“Kalian sudah berkumpul semua rupanya. Kalau begitu kita mulai saja makan malamnya. Mafa Papa lama datangnya karena harus mandi dan berganti pakaian dulu,” ujar Satrio dibantu Maya berpindah dari kursi rodanya ke kursi yang ada di meja makan.Semenjak sembuh dari sakitnya, Satrio menyadari kalau ternyata selama sakit keluarganya lah yang setia bergantian merawatnya. Oleh karena itu, mulai hari pertama ia keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah, Satrio berjanji untuk bersikap lebih hangat dan penuh perhatian kepada keluarganya, terutama kepada istrinya.Bagaimana mungkin ia tak ingin bertobat dan luluh kalau selama sakit istrinya benar-benar tampak mengkhawatirkannya dan merawatnya dengan penuh cinta.Sungguh, Satrio merasa malu dan menyesal sendiri karena selama ia hidup dengan sehat, ia malah tak bersyukur dan menyia-nyiakan istri seperti Maya. Kemarahan dan amarahnya akibat menikah dijodohkan dengan Maya, membuatnya menutup mata dan tak pernah melihat betapa tulus dan besarny
“Senang bertemu dengan mantan pacarmu, Mas?! Kamu bilang enggak ada wanita yang menggodamu di sini, tapi ternyata ada wanita masa lalumu yang dulu sangat kamu cintai!” sindir Sonia memberengut sebal. Setelah selesai makan malam, Sonia lah orang pertama yang meninggalkan meja makan karena ia sudah benar-benar muak dengan pemandangan harmonis antara mertuanya dengan Sarah. Padahal mereka mempunyai dua menantu, tetapi kenapa dirinya hanya dianggap seperti angin lalu? Sedangkan Sarah sepertinya terlihat bagi dewi yang harus selalu ada untuk memberkati hidup mereka. Ervan yang melihat istrinya pergi dengan wajah masam tanpa ba-bi-bu menyusul dan mengikuti Sonia. Tak perlu bertanya ia pun sudah bisa tahu bahwa Sonia merasa iri, cemburu, dan tak suka pada Sarah. Tak mau istrinya berbuat nekat, Ervan buru-buru menyusulnya. Ervan sungguh merasa bertanggung jawab untuk meredam emosi wanita itu karena ia tahu hal gila apa yang akan Sonia pikiran dan bisa istrinya lakukan jikalau sedang kalut
“Mulai hari ini kamu berangkat dan pulang kuliahnya sama Leo saja. Kamrin Papa belikan mobil baru untuk memudahkan pulang pergi ke kampusmu. Tapi karena kamu belum lancar mengendarai mobil dan Papa juga belum bisa mempercayaimu membawa mobil sendiri, maka Papa meminta tolong Leo untuk mau pulang pergi ke kampus bersamamu, Dea.”Sudah sekitar 2 bulan Ervan tinggal di Jakarta dan putri cantiknya telah resmi di terima di kampus incarannya yang sama dengan putranya.Oleh karena itu, kemarin ia sengaja mengajak Leo untuk membantunya membeli mobil kekinian yang sesuai dengan selera anak muda. Ervan memang sengaja ingin memberikan hadiah itu untuk Leo dan Dea agar putra dan putrinya itu bisa lebih mudah dan nyaman ketika perjalanan menuju kampus tempat mereka menimba ilmu.“Tapi Papa memangnya sudah bilang sama Kak Leo? Memang orang dingin kayak dia setuju aja gitu buat bawa mobil dan berangkat bareng sama aku? Kayaknya aku nggak yakin gitu kalau dia mau terima gitu aja permintaan tolong da
“Selamat ulang tahun pernikahan Mama dan Papa. Ini kado dari Sarah, Rafka, dan Leo. Semoga Mama dan Papa menyukai hadiahnya,” ujar Sarah yang baru datang membawa bungkusan kado merah muda yang ia beli kemerin bersama Rafka.“Aduh, kamu ini repot-repot sekali membelikan kado segala, Sarah. Padahal kamu sudah membuatkan Mama kue tiga tingkat ini yang membuatnya pasti tidak mudah. Tapi, terima kasih banyak atas hadiahnya. Mama dan Papa pasti akan menyukai apa pun hadiah dari kamu, Rafka, dan Leo.”“Sarah tidak merasa repot, Ma. Malah Sarah senang dan excited sekali sewaktu memilihkan hadiah yang sekiranya cocok untuk kado pernikahan Mama dan Papa. Semoga, kue buatan Sarah kali ini enak dan tidak mengecewakan untuk di makan malam ini.”“Tidak perlu diragukan, kue buatanmu sudah pasti enak, Sarah. Sewaktu Papa mendapatkan perawatan di rumah sakit dan bosan makan bubur, kamu membuatkan bolu lembut yang rasanya saja enak sekali bagi orang yang sedang sakit seperti Papa waktu itu.”Sarah tak
Tunggu disini sebentar, Pak. Saya usahakan kembali secepat yang saya bisa,” ujar Sonia turun dari mobil yang mengantarnya dengan langkah tergesaWaktu Sonia tak banyak, ia harus segera mengganti gaunnya dan yang paling penting mencari kartu memori penting yang di dalamnya terdapat video berharga. Dengan video berharga tersebut, ia bisa mempermalukan Sarah sekaligus memberikan pelajaran pada suaminya agar mulai menuruti perkataannya lagi dan tak bersikap seenaknya sendiri melakukan hal-hal yang tidak ia sukai.Sebenarnya Sonia tak ingin melakukan hal gila seperti ini. Tetapi, rasa kesalnya sudah terlanjur meradang dan amarahnya pun sudah amat membumbung tinggi.Sonia sudah tak tahan dengan suaminya yang selalu saja memberikan perhatian pada anak haramnya dari Sarah smenejak pindah kemari. Tak bisa kah suaminya itu hanya menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya kepada Dea yang sudah lebih lama menjadi anaknya?Tak hanya suaminya, ia juga tak sanggup lagi menyaksikan dekatnya hubungan
“Dari mana saja kamu, Sonia? Berganti pakaian saja lama sekali! Kami sudah dari tadi menunggu. Kalau bukan karena Ervan yang menyuruh menunggumu, pasti Mama sudah memulai acara puncaknya dari tadi!” dengus Maya dengan sinis.Entah mengapa hawanya Maya selalu saja sinis kepada menantu pertamanya ini. Kalau tidak sensi, ia seperti malas menganggap keberadaan Sonia karena ia selalu merasakan suasana panas tiap kali terlibat pembicaraan dengan menantu pertamanya itu.Ingin rasanya Sonia memutar mata karena lagi-lagi ia harus berhadapan dengan kata-kata pedas nan ketus dari mertuanya. Tapi, membayangkan rencana yang sebentar lagi akan terlaksana membuat Sonia terpaksa menunjukkan sikap santai saja dalam menghadapi Omelan mertuanya ini.“Maaf atas keterlambat Sonia, Ma. Habisnya saya kan harus memilih gaun pengganti yang bagus agar tidak mempermalukan keluarga ini. Jadi, mohon kemaklumannya tas keterlmat Sonia kali ini,” sahut Sonia mencoba membuat nada sesopan mungkin.Mendapati nada sopa
“Akuilah kalau kamu yang berada di belakang penyebaran video di pesta hari ini, kan? Satu-satunya orang yang aku tahu menyimpan video itu adalah kamu, Son. Masih jelas di ingatanku saat dulu kamu mengancamku dengan video itu untuk meninggalkan Sarah dan bertanggung jawab atas kehamilanmu.”Sepulang dari pesta ulang tahun pernikahan orang tuanya yang berakhir dalam kekacauan, Ervan tak dapat menahan diri untuk segera menginterogasi Sonia. Terlebih lagi, suasana hatinya sudah terlanjur terganggu oleh insiden video yang tersebar di pesta tersebut.Untung saja Papanya berhasil mengebah para tamu undangan dan mengakhiri pesta ulang tahun pernikahannya dalam waktu sekejap mata, sehingga ia bisa segera menarik Sonia untuk mengajak istrinya ini bicara berdua.Mendapati tuduhan dari suaminya membuat Sonia sama sekali tak takut. Ia malah menatap nyalang dan berani kepada suaminya itu. Meski begitu, ia tetap saja kesal karena Ervan mengungkit masalah tanggung jawab atas kehamilannya.“Kalau mema
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Apa dia baik-baik saja? Karena sebelum pingsan dia sempat mengalami sesuatu yang membuatnya syok berat.” tanya Rafka setelah istrinya baru saja selesai mendapatkan pemeriksaan dari dokter.Raut wajah sang dokter yang semula datar sewaktu memeriksa Sarah, berubah menjadi penuh senyum saat bertatapan mata dengan Rafka.“Kondisi istri Anda baik-baik saja. Dalam keadaannya yang sedang mengandung, wajar saja jika istri Anda pingsan karena mengalami syok. Hanya saja, untuk lebih lanjutnya Anda bisa mendatangi dokter kandungan, agar istri Anda bisa diperiksa secara lebih menyeluruh.”“Terima kasih, Dok,” ucap Rafka menjabat tangan dokter yang baru memeriksa Sarah.“Sama-sama. Sebentar lagi kemungkinan istri Anda akan sadar dari pingsannya. Karena masih ada pasien lain yang harus saya tangani, saya pamit dulu.”Jawaban sang dokter sungguh membuat perasaan Rafka campur aduk seketika. Antara terkejut, tak menyangka, dan bahagia.Akhirnya keinginannya dan Sara