“Tumben makan malam di rumah Mama? Ada acara apa? Mau ngerayain keluarnya Papa dari rumah sakit?” tanya Rafka mencomot kue bikinan istrinya.Rafka yang terbiasa makan di rumahnya setelah pulang kerja, tentu saja agak bertanya-tanya mengapa malam ini Mamanya memberitahukan lewat telepon supaya dirinya makan malam di rumah orang tuanya.Masalahnya tak hanya dirinya saja, tetapi ia juga dititahkan untuk mengajak Leo dan Dea untuk bertandang makan malam ke rumah Mama dan Papanya ini.Kalau tidak ada acara penting tidak mungkin juga Mamanya menyuruh ia sekeluarga untuk makan malam di sini? Karena semenjak memiliki hubungan yang baik dengan Sarah Mamanya tak lagi mempermasalahkan kalau Rafka dan Sarah tak mau makan bersama dengan Mama dan Papanya.“Mulai hari ini Mama ingin kalian semua makan malam bersama di rumah karena itu permintaan Papamu, Raf. Semenjak keluar dari rumah sakit dan penyakitnya semakin membaik, Papamu mengatakan ingin memperbaiki hubungan dengan keluarganya,” jelas Maya
Menangkap betapa mencengkam bercampur sendunya tatapan Sarah setelah kehadiran Ervan dan Sonia, membuat Maya segera buru-buru beranjak ingin ke kamar untuk membawa suaminya makan malam bersama.“Mama ke kamar dulu. Mau memanggil Papa agar kita cepat makan malam,” ujar Maya tergopoh-gopoh berjalan ke kamarnya.Maya ingin suaminya segera sampai di sini dan mereka segera makan malam saja agar suasana suram yang dapat ia rasakan pada menantu keduanya bisa segera mereda. Dari sudut mata Sarah saja, Maya bisa melihat betapa tak nyamannya menantu kesayangannya itu dengan kehadiran Sonia dan Ervan di meja makan. Oleh karena itu, ia ingin dengan kedatang suaminya, Sarah bisa menenangkan dirinya.“Muka kamu kok tiba-tiba pucet? Kamu sakit, Sar?” tanya Rafka menaruh punggung tangannya di pipi Sarah.Tadinya Rafka ingin meminta diambilkan sayur yang berada di dekat Sarah, tetapi matanya tak sengaja melirik ke arah istrinya yang tampak seperti orang syok dengan wajah terlihat memucat. Oleh karena
“Kalian sudah berkumpul semua rupanya. Kalau begitu kita mulai saja makan malamnya. Mafa Papa lama datangnya karena harus mandi dan berganti pakaian dulu,” ujar Satrio dibantu Maya berpindah dari kursi rodanya ke kursi yang ada di meja makan.Semenjak sembuh dari sakitnya, Satrio menyadari kalau ternyata selama sakit keluarganya lah yang setia bergantian merawatnya. Oleh karena itu, mulai hari pertama ia keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah, Satrio berjanji untuk bersikap lebih hangat dan penuh perhatian kepada keluarganya, terutama kepada istrinya.Bagaimana mungkin ia tak ingin bertobat dan luluh kalau selama sakit istrinya benar-benar tampak mengkhawatirkannya dan merawatnya dengan penuh cinta.Sungguh, Satrio merasa malu dan menyesal sendiri karena selama ia hidup dengan sehat, ia malah tak bersyukur dan menyia-nyiakan istri seperti Maya. Kemarahan dan amarahnya akibat menikah dijodohkan dengan Maya, membuatnya menutup mata dan tak pernah melihat betapa tulus dan besarny
“Senang bertemu dengan mantan pacarmu, Mas?! Kamu bilang enggak ada wanita yang menggodamu di sini, tapi ternyata ada wanita masa lalumu yang dulu sangat kamu cintai!” sindir Sonia memberengut sebal. Setelah selesai makan malam, Sonia lah orang pertama yang meninggalkan meja makan karena ia sudah benar-benar muak dengan pemandangan harmonis antara mertuanya dengan Sarah. Padahal mereka mempunyai dua menantu, tetapi kenapa dirinya hanya dianggap seperti angin lalu? Sedangkan Sarah sepertinya terlihat bagi dewi yang harus selalu ada untuk memberkati hidup mereka. Ervan yang melihat istrinya pergi dengan wajah masam tanpa ba-bi-bu menyusul dan mengikuti Sonia. Tak perlu bertanya ia pun sudah bisa tahu bahwa Sonia merasa iri, cemburu, dan tak suka pada Sarah. Tak mau istrinya berbuat nekat, Ervan buru-buru menyusulnya. Ervan sungguh merasa bertanggung jawab untuk meredam emosi wanita itu karena ia tahu hal gila apa yang akan Sonia pikiran dan bisa istrinya lakukan jikalau sedang kalut
“Mulai hari ini kamu berangkat dan pulang kuliahnya sama Leo saja. Kamrin Papa belikan mobil baru untuk memudahkan pulang pergi ke kampusmu. Tapi karena kamu belum lancar mengendarai mobil dan Papa juga belum bisa mempercayaimu membawa mobil sendiri, maka Papa meminta tolong Leo untuk mau pulang pergi ke kampus bersamamu, Dea.”Sudah sekitar 2 bulan Ervan tinggal di Jakarta dan putri cantiknya telah resmi di terima di kampus incarannya yang sama dengan putranya.Oleh karena itu, kemarin ia sengaja mengajak Leo untuk membantunya membeli mobil kekinian yang sesuai dengan selera anak muda. Ervan memang sengaja ingin memberikan hadiah itu untuk Leo dan Dea agar putra dan putrinya itu bisa lebih mudah dan nyaman ketika perjalanan menuju kampus tempat mereka menimba ilmu.“Tapi Papa memangnya sudah bilang sama Kak Leo? Memang orang dingin kayak dia setuju aja gitu buat bawa mobil dan berangkat bareng sama aku? Kayaknya aku nggak yakin gitu kalau dia mau terima gitu aja permintaan tolong da
“Selamat ulang tahun pernikahan Mama dan Papa. Ini kado dari Sarah, Rafka, dan Leo. Semoga Mama dan Papa menyukai hadiahnya,” ujar Sarah yang baru datang membawa bungkusan kado merah muda yang ia beli kemerin bersama Rafka.“Aduh, kamu ini repot-repot sekali membelikan kado segala, Sarah. Padahal kamu sudah membuatkan Mama kue tiga tingkat ini yang membuatnya pasti tidak mudah. Tapi, terima kasih banyak atas hadiahnya. Mama dan Papa pasti akan menyukai apa pun hadiah dari kamu, Rafka, dan Leo.”“Sarah tidak merasa repot, Ma. Malah Sarah senang dan excited sekali sewaktu memilihkan hadiah yang sekiranya cocok untuk kado pernikahan Mama dan Papa. Semoga, kue buatan Sarah kali ini enak dan tidak mengecewakan untuk di makan malam ini.”“Tidak perlu diragukan, kue buatanmu sudah pasti enak, Sarah. Sewaktu Papa mendapatkan perawatan di rumah sakit dan bosan makan bubur, kamu membuatkan bolu lembut yang rasanya saja enak sekali bagi orang yang sedang sakit seperti Papa waktu itu.”Sarah tak
Tunggu disini sebentar, Pak. Saya usahakan kembali secepat yang saya bisa,” ujar Sonia turun dari mobil yang mengantarnya dengan langkah tergesaWaktu Sonia tak banyak, ia harus segera mengganti gaunnya dan yang paling penting mencari kartu memori penting yang di dalamnya terdapat video berharga. Dengan video berharga tersebut, ia bisa mempermalukan Sarah sekaligus memberikan pelajaran pada suaminya agar mulai menuruti perkataannya lagi dan tak bersikap seenaknya sendiri melakukan hal-hal yang tidak ia sukai.Sebenarnya Sonia tak ingin melakukan hal gila seperti ini. Tetapi, rasa kesalnya sudah terlanjur meradang dan amarahnya pun sudah amat membumbung tinggi.Sonia sudah tak tahan dengan suaminya yang selalu saja memberikan perhatian pada anak haramnya dari Sarah smenejak pindah kemari. Tak bisa kah suaminya itu hanya menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya kepada Dea yang sudah lebih lama menjadi anaknya?Tak hanya suaminya, ia juga tak sanggup lagi menyaksikan dekatnya hubungan
“Dari mana saja kamu, Sonia? Berganti pakaian saja lama sekali! Kami sudah dari tadi menunggu. Kalau bukan karena Ervan yang menyuruh menunggumu, pasti Mama sudah memulai acara puncaknya dari tadi!” dengus Maya dengan sinis.Entah mengapa hawanya Maya selalu saja sinis kepada menantu pertamanya ini. Kalau tidak sensi, ia seperti malas menganggap keberadaan Sonia karena ia selalu merasakan suasana panas tiap kali terlibat pembicaraan dengan menantu pertamanya itu.Ingin rasanya Sonia memutar mata karena lagi-lagi ia harus berhadapan dengan kata-kata pedas nan ketus dari mertuanya. Tapi, membayangkan rencana yang sebentar lagi akan terlaksana membuat Sonia terpaksa menunjukkan sikap santai saja dalam menghadapi Omelan mertuanya ini.“Maaf atas keterlambat Sonia, Ma. Habisnya saya kan harus memilih gaun pengganti yang bagus agar tidak mempermalukan keluarga ini. Jadi, mohon kemaklumannya tas keterlmat Sonia kali ini,” sahut Sonia mencoba membuat nada sesopan mungkin.Mendapati nada sopa