Beranda / CEO / Jerat Cinta CEO Posesif / Menikahlah Denganku!

Share

Menikahlah Denganku!

Penulis: Merry Heafy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

#5

"Pelayan!"

Suara panggilan yang akhir-akhir ini sudah tak asing di telinga Sera pun seketika membuatnya bergegas menghampiri pelanggan itu.

"Baik, Pak. Anda ingin memesan menu apa saja? Akan saya catat dalam daftar pesanan anda," jawab Sera sembari membuka buku kecil yang senantiasa berada dalam genggamannya itu.

Pria yang datang bersama dengan istrinya itu pun lantas mulai berdiskusi sejenak mengenai menu yang akan mereka pesan.

Ada sekitar empat jenis menu yang kemudian dipesan oleh pelanggan restoran itu.

"Baik, Pak. Apakah ada yang mau ditambahkan lagi?" tanya Sera memastikan.

"Tidak ada lagi, Mbak. Cukup itu saja." 

Sera mengangguk beberapa kali sebelum akhirnya berlalu meninggalkan sang pelanggan untuk mengantarkan kertas pesanan itu ke meja dapur.

"Untuk meja nomor 7 ya, Mbak." 

"Oke siap, Sera. Ditunggu, ya!" balas chef restoran itu ramah.

Sudah berhari-hari lamanya, Sera menjalani pekerjaannya sebagai seorang pelayan di salah satu restoran di kotanya.  Tentu saja, semua ini ada campur tangan dari sang sahabat. 

Berkat rekomendasi dan bantuan dari Lydia akhirnya Sera pun resmi diterima sebagai pelayan di restoran yang bisa terbilang mewah itu.

Beberapa kali, Sera kadang masih harus berbolak-balik ke kamar mandi. Wangi parfum yang dipakai oleh para pelanggan restoran itu kadang membuat Sera menjadi mual. 

Namun, dengan profesionalnya Sera mampu menghandle rasa mual yang seringkali datang mendadak itu.

Sembari menunggu pesanan selesai untuk disajikan pada para pelanggan, Sera merasakan ponselnya bergetar. 

Menandakan jika sebuah pesan telah masuk ke dalam ponselnya. 

[Ra, bantu kelarin skripsiku dong. Kepalaku udah pusing banget. Uang DP langsung aku kirim ke rekeningmu, ya. Sisanya aku lunasin kalo skripsinya udah jadi. Thank you!]

Sebuah senyuman pun kini mengembang sempurna di wajah Sera. Kembali, ia mendapatkan pesanan untuk membantu pembuatan skripsi oleh mantan teman satu kampusnya. 

Terlahir sebagai seorang gadis yang memiliki kecerdasan dan selalu mendapatkan peringkat pertama dalam pendidikannya, membuat Sera mencari kerja sampingannya dengan membantu mengerjakan skripsi bagi mahasiswa-mahasiswi yang sudah tidak tahan dengan skripsinya yang masih ditolak oleh para dosen.

Memiliki waktu tidur yang tidak terlalu lama benar-benar tidak menjadikan runtuhnya semangat Sera. Dengan bermotivasikan, bayi yang ada di dalam kandungannya. 

Sera lantas menggarap semua pekerjaan apa pun demi kehidupan layak untuk calon bayinya itu.

"Apa pun demi kamu, Nak. Mama pasti akan melakukan apa saja termasuk mengorbankan waktu istirahat Mama." Sera bermonolog pada dirinya sendiri.

***

"Jadi, apakah benar ini restorannya? Kamu sudah memeriksa informasinya dengan benar, bukan?" tanya Leon sembari menatap penuh selidik bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya.

Leon yang akhirnya telah mendapatkan semua informasi mengenai gadis yang ditemuinya saat di restoran tempo hari itu pun lantas segera mencari keberadaan gadis itu. 

Leon kini bahkan sudah mengetahui jika gadis itu bernama Sera. Menurut data terakhir yang didapat oleh ajudannya, Sera sekarang bekerja di salah satu restoran setelah memilih untuk memutus pendidikannya.

"Siap, Pak Leon. Saya sudah mengecek semua datanya dan benar, jika Nona Sera bekerja di restoran ini." 

Alex menunduk sebagai tanda hormatnya pada sang atasan. 

"Baiklah. Kamu bisa menunggu di sini." 

Setelah mengatakan hal yang demikian, Leon langsung bergegas masuk ke dalam restoran. 

Sebelumnya, ia sudah berbicara pada manajer di restoran itu. Benar saja, tak lama setelah ia melangkah di dalam restoran itu. Seorang pria dengan tubuh yang cukup gemuk lantas menghampiri dirinya.

"Pak Leon! Mari, kita bicara di dalam ruangan saya saja. Mari!" 

Dengan santun sang manajer menuntun Leon untuk pergi bersamanya. Namun, dengan cepat Leon langsung menolaknya.

"Tidak perlu. Saya ke sini hanya ingin meminta izin untuk menemui salah satu pelayan yang bekerja di sini. Namanya Sera Giani Davira." Leon berucap dengan nada lantang tanpa ada sedikit keraguan pun di dalam ucapannya.

"Saya harus berbicara empat mata bersama dengannya. Akan saya bayar kepada anda atas waktu yang saya minta untuk berbicara pada salah satu pegawaimu!" ucapnya dengan arogan.

Sang manajer pun dengan segera langsung memanggil Sera tanpa membuang waktu lagi, mengingat tamunya kali ini adalah seorang Leon Hansen Wijaya yang memiliki pengaruh besar dalam segala bisnis di kota ini. 

Tak berapa lama, seorang gadis yang ditemuinya kala itu kini  tepat berada di hadapannya.

"Kamu?!" Sera berseru dengan dahi yang berkerut bingung. 

"Baik. Terima kasih, Pak!" ujar Leon pada sang manajer ketika pria itu berhasil membawa Sera.

Tanpa menjawab kebingungan Sera, pria itu langsung saja menarik tangan Sera. Membawanya ke dalam suatu ruangan di restoran yang memang menyediakan ruang VVIP keluarga.

"Apakah kamu sudah mempertimbangkan ideku? Menikahlah denganku! Aku sungguh nggak main-main dengan ucapanku yang satu ini!" ucap Leon tanpa basa-basi.

Begitu keduanya duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Sama seperti pertama kali bertemu, Leon kembali mengajukan tawaran yang sama padanya. 

Sera yang mendapati tingkah konyol Leon itu pun hanya bisa memutar kedua bola matanya malas. Disusul dengan decakan kesal yang keluar dari mulutnya.

"Apa anda tidak memiliki pekerjaan sama sekali? Anda ini siapa saja, saya tidak tahu. Bahkan mengetahui nama anda saja tidak. Entah darimana anda mengetahui tentang saya tapi saya hanya bisa berkomentar tentang sikap anda sekarang yang benar-benar sangat kekurangan pekerjaan!" Sera berucap dengan kepala yang menggeleng berulang kali.

Entah bagaimana pikiran pria itu saat ini. Mengajak orang asing yang sama sekali belum dikenalnya itu untuk menikah bukanlah hal yang pantas dijadikan lelucon. 

Pemikiran pria itu benar-benar sudah tidak masuk di akal lagi. Sera merasa dirinya tidak perlu menanggapi pria itu lebih jauh.

Ia pun lalu kembali menegakkan tubuhnya, seakan bersiap untuk pergi.

"Saya yakin anda pasti juga memiliki pekerjaan sama seperti saya. Jadi, biarkan saya kembali bekerja begitupun dengan anda. Terima kasih." 

Baru saja Sera akan meninggalkan pria yang dianggapnya tidak waras itu, secepat kilat Leon kembali mengutarakan kalimat ampuh yang sudah dipersiapkan olehnya sejak beberapa waktu terakhir.

Kalimat yang Leon sangat yakin pasti akan membuat wanita itu kembali berpikir mengenai ide bodoh dari dirinya itu.

"Aku akan membantumu untuk membalaskan dendam kepada Nyonya Danira dan juga Brian, si brengsek itu!" serunya meyakinkan Sera.

Seolah tak ada keraguan dalam ucapannya, Leon lantas menatap lurus ke arah dua manik coklat di hadapannya itu.

Sera sontak terkesiap ketika mendapati kata demi kata yang keluar dari mulut pria konyol di hadapannya itu.

"Kamu bisa mempercayai ucapanku, Sera. Saya bukan si brengsek Brian yang akan membohongimu. Saya pasti akan membantumu membalaskan semua dendam yang ada di hatimu untuk Nyonya Danira dan Brian. Saya akan membuat mereka hingga benar-benar sengsara. Saya tahu, kalau kamu pasti merasa benar-benar direndahkan dan dipermalukan beberapa waktu yang lalu itu. Menjadi tontonan satu restoran bukan suatu hal yang dapat disepelekan. Apa kamu akan membiarkan mereka begitu saja setelah semua yang telah dilakukannya kepadamu? Di luar sana mereka hidup bahagia sementara kamu sengsara seperti ini." 

Leon seolah mulai meracuni pikiran Sera dengan suara tegasnya. Ia mencoba untuk mempengaruhi gadis itu hingga akhirnya, Sera akan menuruti ucapannya. 

"Jadi, katakan dengan benar. Apa keputusanmu? Apa kamu mau menikah denganku?" tanya Leon saat menyadari Sera yang sudah hanyut dalam amarahnya. 

Terdengar beberapa kali Sera menarik dan mengembuskan napasnya beberapa kali. 

Mengingat semua luka yang sudah ditorehkan oleh Nyonya Danira dan Brian kepada dirinya membuat Sera akhirnya berani dan terkesan nekat mengambil keputusan besar dalam hidupnya. 

"Baiklah. Saya mau menikah dengan anda, Tuan!" putus Sera lantang.

Leon menyeringai senang. Namun, sedetik kemudian seringai itu mulai memudar digantikan dengan mimik wajah ambigunya.

"Tapi … tentu saja pernikahan ini dengan syarat dan perjanjian di antara saya dan anda!" sambung Sera menegaskan.

***

Bab terkait

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Syarat dari Sera

    #6"Apa kamu menyetujuinya?" Sera bertanya hati-hati. Leon yang kala itu terdiam bermaksud memikirkan betapa puasnya ia dengan kenyataan jika Sera telah setuju akan tawarannya lantas tersadar. Ia lalu menatap sang wanita dengan sorot mata yang menyorot tajam. Sera tertegun sejenak, menatap lama wajah pria itu jujur saja benar-benar membuat Sera cukup merasa seram. Mengingat bagaimana wajahnya yang penuh akan raut jutek dan acuh tak acuhnya. Bisa Sera katakan, wajah Leon sangat mirip dengan karakter bos kaya raya berwajah menyeramkan dan dingin seperti di film-film biasanya. "Apa kamu pikir saya akan menolaknya?" tanya balik Leon dengan nada mematikan lawannya. Perlahan, tampak bagaimana Sera yang menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu. Saya … hanya ingin memastikannya saja," sahut Sera mencoba tenang. Ia tidak ingin sampai terlihat sedang takut di hadapan pria itu. Leon bergeming, mengandalkan wajah yang tampak sangar itu. Ia lantas menatap tak berkedip ke arah sang wanita.

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Keraguan Sera

    #7"Permisi, Mbak. Kalau mau naik bus kota nunggunya benar di sini, kan?" Sera yang kala itu tampak menatap lurus dengan pikiran kosongnya pun seketika tersadar begitu mendengar sebuah suara menyeru dirinya. "Gimana, Kak?" tanya Sera mencoba memastikan pertanyaan yang diajukan oleh gadis berusia lebih muda darinya itu. "Ini, Mbak. Saya mau tanya, apa benar kalau mau naik bus kota kita nunggunya di sini?" ulangi gadis itu lagi akan pertanyaannya. Sera pun lalu menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. "Biasanya sebentar lagi bus kotanya bakalan datang, Kak," sahut Sera pada gadis itu. Tak berselang lama setelah kalimat yang diutarakan oleh Sera itu, bus kota pun akhirnya datang dan berhenti tepat di hadapan keduanya. Ucapan terima kasih tampak keluar dari mulut gadis yang bertanya pada Sera itu. Masih sama seperti sebelumnya, Sera hanya menganggukkan kepalanya pelan. Sera menatap kosong ke arah kursi duduk yang ada di bus itu. Terdengar helaan nafas yang panjang keluar dari mul

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Identitas Leon Hansen Wijaya

    #8"Aku dan dia sudah menyiapkan kontrak perjanjian pernikahannya. Ke depannya dia pasti akan kabarkan kapan waktu dan tempat kami menggelar pernikahan kami." Kini, Lydia semakin dibuat heran dengan pengakuan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Entah apa yang telah merasuki akal dan pikiran dari wanita itu, Lydia sendiri pun sama sekali tidak mengetahuinya. Lydia benar-benar tak habis pikir dengan keputusan impulsif yang dikatakan oleh sang sahabat. "Lalu? Apa kamu yakin jika keputusan yang kamu ambil sekarang adalah keputusan yang tepat dan benar?" tanya Lydia memastikan. Sera terdiam sejenak, jika ditanya apakah ini keputusan yang benar atau tidak jujur Sera juga tidak mengerti. Namun yang pasti jika dirinya ingin balas dendam itu terbalaskan, hanya inilah jalan satu-satunya yang bisa Sera tempuh. "Aku gak begitu yakin tentang keputusan ini memang sudah benar atau tidak. Tapi yang aku tau, ini adalah satu-satunya keputusan yang bisa aku ambil jika aku ingin membalaskan den

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Honey?

    Cukup lama Sera hanyut dalam pemikiran tentang alasan Leon menginginkan pernikahan kontrak bersama dengannya membuat wanita itu akhirnya menyerah untuk melakukannya. "Kamu yakin gak tau soal alasan dia mau melakukan pernikahan kontrak ini denganmu?" tanya Lydia tampak memastikan. Sera yang kala itu baru sadar dari lamunan memikirkan alasan Leon tampak mengalihkan pandangannya ke arah sang sahabat.Sera kemudian mengedikkan bahunya. Pasalnya selama pertemuan mereka. Leon nyatanya tak pernah mengatakan apa pun tentang alasan dirinya membalas dendam pada Nyonya Danira dan Brian."Aku pernah tanya sama dia, tepatnya pas pertemuan kami tadi. Tapi, sepertinya dia nggak ingin membahas apalagi memberitahukannya padaku." Sera berucap dengan gamblang. Itulah kenyataan yang ia dapat selama ini. Menurutnya, bukan masalah yang besar juga jika Leon tak ingin mengatakan alasan tersendiri dari diri pria itu."Terus kamu gak berusaha ngorek tentang alasan dia gitu?" tanya Lydia pada sang sahabat. D

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Siapa Ruby?

    "I miss you so much, Honey!" Terdengar suara gemericik air yang menemani percakapan antara dua insan yang berbeda negara itu. "Aku juga sangat merindukanmu, Honey. Sangat amat merindukanmu." Suara bass yang begitu berat itu terdengar membalas ucapan yang diutarakan oleh wanitanya. Tampak wanita cantik dengan rambut coklat burgundy itu tengah berendam santai di dalam bathup di kamar mandinya. Dia adalah kekasih Leon yang memiliki nama Ruby. "Bagaimana dengan kabarmu, Honey?" tanya Ruby dari balik teleponnya. Sesekali, Ruby tampak memainkan kedua kakinya di dalam air itu. Menimbulkan suara air yang dapat didengar jelas oleh Leon yang ada di balik panggilan telepon itu."Menjadi lebih baik setelah mendengar suara indahmu, Honey." Leon berujar dengan kalimat menggodanya. Terlihat kini Ruby yang mulai tersipu malu mendengar gombalan dari sang kekasih. "Apa kau sedang mandi?" tanya Leon setelahnya. Ruby pun tampak mengangguk meski ia sadar sang pria tidak akan melihat tingkahnya i

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Tamu Larut Malam

    "Honey? Apa semuanya baik-baik saja?" Ruby merasa heran dengan sang kekasih yang justru hanya diam sedari tadi.Hingga tak lama setelahnya. Tiba-tiba saja panggilan video call yang baru saja terhubung itu pun lantas dimatikan begitu saja oleh Leon tanpa menanggapi kalimat pernyataan maupun pertanyaan dari Ruby. "What? Dia matiin telpon dari aku?" tanya Ruby berdialog dengan dirinya sendiri. Sejenak, Ruby tampak memikirkan alasan dibalik sang kekasih mematikan sambungan telepon mereka itu. Apakah pria itu tidak merasa senang dengan kalimatnya yang menyatakan jika ia akan ke Indonesia bulan depan? "Apa dia tidak suka jika aku datang ke Indonesia? Ah, ayolah. Mana mungkin kekasihmu itu akan menolak kedatanganmu, Ruby." Ruby kemudian menjawab sendiri pertanyaan yang muncul di dalam dirinya. Lagipula mana mungkin Leon akan mengacuhkan dirinya saat nanti wanita itu berada di negara pria

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Mempercepat Pernikahan

    "Huh? Oke. Aku akan dat—"Sera membelalakkan matanya kesal. Baru saja ia akan menyelesaikan kalimatnya, pria itu justru sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon secara sepihak."Astaga … apakah ini adil? Dia bahkan mengganggu waktu tidurku. Sedangkan aku? Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku tapi dia bahkan seenaknya mematikan teleponnya. Dasar pria angkuh!" Sera memberengut marah.Rasanya ingin sekali ia bersikeras untuk tetap melanjutkan tujuan awalnya yakni tidur dengan lelap. Alih-alih menemui pria arogan yang kerap semena-mena padanya itu. Akan tetapi, mengingat siapa sosok Leon dan betapa berpengaruhnya Leon di ibukota tempatnya tinggal ini membuat Sera lantas mengurungkan niatnya. Bergegas Sera keluar dari kamarnya dan menemui sosok pria yang katanya sudah menunggu di depan rumah kontrakannya. "Kalau bukan karena kosan ini punya orang dan takut Lydia bakalan diusir, aku pasti gak akan menghiraukannya." Sera menggerutu sepanjang jalan dirinya melangkah menuju pintu l

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Berdebat Dengan Pria Arogan

    "Tapi sebelumnya saya minta maaf, Tuan. Satu hal yang saya tau, di mana saat sebuah perjanjian telah diikrarkan. Hanya ada satu kata yang bisa menjadi jawabannya yakni menepatinya." Sera terdengar mulai mengajukan protesnya pada pria dengan wajah dingin di hadapannya itu.Jika pria bernama Leon itu dapat bersikeras pada kebenaran yang dipegangnya maka Sera juga seharusnya bertingkah demikian."Pak! Halo? Pak! Anda masih ada di dalam tubuh besar ini, kan?" Sera melambaikan tangannya tepat di hadapan wajah pria itu. Leon yang baru sadar dari lamunannya pun sontak menggelengkan kepalanya cepat. "Beraninya kamu?!" sentak Leon menatap tajam wanita yang dianggapnya tidak sopan itu.Sera menelan salivanya begitu kasar. Entah mengapa, setiap kali mendapati kalimat tegas yang keluar dari mulut Leon begini rasanya nafas Sera tercekat saat itu juga."Menurut pembelajaran yang dulu pernah saya dapatkan saat berada di bangku sekolah." Sera lantas memberi jarak antara dirinya dan juga Leon. Ras

Bab terbaru

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Akhir Yang Indah

    Bab TerakhirSera akhirnya tidak protes lagi, dan membiarkan Leon tidur sambil memeluk tubuhnya. Meskipun, dia tidak mengetahui alasan pria itu tiba-tiba melakukan itu padanya.'Aneh banget. Dia pasti lagi mabuk. Tapi, kok gak bau alkohol ya? Dia kenapa sih, tiba-tiba kayak gini.' Sera membatin dalam hati kecilnya. Leon tampak tertidur sangat pulas saat memeluk Sera. Entah mengapa ada rasa nyaman yang mengalir dalam dirinya sehingga dia tidak merasakan gelisah lagi, meski dirinya sedang tertidur.'Aku ingin memilikimu seutuhnya.' Leon berucap sebelum akhirnya pria itu benar-benar terlena dalam tidur lelapnya. Keesokan paginya, Sera terbangun lebih dahulu dan berusaha melepaskan tangan Leon yang masih melingkar di tubuhnya. Hampir semalaman rupanya mereka tidur dalam posisi berpelukan meskipun posisi tubuh Sera membelakangi Leon."Hufh … untung dia masih nyenyak tidurnya. Lebih baik aku siap-siap ngampus aja deh," gumam Sera memutuskan.Wanita itu turun dari ranjang dan melangkah per

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Belenggu Yang Terlepas

    "Aku akan coba hidup dengan layak, Tante. Terima kasih." Sera terisak, lalu Danira langsung memeluk erat Sera.Dia sungguh tulus saat mengucapkan harapan agar Sera bisa bahagia. Tidak ada lagi amarah, maupun kebencian di dalam hati Danira."Ingatlah, Sera. Apa yang sudah terjadi di masa lalu, jangan pernah kamu ingat lagi. Kamu harus melanjutkan hidup, dan kamu sangat layak untuk bahagia. Bayi ini … harus memiliki masa depan yang sangat baik." Danira bahkan mengelus perut Sera yang terasa membuncit. Ia paham sekali jika bayi yang dikandung Sera adalah cucu kandungnya. "Tante akan tetap menganggap bayi ini sebagai cucu Tante, Sera. Nggak apa-apa, kan?" pinta Danira."Iya, gak apa-apa, Tante. Aku gak keberatan sama sekali." Sera menyahut dengan tatapan harunya.Bagai ada bongkahan batu besar yang terangkat dari dadanya. Beban di sana seolah perlahan sirna. Sera tak pernah menyesal datang ke rumah duka ini, karena keberaniannya itu akhirnya membuahkan hal yang manis. Brian akhirnya dik

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Perubahan Sikap

    Leon tersenyum tipis saat membaca pesan dari Lydia. Ia lantas mengetik pesan balasan untuk sahabat istrinya itu.[Baiklah. Terima kasih sudah memberitahu saya.]Saat ini, beberapa pelayan Leon memang tengah diinterogasi oleh pria itu karena mereka tidak menyadari kalau Sera meninggalkan mansion beberapa waktu yang lalu."Kalian boleh bubar sekarang." Leon berucap datar. Ia rasa tak perlu lagi mengumpulkan mereka semua di sini karena dirinya sudah mengetahui keberadaan Sera. Leon melangkahkan kakinya kembali ke kamar dan memilih untuk beristirahat karena dia sudah tidak cemas lagi. Leon mengetahui Sera tidak ada di kamarnya saat dia hendak meminta maaf karena sudah berdebat seperti tadi dengan Sera. "Sebenarnya aku ini kenapa? Kenapa aku harus mencemaskannya?" gumam Leon dengan perasaan gamang yang menyelimuti hati.Keesokan paginya, Sera sudah bangun sejak jam 6 pagi dan dia sudah bersiap mengenakan pakaian berkabungnya untuk datang ke rumah duka. Lydia pun demikian, mau tak mau dem

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Pergi Tanpa Pamit

    Leon mendengus kesal. Pria itu sangat tidak suka dituduh seperti apa yang sedang dilakukan oleh Sera saat ini. Akan tetapi, Leon pun dilema karena tak bisa benar-benar marah pada Sera."Sudahlah, saya gak mau bahas masalah ini lagi. Dan satu lagi, saya gak suka dituduh dengan hal yang gak pernah saya lakukan! Terserah, kamu mau percaya atau nggak!" ucap Leon setelahnya pria itu memutus pandangannya dan langsung berlalu begitu saja dari hadapan Sera tanpa mau memperpanjang perdebatan mereka. Sera masih mematung di tempatnya. Ia juga tak mengerti kenapa seemosional ini saat mendengar kabar duka dari Brian. Bagaimanapun juga, pria itu adalah ayah biologis dari janin yang tengah dikandungnya, dan Sera seperti merasakan kesedihan saat mendengar Brian sudah tiada. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Sera merasa malu dan menyesal telah menuduh Leon seperti seorang penjahat. "Padahal dia bilang kalau Brian bunuh diri. Kenapa aku malah menuduhnya dan jadi berdebat," gumam Sera li

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Tuduhan Tak Masuk Akal

    Tubuh wanita itu ambruk ke lantai. Ia seperti tak bertulang. Kabar kematian Brian sangat mendadak dan membuatnya amat sangat terpukul.Beliau bahkan belum mematikan sambungan telepon saking terkejutnya dan tidak begitu mendengarkan ucapan sang petugas yang membawa kabar duka itu."Bagaimana mungkin? Bagaimana anakku bisa meninggal. Tadi … tadi, beberapa jam yang lalu dia masih sehat dan menikmati makanan yang kubawa. Apa yang terjadi." Danira meraung-raung tanpa henti.Perasaannya bercampur aduk kini. Dia sungguh tak bisa berkata-kata lagi saking paniknya."Aku harus mengabari Hans!" ucapnya setelah kewarasannya kembali. Danira meraih ponselnya lalu segera mencari kontak sang suami untuk mengabari kematian Brian.Tetapi, Hans yang sedang menghadiri rapat penting membuatnya sama sekali tidak menerima panggilan dari Danira."Sial! Ke mana si tua bangka ini! Giliran ada hal urgent begini dia malah gak angkat telepon!" makinya saat sepuluh kali panggilannya tak juga diterima oleh Hans.Da

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Kabar Duka

    Zacky datang tepat waktu. Pria dengan naluri bodyguardnya itu jelas tak bisa diremehkan. Saat ia melihat ketiga wanita itu mengikuti Sera, Zacky langsung saja mengikuti mereka dan benar saja. Ketiga perempuan itu hendak melakukan sesuatu pada Sera."Siapa kamu, hah! Lepasin nggak!" pekik Putri tak terima saat tangan halusnya tertahan oleh tangan kekar nan kasar milik Zacky."Jangan pernah menyentuh sehelai rambut Nona Sera!" seru Zacky seraya menghempaskan tangan Putri.Perempuan itu sempat terhuyung bahkan meringis kesakitan padahal Zacky tak menggunakan seluruh kekuatannya."Sialan! Kamu bodyguardnya, hah! Dasar perempuan pengecut, licik!" maki Putri sambil menyorot tajam ke arah Sera."Memang benar dia bodyguardku! Sayangnya, kamu perempuan! Jadi, dia gak akan memukulmu!" Sera tak mau kalah dengan tatapan mengintimidasi dari Putri. Keduanya tampak saling beradu tatapan tajam. "Kurang ajar! Dasar wanita murahan, kamu memang pantas punya jodoh om-om tua yang jelek! Jangan pernah gan

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Dilabrak

    Danira membuang napasnya kasar. Wanita itu menatap tajam sang suami yang telah tega menamparnya."Apa pun akan kulakukan untuk menemukan mereka," ucap Hans yakin."Lalu gimana dengan nasibku dan Brian, Mas?" Danira bertanya menimpali. Bagaimanapun, Danira bukanlah apa-apa jika tanpa kehadiran Hans. "Apa kamu gak mengerti juga! Untuk apa aku mempertahankan sebuah aib dalam keluargaku. Kalian akan kucoret dari kartu keluargaku! Mengerti!" Hans membalas tatapan tajam Danira. Wanita itu terkesiap dan tidak menyangka jika Hans akan secepat itu mendepaknya."Ck, aku gak yakin merek masih hidup!" sinis Danira sengaja memancing kemarahan Hans. Tujuan lainnya adalah agar Hans berpikir kalau mungkin saja istri pertama dan putranya sudah meninggal."Jaga mulutmu, Danira. Mereka gak mungkin—""Gak ada hal yang gak mungkin di dunia ini, Mas. Lagipula, apa kamu lupa sudah berapa tahun lamanya kamu membuang dan mencampakkan mereka tanpa sepeser harta pun. Istrimu waktu itu sakit-sakitan, dan putram

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Hans Menyesal

    "Hari ini kamu boleh pulang," ucap Leon pada Sera. "Benarkah?" "Apa aku pernah bohong dan gak serius?" Leon malah balik bertanya.Sera menggeleng samar, lalu ia pun mulai bergerak untuk membereskan barang-barangnya."Kamu sudah baik-baik saja, kan? Gak ada yang terasa sakit lagi?" tanya Leon. "Gak ada, Leon. Aku sudah baik-baik saja," ucap Sera seadanya. Wanita itu bahkan tidak menatap mata Leon saat berbicara dengannya. Entah apalagi yang akan terjadi ke depannya, setelah Leon sudah jelas mengibarkan bendera perang dengan Brian dan keluarganya. Sera bahkan tak punya keberanian untuk membahas rencana mereka selanjutnya. "Sudah siap?" Leon bertanya lagi ketika melihat Sera sudah selesai membereskan semua barangnya."Iya, sudah selesai." "Baiklah, ayo kita pulang." Leon menggandeng tangan Sera. Wanita itu sempat menatap bingung uluran tangan Leon yang sangat mendadak itu."Orang-orang di rumah sakit ini tahu kalau kita pasangan suami istri. Akan aneh kalau mereka lihat kita gak ga

  • Jerat Cinta CEO Posesif   Dinding Pembatas

    "Mungkin iya, tapi mungkin juga anda ingat siapa saya." Leon menatap wanita yang paling dibencinya dengan tatapan tajam."Katakan, siapa kamu!" ucap Nyonya Danira lagi terdengar memaksa."Coba Anda ingat-ingat siapa saya." Leon sama sekali tak gentar untuk memprovokasi Nyonya Danira."Heh, jangan macam-macam ya sama saya! Saya gak punya waktu buat ngeladenin orang gak jelas kayak kamu! Cepat katakan aja siapa kamu sebenarnya!" ucap Nyonya Danira terdengar sangat arogan."Sayang sekali, tapi saya hanya berharap anda akan mengingat saya! Permisi!" ucap Leon dengan senyum remeh menghiasi wajahnya."Hei, tunggu! Katakan kamu siapa! Dan saya peringatkan supaya kamu jangan main-main dengan saya! Hei!" teriak Nyonya Danira yang masih penasaran dengan sosok pria tadi yang terlibat masalah dengan Brian.Leon terus melanjutkan langkahnya dan tidak memedulikan teriakan Nyonya Danira yang terus memanggil namanya. Ia mengayun langkahnya menuju ke mobil, dan langsung melajukannya menuju ke rumah sa

DMCA.com Protection Status