“Akuilah kalau kamu yang berada di belakang penyebaran video di pesta hari ini, kan? Satu-satunya orang yang aku tahu menyimpan video itu adalah kamu, Son. Masih jelas di ingatanku saat dulu kamu mengancamku dengan video itu untuk meninggalkan Sarah dan bertanggung jawab atas kehamilanmu.”Sepulang dari pesta ulang tahun pernikahan orang tuanya yang berakhir dalam kekacauan, Ervan tak dapat menahan diri untuk segera menginterogasi Sonia. Terlebih lagi, suasana hatinya sudah terlanjur terganggu oleh insiden video yang tersebar di pesta tersebut.Untung saja Papanya berhasil mengebah para tamu undangan dan mengakhiri pesta ulang tahun pernikahannya dalam waktu sekejap mata, sehingga ia bisa segera menarik Sonia untuk mengajak istrinya ini bicara berdua.Mendapati tuduhan dari suaminya membuat Sonia sama sekali tak takut. Ia malah menatap nyalang dan berani kepada suaminya itu. Meski begitu, ia tetap saja kesal karena Ervan mengungkit masalah tanggung jawab atas kehamilannya.“Kalau mema
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Apa dia baik-baik saja? Karena sebelum pingsan dia sempat mengalami sesuatu yang membuatnya syok berat.” tanya Rafka setelah istrinya baru saja selesai mendapatkan pemeriksaan dari dokter.Raut wajah sang dokter yang semula datar sewaktu memeriksa Sarah, berubah menjadi penuh senyum saat bertatapan mata dengan Rafka.“Kondisi istri Anda baik-baik saja. Dalam keadaannya yang sedang mengandung, wajar saja jika istri Anda pingsan karena mengalami syok. Hanya saja, untuk lebih lanjutnya Anda bisa mendatangi dokter kandungan, agar istri Anda bisa diperiksa secara lebih menyeluruh.”“Terima kasih, Dok,” ucap Rafka menjabat tangan dokter yang baru memeriksa Sarah.“Sama-sama. Sebentar lagi kemungkinan istri Anda akan sadar dari pingsannya. Karena masih ada pasien lain yang harus saya tangani, saya pamit dulu.”Jawaban sang dokter sungguh membuat perasaan Rafka campur aduk seketika. Antara terkejut, tak menyangka, dan bahagia.Akhirnya keinginannya dan Sara
“Kamu marah sama Mama? Sudah beberapa hari ini Mama perhatikan kamu jarang ikut makan bersama di rumah dan kamu selalu pulang malam terus Leo. Mama khawatir sama kamu.”Sudah 3 hari ini Sarah merasakan adanya perubahan pada putranya, semenjak hari di mana acara ulang tahun Mama dan Papa mertuanya dilaksanakan. Marah kah dan kecewa kah Leo karena menyaksikan video tak senonoh yang menampilkan tubuh polos ibunya?Pandangan mata Leo sayu. Postur tubuhnya terlihat beberapa kali terhuyung-huyung dan susah sekali untuk menjaga keseimbang tubuh. Bau alkohol yang lumayang menyengat oun tercium cukup pekat begitu Sarah mendekat.Meski begitu, Sarah mencoba menahan diri untuk tak menyinggung mengenai Leo minum atau tidak. Ia tak mau membuat anaknya itu semakin menjauh dari jangkauannya kalau ia langsung menginterupsi yang habis dilakukan oleh putranya.“Udah lah, Ma jangan nayan-nyaa dulu. Leo capek dan kepala Leo pusing. Besok lagi aja kalau mau ngomong karena Leo mau istirahat.” jawab Leo den
“Bagaimana hasil penyelidikkannya, Ma, Pa?” tanya Rafka tak sabaran sewkatu tiba dikediaman Mama dan Papanya dan berhasil menemnui Mama Papanya.“Papa sudah menyewa ahli ternama untuk menyelidiki siapa dalang yang sudah menyurh pekerja kita memutarkan video yang seharusnya tidak diputarkan, ternyata hasilnya adalah istri Kakakmu yang melakukannya.”Satrio menjelaskan sembari menyerahkan lembaran foto berisi wajah Sonia yang diperbesar dan diperjlas dari tayangan CCTV. Meski Kakak iparanya itu telah berusaha menutupinya dengan jubah hitam. Tetapi tetap saja ketahuan karena nomor plat mobil yang menatakan Sonia pulang pergi saat berganti pakaian, sama dengan mobilnya yang menjadi tempat turunnya wanita berjubah hitam.Urat-urang disekataran rahang Rafka menegang dan giginya begeretakan saking marahnya ia mendengar siapa pelaku sesungguhnya yang sudah mencorengkan abu di muka keluarganya.Tak hanya membuat jelek nama keluarganya, istri Abangnya itu juga sudah mempermalukan Sarah dengan
“Sampai kapan lo mau pulang mabuk-mabukan terus kayak gini?! Enggak kasian lo sama nyokap lo yang tiap malam sedih gara-gara nunggu lo balik!” sembur Rafka sewaktu mendapati Leo pulang dalam keadaan mabuk.Kalau biasanya ia hanya mengamati Sarah dari jauh ketika menunggui Leo yang pulang dalam keadaan mabuk selama beberapa hari ini. Tapi, malam ini ia menyuruh Sarah untuk mengamati saja dari jauh. “Udah lah, Bang. Lo enggak usah ikut campur! Kepala gue mau pecah, jadi mending lo minggir. Jangan halangin gue karena gue pusing mau istirahat di kamar!” gerutu Leo mendorong bahu Rafka agar tak menghalangi jalannya yang ingin menaiki tangga menuju kamarnya.Namun, bukannya menepi, Rafka malah semakin menghadang Leo agar tidak bisa naik ke lantai atas. Tidak, sampai ia berhasil berbicara dengan bocah kunyuk yang tampaknya sedang mengalihkan pikiran ruwetnya dengan alkohol.“Gue enggak bakal minggir, sebelum berhasil ngebuat lo sadar kalau tindakan lo buat ngalihin stress dengan minum itu s
Ibu jari Rafka menyeka darah di sudut bibirnya akibat tonjokan yang Leo berikan padanya. Tak lama, dibalasnya tinjuan Leo dengan tonjokan sekuat tenaga. Hingga, Leo terkapar tak berdaya dan Rafka memanfaatkan itu untuk memiting lengan Leo agar tak bisa kemana-mana dan mendengarkan kata-katanya.“Dengerin gue baik-baik. Gue enggak bakal lepasin pitingan gue sebelum gue selesain apa yang mau gue omongin sama lo bocah tengik!” tandas Rafka memasang seringai di bibirnya.“Bangsat! Lepasin gue! Kalau lo enggak bebasin gu, gue aduin Mama kalau lo udah aniaya gue sampai muka gue bonyok kayak gini! Mau lo dicerein sama Mama gue?!” ancam Leo sambil memukuli kaki Rafka yang memiting lengannya.“Terserh lo mau kasih anceman apa! Tapi anceman lo nggak bakal gue gubris! Denger, gue tahu perasaan lo saat ini enggak baik-baik aja dan gue bisa maklumin lo minum buat bikin perasaan lo lega! Tapi yang enggak bisa gue terima, lo malah bersikap dingin dan acuh sama Sarah!”“Kalau lo tahu apa yang gue ras
Setelah mengetahui semuanya dari Rafka dan meminta maaf pada Mamanya, tanpa ragu dan banyak berpikir Leo mendatangi tempat dimana ayah biologisnya tinggal. Diserahkanya kunci mobil dan juga Black card yang pernah diberikan oleh Om Ervan kepadanya. Ia tidak sudi menerima atau menyimpan barang apa pun dari sosok laki-laki tak bertanggung jawab dan pengecut seperti Ervan.“Saya kembalikan kunci mobil dan kartu debit ini kepada Om. Setelah apa yang terjadi saat perayaan ulang tahun Oma dan Opa, saya enggak bisa lagi bersikap seperti biasa. Mulai hari ini saya tidak lagi bisa berangkat dan pulang sama Dea karena rasanya enggak nyaman bagi saya.”Kening Ervan mengerut sekaligus merasa sedih karena putranya mengembalikan barang-barang yang ia kasihkan secara tulus. Walau ia tahu kemungkinan besar Leo pasti kecewa dan marah padanya usai menyaksikan video dirinya bersama Sarah sedang melakukan adegan dewasa. Tetapi, mengapa hatinya sakit sekali dan tak bisa sepenuhnya menerima sikap yang di
Leo mendengus kesal. Mendengar permintaan maaf dan juga penyebutan kata Papa dari Om Ervan, bukannya membuat ia menjadi tersentuh, tetapi malah membuatnya bergidik dan jejap sendiri.Tambah muak rasanya mendengar lelaki paruh baya di depannya ini menyebut dirinya sebagai seorang Papa. Sudah terlalu terlambat bagi lelaki itu untuk menyebut dirinya sebagai seorang Papa di hadapannya.Kini panggilan seperti itu, tak lagi berguna untuknya dana sudah tak pernah ia harapkan lagi. Kalau dulu sewaktu ia masih kecil, ia pernah menginginkan ada seseorang yang bisa ia sebut dengan panggilan seperti itu. Tetapi saat sudah sebesar ini, hal seperti itu sudah tak berlaku lagi baginya.“Hanya karena saya udah tahu kalau Om Ayah saya, bukan berarti saya mengizinkan Om untuk memanggil diri Om sebagai Papa di hadapan saya. Toh, dari saya kecil Om enggak pernah ada di hidup saya dan menjadi sesosok ayah yang bisa saya andalkan. Jadi, tolong berhenti memanggil diri Anda papa, di hadapan saya! Kedengara