yang hipertensi begini?”

Kalimat candaan Jim sama sekali tidak lucu. Mengingatkan soal taruhan itu, sama saja memantik kobaran api perang di antara mereka berdua.

Dave tak menjawab, dan keterdiamannya menjadi kode untuk Jim jika bukan saatnya dia bisa mengajak Dave bercanda. Ingat. Hubungan mereka, tak akan lagi sama seperti sebelummya.

“Aku ingin meminta kuasa penuh atas perusahaan ayahku yang saat ini menjadi milikmu.”

“Kena kau!” batin Dave sembari bangkit dari kursi kekuasaanya. Tawa tipisnya pun muncul ke permukaan kala tangannya bergerak mengetuk ujung meja.

“Aku tau, kau akan datang untuk meminta hak mu tetapi, sebelum itu kau harus menemui Daddy ku dulu. Baru setelahnya, kau bisa menemuiku lagi untuk membicarakan hal ini. Mengerti?"

Jim mengerutkan kening. Dari raut wajah Dave yang datar, dia bisa menangkap sebuah kelicikan yang sedang Dave coba sembunyikan.

Entah kelicikan macam apa?

Yang pasti, akan ada sesuatu yang terjadi sebelum dia mengambil kekuasaan penuh atas perusahaan milik ayahnya.

Bab terkait

  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 3 - Menakutkan

    Jim menatap lurus ke depan. Tak peduli dengan kehebohan mahasiswi yang terjadi di sepanjang dia melangkahkan kaki melewati koridor universitas yang terkenal di negeri dengan julukan The Smoke ini. Dia baru masuk universitas sekali, dan siswi menyebalkan yang berani meninggalkan kelasnya, sudah membuatnya menjadi bahan tontonan publik. Bagaimana tidak? Layaknya seperti pria kurang kerjaan, saat ini dia tengah menarik kursi mahasiwi itu ke tengah lapangan basket yang sialnya berada di lantai bawah. Belum kesialan baru di mana dia mendapati jika lift tidak bisa digunakan. Akhirnya, mau tidak mau dia harus melewati tangga darurat dengan raut wajah kesal menahan marah. Rasanya, ingin sekali dia menyantap mahasiswi itu mentah-mentah. "Benar-benar hari yang menyebalkan." Jim menghela napasnya kasar. Salahnya juga kenapa harus merepotkan dirinya dengan hal tak penting ini. Akan tetapi, demi menjaga kedisiplinan serta predikat dosen killer yang harus dia dapatkan selama beberapa bulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 4 - Orang Asing

    “Jadi, ada masalah apa? Kau bisa mengatakannya sekarang,” ucap Angel sambil mengunyah steik yang dipesannya. Saat ini, mereka sudah berada di kantin universitas. “Kau sadar tidak, jika kau itu tidak kembali ke kelas, saat dosen baru kita--?” “Masuk ke kelas kemudian memperkenalkan dirinya?” potong Angel dengan cepat sehingga membuat Levy menganggukkan kepala dengan wajah seriusnya. “100% persen sadar, Levy. Aku masih terlalu muda untuk kehilangan fungsi ingatanku.” "Lalu kenapa kau tidak muncul? Apa kau tahu akibat dari kecerobohanmu tadi?” “Apa?” “Kursimu dosen itu pindahkan ke ...,” Levy menjeda kalimatnya. Matanya melirik ke kanan kiri, memastikan jika tidak ada penguping di dekat sini. Bagaimana pun, dosen baru itu sudah pasti berhasil mencuri perhatian beberapa mahasiswi. “Ke lapangan basket, Angel." “Whatt the--?!” Angel tersentak luar biasa sampai-sampai pekikannya membuat beberapa mahasiswa menoleh ke arahnya. “kau serius?" Levy mengangguk dengan wajah mengerucu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Jerat Cinta Pak Dosen   Prolog

    "Angel! Kenapa bisa telat sih!?” Wanita berambut panjang nan bergelombang yang terburu duduk dengan napas terputus-putus itu hanya nyengir kuda sembari mengipas wajahnya yang kepanasan. Berlarian dari gerbang menuju kelasnya bukan perkara mudah. Letaknya lumayan berjauhan apalagi dia harus naik tangga karena lift sedang bermasalah. “Sorry, Levy. Ada insiden kecil tadi,” jawabnya sembari menarik napas kasar. Gerak bola matanya yang indah, terpaksa melihat tugas kuliah yang sedang Levy pegang. “Pak Marko memberikan tugas lagi?” desahnya dengan wajah putus asa. Hidup sebagai mahasiswi di tengah kesibukan yang menerpa tentulah tidak mudah. Tuk!Levy mengetuk kening Angel yang sedikit basah oleh bintik keringat. “Jangan bilang kau lupa jika hari ini kita ada kuis, Angelina.” “Astaga ya Tuhan ...,” Angel menelungkupkan wajahnya ke meja. Kerucutkan bibir yang selalu Angel tunjukkan saat putus asa pun terlihat. “Nah, kan ... Aku sudah hafal sama penyakit kronismu yang bernama lupa itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 1 - Kenangan Buruk

    Jim terbangun dengan napas memburu. Buliran keringat terlihat berbintik di sekitar dahi serta ujung hidungnya. Tangannya yang juga basah oleh keringat dingin pun meraba tempat di sampingnya yang sudah kosong tanpa penghuni. Sial! Bagaimana bisa dia seberengsek ini? Apa yang akan terjadi, jika keluarga besarnya mengetahui perbuatan bejatnya kepada Angel nanti? Jim mengusap wajahnya kasar. Dia ingat benar apa saja yang sudah terjadi di kamar ini dan dia pun lekas bangkit dari tempat tidur dengan kondisi tubuh setengah dingin. Dia harus membersihkan diri dan lekas mencari Angel yang sudah dia ... tiduri. *** “Jim! Kau sudah bangun?” Bianca Lee. Wanita paling populer di sekolah yang selama beberapa bulan terakhir menjadi kekasih Jim, datang menemui hanya dengan memakai jubah mandi. Tinggi jubah itu hanya sebatas paha dan begitu saja gadis itu mencuri perhatian. "Kemana kau semalam? Aku mencarimu ke semua tempat tetapi kau menghilang." Gerutuan Bianca, membuat Jim tersenyum se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 4 - Orang Asing

    “Jadi, ada masalah apa? Kau bisa mengatakannya sekarang,” ucap Angel sambil mengunyah steik yang dipesannya. Saat ini, mereka sudah berada di kantin universitas. “Kau sadar tidak, jika kau itu tidak kembali ke kelas, saat dosen baru kita--?” “Masuk ke kelas kemudian memperkenalkan dirinya?” potong Angel dengan cepat sehingga membuat Levy menganggukkan kepala dengan wajah seriusnya. “100% persen sadar, Levy. Aku masih terlalu muda untuk kehilangan fungsi ingatanku.” "Lalu kenapa kau tidak muncul? Apa kau tahu akibat dari kecerobohanmu tadi?” “Apa?” “Kursimu dosen itu pindahkan ke ...,” Levy menjeda kalimatnya. Matanya melirik ke kanan kiri, memastikan jika tidak ada penguping di dekat sini. Bagaimana pun, dosen baru itu sudah pasti berhasil mencuri perhatian beberapa mahasiswi. “Ke lapangan basket, Angel." “Whatt the--?!” Angel tersentak luar biasa sampai-sampai pekikannya membuat beberapa mahasiswa menoleh ke arahnya. “kau serius?" Levy mengangguk dengan wajah mengerucu

  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 3 - Menakutkan

    Jim menatap lurus ke depan. Tak peduli dengan kehebohan mahasiswi yang terjadi di sepanjang dia melangkahkan kaki melewati koridor universitas yang terkenal di negeri dengan julukan The Smoke ini. Dia baru masuk universitas sekali, dan siswi menyebalkan yang berani meninggalkan kelasnya, sudah membuatnya menjadi bahan tontonan publik. Bagaimana tidak? Layaknya seperti pria kurang kerjaan, saat ini dia tengah menarik kursi mahasiwi itu ke tengah lapangan basket yang sialnya berada di lantai bawah. Belum kesialan baru di mana dia mendapati jika lift tidak bisa digunakan. Akhirnya, mau tidak mau dia harus melewati tangga darurat dengan raut wajah kesal menahan marah. Rasanya, ingin sekali dia menyantap mahasiswi itu mentah-mentah. "Benar-benar hari yang menyebalkan." Jim menghela napasnya kasar. Salahnya juga kenapa harus merepotkan dirinya dengan hal tak penting ini. Akan tetapi, demi menjaga kedisiplinan serta predikat dosen killer yang harus dia dapatkan selama beberapa bulan

  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 2 - Bertemu

    Perancis, 2 tahun yang lalu. Seorang pria dengan setelan jas mahalnya membuka kaca mobil yang berada di sampingnya kemudian melarikan tatapannya ke luar jendela. Tidak banyak perubahan yang terjadi di sana. Semuanya masih sama seperti yang terekam di memori masa kecilnya. Kedatangannya ke negara itu lagi, adalah demi menemui seseorang yang harus dia beri pelajaran karena sudah melakukan kesalahan fatal. Sudah beberapa bulan berlalu, dan duka itu semakin membuat rasa penyesalan tentang ke tidak becusan nya sebagai seorang kakak, terlampau di coret oleh arang hitam. Ya, dia adalah Davio William Alucard. Pembawaannya yang dingin dan tak tersentuh, membuatnya nyaris sempurna kala menuruni sikap tiga pria penguasa melegenda di keluarganya. Alexander, yang arogan dengan julukan king Devil. Maxime, yang dingin penyandang gelar The King Of London, dan ayah Dave sendiri. Peter Scott, yang tak tersentuh sebagai pemegang Thrones tertinggi, The King Of The World yang disegani. Seda

  • Jerat Cinta Pak Dosen   Bab 1 - Kenangan Buruk

    Jim terbangun dengan napas memburu. Buliran keringat terlihat berbintik di sekitar dahi serta ujung hidungnya. Tangannya yang juga basah oleh keringat dingin pun meraba tempat di sampingnya yang sudah kosong tanpa penghuni. Sial! Bagaimana bisa dia seberengsek ini? Apa yang akan terjadi, jika keluarga besarnya mengetahui perbuatan bejatnya kepada Angel nanti? Jim mengusap wajahnya kasar. Dia ingat benar apa saja yang sudah terjadi di kamar ini dan dia pun lekas bangkit dari tempat tidur dengan kondisi tubuh setengah dingin. Dia harus membersihkan diri dan lekas mencari Angel yang sudah dia ... tiduri. *** “Jim! Kau sudah bangun?” Bianca Lee. Wanita paling populer di sekolah yang selama beberapa bulan terakhir menjadi kekasih Jim, datang menemui hanya dengan memakai jubah mandi. Tinggi jubah itu hanya sebatas paha dan begitu saja gadis itu mencuri perhatian. "Kemana kau semalam? Aku mencarimu ke semua tempat tetapi kau menghilang." Gerutuan Bianca, membuat Jim tersenyum se

  • Jerat Cinta Pak Dosen   Prolog

    "Angel! Kenapa bisa telat sih!?” Wanita berambut panjang nan bergelombang yang terburu duduk dengan napas terputus-putus itu hanya nyengir kuda sembari mengipas wajahnya yang kepanasan. Berlarian dari gerbang menuju kelasnya bukan perkara mudah. Letaknya lumayan berjauhan apalagi dia harus naik tangga karena lift sedang bermasalah. “Sorry, Levy. Ada insiden kecil tadi,” jawabnya sembari menarik napas kasar. Gerak bola matanya yang indah, terpaksa melihat tugas kuliah yang sedang Levy pegang. “Pak Marko memberikan tugas lagi?” desahnya dengan wajah putus asa. Hidup sebagai mahasiswi di tengah kesibukan yang menerpa tentulah tidak mudah. Tuk!Levy mengetuk kening Angel yang sedikit basah oleh bintik keringat. “Jangan bilang kau lupa jika hari ini kita ada kuis, Angelina.” “Astaga ya Tuhan ...,” Angel menelungkupkan wajahnya ke meja. Kerucutkan bibir yang selalu Angel tunjukkan saat putus asa pun terlihat. “Nah, kan ... Aku sudah hafal sama penyakit kronismu yang bernama lupa itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status