Tiga hari berlalu dengan cepatnya, Sonia yang telah berhasil mengurus agar Riko bisa dibebaskan dari penjara.Sehingga tiba lah hari ini dimana Sonia harus memenuhi janjinya untuk menjemput Riko yang akan dibebaskan. “Akhirnya kamu dateng juga, Sayang. Dari tadi aku sudah menunggu kamu di depan sini. Aku benar-benar tidak sabar untuk berkeliling denganmu lagi,” ujar Riko tersenyum lebar begitu melihat Sonia yang baru saja tiba menghampirinya.Sonia ikut tersenyum karena mendapati senyum lebar di wajah Riko kala lelaki itu melihatnya datang. “Aku juga kangen sekali sama kamu, Riko. Tiba juga saatnya kita bisa berjumpa kembali. Maaf, aku baru bisa membantu kebebasanmu sekarang karena memang waktu kebebasanmu hanya kurang 2 tahun lagi.”Seolah ingin sama-sama melepaskan rindu, Riko dan Sonia saling berpelukan begitu erat.. Jujur Sonia memang sangat merindukan lelaki yang sampai sekarang masih ia anggap sebagai kekasih hatinya itu.Dulu ia jarang menjenguk Riko di penjara karena tinggal
Sebenarnya Dea tak ingin kepo dan mengetahui permasalahan orang lain, apalagi Papanya sendiri. Hanya saja ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan antara Papanya dengan Leo, sewaktu ia ingin mengambil minum dingin di kulkas. Dea terpaksa membatalkan niatnya untuk mengambil minuman dingin di dalam kulkas dan memilih bersembunyi di balik tembok untuk menguping pembicaraan antara Leo dan papanya.Dari tempat persembunyiannya ia bisa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tatkala Leo mengembalikan kunci mobil dan juga black card yang pernah di berikan papanya pada lelaki ituTak hanya mengembalikan dua benda itu saja, tetapi air muka Leo juga terlihat keruh dan seperti di penuhi api kekesalan kala beradu pandang dengan Papanya. Semula Dea tampak heran mengapa Leo mengembalikan pemberian dari Papanya? Bukan kah waktu itu Leo mengatakan tak akan menyerahkan kembali apa yang sudah diberikan oleh Papanya. Kebingungan Dea itu akhirnya terjawab sewaktu Leo mengungkit-ungkit masalah hubu
“Tahu dari mana lo kalau gue kakak tiri lo dan Papa kita sama?! Om Ervan yang ngasih tahu lo atau jangan-jang lo nguping pembicaraan gue sama Om Ervan!” desak Leo menuntut jawab.Saking begitu ingin segera mendapatkan jawaban dari Dea, Leo sampai melangkah makin mendekat kepada Dea dan mencengkram bahu gadis itu sangat erat.Begitu eratnya cengkraman itu, sampai-sampai membuat Dea meringis menahan rasa sakit di pundaknya.“Maaf, tapi memang aku enggak sengaja mendengar pembicaraan Kak Leo sama Papa, waktu beberapa hari lalu Kaka Leo dateng ke rumah dan mengembalikan semua yang Papa kasih ke Kakak,” ungkap Dea yang dari awal memang tak berniat untuk bohong dan akan jujur.Alis Leo menyatu dan nafasnya menderu. Rasanya kesal dan tak nyaman saja saat mendapati ada orang lain yang tahu kalau ia adalah anak haram Om Ervan. Sekalipun yang tahu adalah seorang gadis yang memiliki berstatus sebagai adik tirinya. “Gue enggak suka sama orang lancang kaya lo! Lebih baik lo pergi dari sini, mumpu
“Kamu serius ingin menjalankan rencana ini, Sonia? Apa tidak terlalu riskan untukmu kalau sampai ketahuan? Kalau aku tidak masalah melakukannya karena aku sudah terbiasa melakukan tindakan kriminal dan demi kamu aku rela melakukan tindakan apapun yang kamu suruh. Sekali pun tindakan itu mungkin saja bisa membawaku kembali ke jeruji besi.”Usai beberapa hari ini Riko puas menghabiskan waktu yang panjang bersama dengan Sonia. Tiba lah hari dimana Sonia akhirnya memberitahukan bantuan apa yang diinginkan Sonia darinya.“Aku sudah sangat yakin untuk melakukannya, Rik. Lagi pula, aku melakukan ini juga demi anak kita, supaya kehiurpanyan terus trjamin dan mendapatkan warisan penuh untuk dirinya sendiri ke depannya,” tandas Sonia.Wanita itu sama sekali tak gentar menghadapi berbagai konsekuensi yang bisa menimpa dirinya, jika sampai nekat melakukan hal yang akan ia jalankan bersama dengan Riko nanti malam.“Kalau memang keputusan kamu sudah bulat, maka aku akan mendukung dan membantu peng
Sarah duduk gelisah di ruang tamu, matanya tak henti-hentinya memandangi jam di dinding. Sudah larut malam, tetapi tak seperti biasanya, kali ini Sarah sama sekali tak bisa tidur.Lagi pula bagaimana mungkin ia bisa tidur kalau malam kian larut, tetapi putranya belum kunjung pulang. Berkali-kali, Sarah menghubungi nomor Leo lewat panggilan ponsel, tetapi nomor Leo sama sekali tak bisa dihubungi.Seketika perasaan tak tenang dan gelisah mulai merayap ke dalam hati Sarah. Ia takut terjadi hal buruk pada putranya karena tiba-tiba perasaannya seperti merasa tidak enak.“Aku khawatir sekali pada Leo, Raf. Sekarang sudah jam 12 malam, tapi dia belum pulang dan ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Padahal semenjak berbaikan dengan Leo waktu itu, dia sudah tidak pernah pulang malam dan mabuk-mabukan lagi,” ujar Sarah dengan nada cemas dan penuh kekhawatiran, sehingga memuat suaranya gemetar.Saking cemasnya, tak henti-hentinya Sarah terus menerus menatap layar ponselnya yang terus menunju
Sarah menggigit bibirnya dengan keras, matanya berkaca-kaca. “Ini apa maksudnya, Raf? Apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku benar-benar takut kalau Leo sampai kenapa-napa!”Rafka yang juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan yang tengah dirasakan Sarah, memilih merangkul istrinya agar kepanikan Sarah tak terlalu membahana. "Kita harus segera pergi, Sar. Leo mungkin berada dalam bahaya. Percaya lah, bagaimanapun caranya, aku akan menyelamatkan Leo dan enggak akan membiarkannya sesuatu yang buruk terjadi padanya. Kita harus mencari tahu apa yang sedang terjadi dan menyelamatkan Leo secepat mungkin."Sarah mengangguk, wajahnya pucat. Mereka berdua bergegas keluar dari rumah dan menuju ke lokasi yang disebutkan dalam pesan tersebut dengan hati yang dipenuhi kekhawatiran.Rasanya keduanya sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Leo dan siapakah orang yang berani sekali melakukan penculikan pada anak lelaki Sarah tersebut.****“Untung saja, bocah
Usai menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih, akhirnya Sarah dan Rafka tiba di gedung kosong di jalan Raya Delima No. 25 dengan hati yang berdebar-debar dan penuh kekhawatiran.Namun saat Sarah dan Rafka baru saja tiba di depan gedung kosong itu, mereka melihat Ervan sudah lebih dulu berada di sana.Sarah dan Rafka berdiri di depan gedung kosong, gelisah menyelinap di benak mereka seiring dengan kehadiran Ervan. Rafka, yang masih membawa rasa kekesalan terhadap Ervan atas peristiwa masa lalu, menduga-duga dalam hati.Rafka berspekulasi bahwa Ervan mungkin saja terlibat dalam penculikan Leo, mengingat keterlibatannya dalam peristiwa tragis yang menimpa Sarah dahulu. Tanpa memberi kesempatan pada Ervan untuk memberi jawaban dan menjelaskan alasan kehadirannya di sini, Rafka menghentakkan tinjunya dengan keras ke arah wajah Ervan, dengan maksud ingin melepaskan kekesalannya. "Kenapa lo bisa ada di sini? Apa yang lagi lo lakuin, Bang?Jangan-jangan lo juga terlibat di balik penculikan Le
Setelah menaiki tangga berliku-liku; akhirnya Sarah, Rafka, dan Ervan berhasil menemukan Leo di lantai paling atas atau bagian atap. Namun, pemandangan yang mereka temui mampu menyayat hati dan membuat mereka bertiga tertegun bukan main.Leo terikat erat dan mulutnya ditutupi rapat oleh selembar solasi tebal, sehingga Leo hanya bisa memekik tertahan di balik mulut yang disumpal itu. Di samping Leo, mereka melihat Sonia yang berdiri dengan angkuh, dan di sebelahnya ada Riko, yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.Sekalipun Ervan kini adalah suami Sonia, tetapi bukan berarti ia sudah tahu kalau Riko adalah pacar Sonia dulu.Semantar itu, Mendapati orang-orang yang ia benci sudah ada di hadapannya, langsung saja Sonia menyuruh Riko untuk melancarkan tinjuan bertubi-tubi di wajah Leo yang telah sadar dari pingsannya.Wajah Leo yang tak tertutup lakban, terlihat mengkerut seolah Leo sedang berusaha keras untuk menahan rasa sakit dari tonjokkan tanpa henti yang sedang dilayangkan ke w