Setelah mengetahui semuanya dari Rafka dan meminta maaf pada Mamanya, tanpa ragu dan banyak berpikir Leo mendatangi tempat dimana ayah biologisnya tinggal. Diserahkanya kunci mobil dan juga Black card yang pernah diberikan oleh Om Ervan kepadanya. Ia tidak sudi menerima atau menyimpan barang apa pun dari sosok laki-laki tak bertanggung jawab dan pengecut seperti Ervan.“Saya kembalikan kunci mobil dan kartu debit ini kepada Om. Setelah apa yang terjadi saat perayaan ulang tahun Oma dan Opa, saya enggak bisa lagi bersikap seperti biasa. Mulai hari ini saya tidak lagi bisa berangkat dan pulang sama Dea karena rasanya enggak nyaman bagi saya.”Kening Ervan mengerut sekaligus merasa sedih karena putranya mengembalikan barang-barang yang ia kasihkan secara tulus. Walau ia tahu kemungkinan besar Leo pasti kecewa dan marah padanya usai menyaksikan video dirinya bersama Sarah sedang melakukan adegan dewasa. Tetapi, mengapa hatinya sakit sekali dan tak bisa sepenuhnya menerima sikap yang di
Leo mendengus kesal. Mendengar permintaan maaf dan juga penyebutan kata Papa dari Om Ervan, bukannya membuat ia menjadi tersentuh, tetapi malah membuatnya bergidik dan jejap sendiri.Tambah muak rasanya mendengar lelaki paruh baya di depannya ini menyebut dirinya sebagai seorang Papa. Sudah terlalu terlambat bagi lelaki itu untuk menyebut dirinya sebagai seorang Papa di hadapannya.Kini panggilan seperti itu, tak lagi berguna untuknya dana sudah tak pernah ia harapkan lagi. Kalau dulu sewaktu ia masih kecil, ia pernah menginginkan ada seseorang yang bisa ia sebut dengan panggilan seperti itu. Tetapi saat sudah sebesar ini, hal seperti itu sudah tak berlaku lagi baginya.“Hanya karena saya udah tahu kalau Om Ayah saya, bukan berarti saya mengizinkan Om untuk memanggil diri Om sebagai Papa di hadapan saya. Toh, dari saya kecil Om enggak pernah ada di hidup saya dan menjadi sesosok ayah yang bisa saya andalkan. Jadi, tolong berhenti memanggil diri Anda papa, di hadapan saya! Kedengara
“Aku benar-benar sudah tidak tahan, Mas! Sampai kapan keluargamu akan terus memperlakukanku seolah-olah aku bukan bagian dari keluarga kalian?” berang Sonia tak tertahankan.Sepertinya keluarga Ervan telah mengetahui kalau ia adalah pelaku yang menyuruh pekerja rendahan waktu itu untuk memutar video tak senonoh yang terjadi antara Ervan dan Sarah.Pasalnya semenjak beberapa hari ini, sikap keluarga Ervan semakin dingin dan acuh tak acuh padanya. Bahkan Mama mertuanya terang-terangan menyuruh pembantu di rumah ini untuk tak menyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam. Papa mertuanya pun seperti tak menganggap kehadirannya di meja makan.Padahal walaupun tak terlalu ramah padanya, biasanya sesekali Papa mertuanya itu suka berbasa-basi menawarkan makanan padanya. Tetapi, sudah beberapa hari ini jangankan berbasa-basi, melirik sedikit ke arahnya pun tidak.Apalagi alasan mereka bersikap begitu, selain sudah tahu kalau dirinya yang membuat video Ervan dan Sarah Bisa terputar di acara
Tiga hari berlalu dengan cepatnya, Sonia yang telah berhasil mengurus agar Riko bisa dibebaskan dari penjara.Sehingga tiba lah hari ini dimana Sonia harus memenuhi janjinya untuk menjemput Riko yang akan dibebaskan. “Akhirnya kamu dateng juga, Sayang. Dari tadi aku sudah menunggu kamu di depan sini. Aku benar-benar tidak sabar untuk berkeliling denganmu lagi,” ujar Riko tersenyum lebar begitu melihat Sonia yang baru saja tiba menghampirinya.Sonia ikut tersenyum karena mendapati senyum lebar di wajah Riko kala lelaki itu melihatnya datang. “Aku juga kangen sekali sama kamu, Riko. Tiba juga saatnya kita bisa berjumpa kembali. Maaf, aku baru bisa membantu kebebasanmu sekarang karena memang waktu kebebasanmu hanya kurang 2 tahun lagi.”Seolah ingin sama-sama melepaskan rindu, Riko dan Sonia saling berpelukan begitu erat.. Jujur Sonia memang sangat merindukan lelaki yang sampai sekarang masih ia anggap sebagai kekasih hatinya itu.Dulu ia jarang menjenguk Riko di penjara karena tinggal
Sebenarnya Dea tak ingin kepo dan mengetahui permasalahan orang lain, apalagi Papanya sendiri. Hanya saja ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan antara Papanya dengan Leo, sewaktu ia ingin mengambil minum dingin di kulkas. Dea terpaksa membatalkan niatnya untuk mengambil minuman dingin di dalam kulkas dan memilih bersembunyi di balik tembok untuk menguping pembicaraan antara Leo dan papanya.Dari tempat persembunyiannya ia bisa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tatkala Leo mengembalikan kunci mobil dan juga black card yang pernah di berikan papanya pada lelaki ituTak hanya mengembalikan dua benda itu saja, tetapi air muka Leo juga terlihat keruh dan seperti di penuhi api kekesalan kala beradu pandang dengan Papanya. Semula Dea tampak heran mengapa Leo mengembalikan pemberian dari Papanya? Bukan kah waktu itu Leo mengatakan tak akan menyerahkan kembali apa yang sudah diberikan oleh Papanya. Kebingungan Dea itu akhirnya terjawab sewaktu Leo mengungkit-ungkit masalah hubu
“Tahu dari mana lo kalau gue kakak tiri lo dan Papa kita sama?! Om Ervan yang ngasih tahu lo atau jangan-jang lo nguping pembicaraan gue sama Om Ervan!” desak Leo menuntut jawab.Saking begitu ingin segera mendapatkan jawaban dari Dea, Leo sampai melangkah makin mendekat kepada Dea dan mencengkram bahu gadis itu sangat erat.Begitu eratnya cengkraman itu, sampai-sampai membuat Dea meringis menahan rasa sakit di pundaknya.“Maaf, tapi memang aku enggak sengaja mendengar pembicaraan Kak Leo sama Papa, waktu beberapa hari lalu Kaka Leo dateng ke rumah dan mengembalikan semua yang Papa kasih ke Kakak,” ungkap Dea yang dari awal memang tak berniat untuk bohong dan akan jujur.Alis Leo menyatu dan nafasnya menderu. Rasanya kesal dan tak nyaman saja saat mendapati ada orang lain yang tahu kalau ia adalah anak haram Om Ervan. Sekalipun yang tahu adalah seorang gadis yang memiliki berstatus sebagai adik tirinya. “Gue enggak suka sama orang lancang kaya lo! Lebih baik lo pergi dari sini, mumpu
“Kamu serius ingin menjalankan rencana ini, Sonia? Apa tidak terlalu riskan untukmu kalau sampai ketahuan? Kalau aku tidak masalah melakukannya karena aku sudah terbiasa melakukan tindakan kriminal dan demi kamu aku rela melakukan tindakan apapun yang kamu suruh. Sekali pun tindakan itu mungkin saja bisa membawaku kembali ke jeruji besi.”Usai beberapa hari ini Riko puas menghabiskan waktu yang panjang bersama dengan Sonia. Tiba lah hari dimana Sonia akhirnya memberitahukan bantuan apa yang diinginkan Sonia darinya.“Aku sudah sangat yakin untuk melakukannya, Rik. Lagi pula, aku melakukan ini juga demi anak kita, supaya kehiurpanyan terus trjamin dan mendapatkan warisan penuh untuk dirinya sendiri ke depannya,” tandas Sonia.Wanita itu sama sekali tak gentar menghadapi berbagai konsekuensi yang bisa menimpa dirinya, jika sampai nekat melakukan hal yang akan ia jalankan bersama dengan Riko nanti malam.“Kalau memang keputusan kamu sudah bulat, maka aku akan mendukung dan membantu peng
Sarah duduk gelisah di ruang tamu, matanya tak henti-hentinya memandangi jam di dinding. Sudah larut malam, tetapi tak seperti biasanya, kali ini Sarah sama sekali tak bisa tidur.Lagi pula bagaimana mungkin ia bisa tidur kalau malam kian larut, tetapi putranya belum kunjung pulang. Berkali-kali, Sarah menghubungi nomor Leo lewat panggilan ponsel, tetapi nomor Leo sama sekali tak bisa dihubungi.Seketika perasaan tak tenang dan gelisah mulai merayap ke dalam hati Sarah. Ia takut terjadi hal buruk pada putranya karena tiba-tiba perasaannya seperti merasa tidak enak.“Aku khawatir sekali pada Leo, Raf. Sekarang sudah jam 12 malam, tapi dia belum pulang dan ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Padahal semenjak berbaikan dengan Leo waktu itu, dia sudah tidak pernah pulang malam dan mabuk-mabukan lagi,” ujar Sarah dengan nada cemas dan penuh kekhawatiran, sehingga memuat suaranya gemetar.Saking cemasnya, tak henti-hentinya Sarah terus menerus menatap layar ponselnya yang terus menunju