Share

Bab 7

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Dodi menunjukkan ekspresi seakan dia yakin akan mendapatkan Nova untuk malam ini. Dia menduduki jabatan yang cukup tinggi, dan karena jabatan inilah dia sudah mencicipi entah berapa banyak wanita. Awalnya para wanita itu memang menolak, tapi seiring berjalannya waktu, malah mereka sendiri yang berinisiatif mendatangi Dodi.

Sisca juga sama-sama ingin masalah ini cepat terselesaikan, karena jika semuanya sudah beres dan Dodi merasa puas, dia juga yang akan mendapatkan keuntungan.

“Nov, aku tahu selama ini hidup kamu cukup menderita, tapi sekarang kamu sudah cantik, makanya kamu harus bisa manfaatin kecantikan kamu itu. Masa muda cewek itu cuma sebentar. Sayang banget kalau sampai kelewatan,” kata Sisca.

“Nggak, aku sudah punya suami,” bantah Nova.

“Jangan ngelunjak kamu, Nova. Sudah bagus Pak Dodi mau bantuin kamu. Harusnya kamu merasa terhormat. Kalau sampai Pak Dodi merasa tersinggung, jangan harap kamu bisa kerja sama dengan Arthur Group.”

“Chan ….”

Chandra sedikit pun tidak menghiraukan mereka berdua dan langsung menunjuk ke pintu masuk sambil berkata, “Ayo, yang mau kita temui itu presiden direktur di sini, bukan manajer. Dia itu cuma manajer biasa, nggak perlu dimasukkin ke hati.”

“Heh, siapa kamu?” tanya Dodi.

“Minggir.”

Chandra hanya menjawab Dodi dengan satu kata. Mau bagaimanapun juga, Chandra adalah seorang Jenderal Naga. Orang seperti Dodi bahkan tidak pantas untuk berbicara dengannya.

Sementara itu Ihsan sudah dari pagi menunggu kedatangan Nova di lantai paling atas, tempat di mana ruang kantor presiden direktur berada. Mungkin karena gelisah Nova tak kunjung datang setelah ditunggu cukup lama, da pun turun ke lantai dasar untuk menanyakannya kepada resepsionis, tapi sayangnya tidak ada yang namanya Nova datang mencarinya. Akhirnya dia pun jadi semakin panik, karena Nova ini adalah istrinya Jenderal Naga. Jangankan dia, bahkan seisi keluarga Pamungkas yang ada di Diwangsa bisa habis.

Jadinya dia memutuskan untuk menunggu di pintu masuk, dan di sana dia melihat Dodi sedang berbicara dengan dua orang lainnya. Tubuh Ihsan langsung gemetar ketika menyadari salah satu dari dua orang itu adalah Chandra. Dia pun segera mengelap keringat yang menetes di wajahnya dan langsung menghampiri mereka.

“Jen ….”

Namun sebelum Ihsan menyapanya, Chandra sudah memberikan tatapan yang tajam kepadanya, yang membuat Ihsan langsung paham apa maksudnya.

“Nova, itu dia Pak Ihsan. Cepat kejar dia. Bisa atau nggak aku tetap jadi keluarga Kurniawan semua tergantung kamu.”

Nova menoleh ke arah Chandra menunjuk, dan benar saja, di situ dia melihat seorang pria berkepala botak yang tidak lain adalah Ihsan.

“Hahaha, ngawur saja. Pak Ihsan kan masih ada di kantornya,” kata Sisca.

“Nova, ingat apa yang aku bilang. Kalau nggak mau ke hotel, jangan harap bisa kerja sama dengan Arthur Group,” timpal Dodi.

“Ngapain kalian? Kenapa nggak kerja?” tanya Ihsan.

Baik Sisca maupun Dodi langsung berbalik ketika mendengar suara itu, dan raut wajah mereka langsung berubah ketika menyadari Ihsan sudah ada di belakang mereka.

“Pa-Pak Ihsan, selamat pagi.”

Dodi langsung panik karena dia pasti akan dipecat kalau sampai Ihsan mendengar apa yang tadi dia katakan kepada Nova. Saat ini dia hanya bisa berdoa Ihsan tidak mendengar semua itu.

“Ada apa ini?” tanya Ihsan.

“H-halo, Pak Ihsan. Saya Nova Kurniawan dari Yorda Group. Hari ini saya mewakili Yorda Group untuk mengajukan kerja sama dengan perusahaan Bapak.”

Rivera juga dikenal sebagai Kota Obat. Kota ini ada banyak sekali perusahaan yang menekuni bidang pengolahan obat, dan mereka semua bergantung kepada perusahaan besar untuk bertahan hidup. Skala perusahaan Yorda Group memang tidak besar, dan mereka masih jauh dari kata layak untuk menjalin kerja sama dengan Arthur Group.

“Aku tanya kenapa kalian berdua ada di sini,” kata Ihsan seraya menatap Dodi dan Sisca.

Chandra yang dari tadi diam saja akhirnya buka suara, “Istriku datang untuk ngomongin soal kerja sama, tapi si manajer ini malah menyalahgunakan jabatannya dan nggak mau kasih kesempatan buat Yorda Group buat kerja sama. Aku rasa sebagai perusahaan besar, Arthur Group seharusnya bisa bertindak adil soal ini.”

“Ya, benar juga. Kayaknya ada internal perusahaan memang ada yang nggak beres. Kamu namanya Dodi, ‘kan? Pergi ke bagian keuangan sekarang juga untuk hitung gaji, habis itu pergi dari sini,” kata Ihsan.

“Eh? Pa-Pak Ihsan jangan mau dengar omong kosong anak ini. Yorda Group itu cuma perusahaan kecil, mereka nggak layak kerja sama dengan kita. Orderan dari Arthur Group cuma dikasih ke perusahaan yang memang mampu. Justru mereka yang resek, makanya saya sengaja mempersulit mereka. Pak Ihsan, saya begini juga demi kebaikan perusahaan.”

“Perlu aku kasih tahu dua kali? Kamu juga, cepat beresin barang-barang kamu dan pergi dari sini,” tutur Ihsan sambil menunjuk Sisca. Lalu dia kembali melayani Nova dan berkata, “Bu Nova dari Yorda Group, ya? Yuk, kita ke kantor saya saja, biar saya yang urus langsung.”

Nova masih kebingungan dengan sikap Ihsan sampai dia termangu. Sejak kapan presiden direktur Arthur Group jadi begitu mudah untuk diajak bicara?

“Kenapa diam saja? Ini kesempatan yang langka, lho. Aku bisa bertahan di keluarga kamu atau nggak, semuanya tergantung kamu,” kata Chandra.

“O-oh, oke, Pak Ihsan, nggak masalah,” sahut Nova.

Walau Nova banyak belajar dari buku-buku bisnis, ini pertama kalinya dia terjun langsung ke lapangan, dan orang yang dia hadapi untuk pertama kali ini adalah presiden direktur Arthur Group.

“Sa-sayang, aku takut gagal,” kata Nova panik.

“Pak Ihsan sendiri yang ngundang kamu, jadi kenapa harus takut. Gih, aku tunggu di mobil.”

“Silakan, Bu Nova,” ujar Ihsan seraya membungkukkan tubuhnya.

Arthur Group adalah sebuah perusahaan besar, jadi sudah tidak aneh jika setiap hari ada banyak wartawan yang bersiaga di luar gedung, dan adegan yang terjadi tadi pun berhasil diabadikan oleh kamera mereka. Atas ajakan langsung dari Ihsan, Nova pun masuk lagi ke dalam sedangkan Chandra kembali ke mobilnya.

Chandra menyalakan sebatang rokok dan memberikan satu batang juga untuk Paul.

“Jenderal, apa perlu sampai segitunya? Sebenarnya Jenderal cukup bilang saja, aku yakin keluarga Pamungkas pasti bakal langsung kasih semuanya.”

“Buat apa? Buat aku kasih ke Nova nanti? Belum tentu juga dia suka, jadi aku cukup berdiri di belakang saja, biar dia kerjain apa yang dia suka. Kalau memang dia suka, aku pasti bakal dukung sepenuhnya. Dan aku juga sudah bilang berkali-kali, di sini nggak ada yang namanya Jenderal Naga, adanya cuma Chandra Atmaja.”

“Siap, Kak Chandra. Maaf aku sudah kebiasaan, jadi susah diubah.”

Sementara itu di lantai paling atas, Ihsan sendiri yang menyajikan teh untuk Nova.

“Eh, Pak Ihsan, nggak apa-apa. Biar saya sendiri saja.”

“Nggak apa-apa. Bu Nova duduk saja. Nggak perlu tegang begitu, anggap saja rumah sendiri.”

“Tapi, Pak Ihsan, saya ke sini untuk ngomongin soal bisnis ….”

“Iya, saya tahu. Minum saja dulu tehnya, saya sudah minta sekretaris untuk siapin surat perjanjiannya. Oh ya, 200 miliar cukup? Kalau masih kurang, saya bisa tambahin lagi.”

“Eh?”

“Masih nggak cukup? Kalau begitu saya tambahin lagi, deh. Gimana kalau satu triliun?”

“Cukup, cukup, 200 miliar saja sudah cukup,” kata Nova.

Satu triliun? Yang benar saja. Dengan jumlah transaksi sebesar satu triliun, jika pembagian yang diterima sekitar 20%, berarti keuntungan bersih yang diterima oleh Yorda Group sebesar 200 miliar. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh keluarga Kurniawan saat ini, pesanan sebanyak itu masih jauh di luar kapasitas mereka. Bisa-bisa keluarga Kurniawan dibuat kerepotan setengah mati dengan pesanan sebanyak itu.

Efisiensi kerja Ihsan memang luar biasa, hanya dalam hitungan menit saja, sekretarisnya sudah datang membawakan surat perjanjian. Nova yang masih dilanda kebingungan pun hanya menandatangani saja surat itu.

Sebelum pergi, tidak lupa Ihsan juga menyerahkan kartu namanya dan berkata, “Bu Nova, ini kartu namaku. Kalau ada apa-apa, nggak usah ragu untuk hubungi saya.”

Dari awal sampai akhir, tidak sekali pun Ihsan menyebut nama Chandra. Dia tahu siapa identitas Chandra yang sebenarnya, tapi Nova tampaknya tidak tahu. Sebagai presiden direktur perusahaan sebesar ini, sudah pasti Ihsan memiliki keahlian untuk mengamati karakter seseorang, dan dia tahu kalau Chandra tidak ingin identitasnya diketahui.

Nova pun keluar dari gedung itu sambil membawa surat perjanjian di tangannya. Semua ini masih terasa seperti ilusi baginya karena semuanya berjalan terlalu lancar. Dia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun dalam sepanjang proses negosiasi, tapi Ihsan dengan semudah itu menyetujui proposalnya.

Sesampainya di mobil, Nova pun menceritakan apa yang dia alami kepada Chandra.

“Say, kayaknya Pak Ihsan itu memang mau ngedekatin aku, deh. Masa dia langsung setuju untuk kasih aku orderan senilai 200 miliar, padahal aku belum ngomong apa-apa. Dia bahkan mau kasih kau satu triliun, tapi aku langsung nolak.”

“Kamu pasti dulu pernah ketemu sama dia.”

“Nggak, kok. Selama ini aku kan hampir nggak ada teman. Say, apa jangan-jangan dia begitu karena kamu?”

Bab terkait

  • Jenderal Naga    Bab 8

    Dodi menunjukkan ekspresi seakan dia yakin akan mendapatkan Nova untuk malam ini. Dia menduduki jabatan yang cukup tinggi, dan karena jabatan inilah dia sudah mencicipi entah berapa banyak wanita. Awalnya para wanita itu memang menolak, tapi seiring berjalannya waktu, malah mereka sendiri yang berinisiatif mendatangi Dodi. “Karena aku apanya? Aku ini kan cuma anak yatim piatu. Mana mungkin aku bisa kenal sama orang kayak Ihsan,” bantah Chandra. “Cih, nggak usah pura-pura. Rumah kamu yang di Imperial Residences itu gimana?” “Aku mana sanggup tinggal di sana. Imperial Residences itu punya temanku yang dulu sama-sama di panti asuhan. Sekarang dia lagi di luar negeri, dan karena aku nggak punya tempat tinggal, dia kasih aku tinggal di sana, hitung-hitung bisa sekalian jaga rumah.” “Serius?” tanya Nova ragu. “Iyalah. Kenapa? Kalau tempat itu bukan punyaku, kamu mau cerai?” “Bukan begitu! Kamu sudah nyembuhin aku dan aku jadi terlahir kembali, makanya aku mau menikah sama kamu. Kamu mi

  • Jenderal Naga    Bab 9

    Dia adalah adik perempuannya Leon Kurniawan, Linda Kurniawan, putri dari Hardi Kurniawan, yang merupakan putra tertua dari Toni Kurniawan.Begitu memasuki ruangan, dia melihat Nova dan Chandra. Dia memperhatikan mereka, kemudian mendatangi Toni, mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan sebuah berita kepada pria itu.Toni tercengang saat melihat berita bahwa Ihsan membungkuk dan meminta Nova untuk masuk Arthur Group.Padahal, Ihsan ini adalah direktur utama Arthur Group.Di Rivera, empat keluarga terkaya saja sangat menghormati Ihsan.Dia dengan cepat mengambil kontrak pesanan di atas meja. Ketika melihat bahwa kontrak itu benar-benar bernilai 200 miliar, dia langsung tertawa terbahak-bahak, “Hahaha. Nova, bagus sekali. Seperti yang diharapkan dari anggota keluarga Kurniawan. Setelah mendapatkan pesanan bernilai 200 miliar dari Arthur Group, Yorda Group-ku akhirnya bisa membusungkan dada di Rivera.”“Kakek, bagaimana dengan Chandra?”“Apa? Putra dari dari keluarga Sinaga datang?” Dari l

  • Jenderal Naga    Bab 10

    David langsung terduduk di lantai.Arthur Group membatalkan kerja sama dengan Almaris Group.Bagaimana itu bisa terjadi?Apa Nova benar-benar menelepon direktur utama Arthur Group tadi?Melihat sikap David, Chandra langsung tahu, pria itu pasti sudah mendapat kabar bahwa Arthur Group membatalkan kerja sama dengan Almaris Group.Di kantor presdir Almaris Group. Bambang Sinaga sedang berteriak memarahi David, karena dia mendapat kabar dari Arthur Group bahwa direktur utama mereka yang memerintahkannya sendiri dan mengatakan kalau David telah menyinggung perasaan seseorang yang seharusnya tidak tersinggung.“Pak Bambang, gawat. Arthur Group bilang adalah masalah kualitas pada bahan obat yang kita produksi. Mereka telah mengajukan gugatan terhadap perusahaan kita dan meminta kita untuk membayar ganti rugi sebesar enam triliun!”“Pak, gawat. Ada pesan dari bank yang meminta kita segera melunasi pinjaman!”“Pak, gawat. Pabrik kita telah ditutup oleh pihak berwenang karena masalah kualitas!”

  • Jenderal Naga    Bab 11

    “Lukisan Gunung Merabu …,” gumam Chandra pelan.Lukisan itu adalah lukisan pusaka milik keluarga Atmaja.Sebelum meninggal, kakeknya pernah memberitahunya bahwa keluarga Atmaja boleh hancur, tapi lukisan ini tidak boleh hilang.Chandra tidak pernah melupakan hal ini selama sepuluh tahun ini.“Paul, bersiaplah. Kita bergerak di malam hari.”“Oke.” Paul mengangguk.“Oke, kamu pergi dulu. Istriku akan segera pulang kerja. Dia nggak berharap aku berurusan dengan orang yang nggak jelas. Kamu nggak kelihatan seperti orang baik. Kalau istriku melihatmu, aku akan dimarahi lagi.”Ekspresi Paul menegang. Kulitnya hanya sedikit hitam. Kenapa dia jadi dianggap orang yang tidak jelas dan orang yang tidak baik?“Kok masih bengong? Cepat pergi.” Chandra menendang pria itu.Paul pun berbalik badan dan pergi.Chandra melihat jam. Sudah waktu pulang kerja. Nova akan segera keluar.Dia pun mendorong motor listrik yang ada di sebelahnya dan berjalan menuju kantor Yorda Group. Sebelum dia sampai ke sana, d

  • Jenderal Naga    Bab 12

    Chandra tampak tak berdaya.Nova berkata, “Ambilkan gaun di dalam lemariku. Ada perjamuan penting mala mini.”Chandra bangkit dan berjalan menuju lemari, membuka pintu lemari dan bertanya, “Sayang, yang mana?”“Yang putih, dengan belahan V di leher.”“Nggak boleh pakai gaun ini. Kamu nggak boleh pakai yang terlalu terbuka seperti ini di luar. Gaun yang ini bagus.” Chandra mengambil sebuah gaun hitam berleher tinggi dan menyerahkannya pada Nova, lalu bertanya, “Ngomong-ngomong, perjamuan apa?”Nova berkata, “Hindi Sinaga mengadakan acara lelang. Ada banyak barang bagus yang dilelangkan. Tamu yang hadir juga orang-orang penting. Aku juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperluas koneksiku.”Chandra sedikit kaget mendengarnya, tapi tidak mengatakan apa-apa dan malah bertanya, “Apa perlu aku mengantarmu pakai motor?”“Aku naik taksi saja.”“Oh, oke.”Setelah berganti pakaian, Nova pun pergi.Di vila kediaman keluarga Sinaga.Ini adalah satu-satunya vila yang tersisa milik keluarga

  • Jenderal Naga    Bab 13

    Puluhan mobil jip melaju menuju vila keluarga Kurniawan. Tentara-tentara bersenjata lengkap menyerbu rumah mereka.Anggota keluarga Kurniawan lainnya langsung panik. Toni yang sudah tidur, terbangun dengan masih mengenakan piyamanya. Ketika melihat puluhan tentara berada di sana, wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Dia buru-buru bertanya, “Ada apa?”“Bawa pergi.”Setelah perintah itu, Toni ditahan oleh dua tentara dan dibawa pergi dengan paksa.Anggota keluarga Kurniawan lainnya yang sudah tidur juga dibawa paksa.Sementara itu, di rumah Nova.Boni dan Yani sudah tidur.“Bruk!” Pintunya didobrak sampai terbuka. Kemudian, sekelompok orang masuk dan membawa mereka pergi dengan paksa.Di lantai atas Rivera Hotel, di sebuah ruang rahasia.Nova diikat, dan setelah beberapa saat, anggota keluarga Kurniawan lainnya juga dibawa ke sana. Kakeknya ayahnya, paman pertamanya Om Hardi, paman keduanya Om Jaka, dan puluhan orang dari keluarga Kurniawan semuanya dibawa ke sana. Semuanya diikat.M

  • Jenderal Naga    Bab 14

    Ada dua luka berdarah di wajah Nova yang cantik. Darahnya menetes ke pipi dan menodai lehernya.Penglihatannya kabur, karena air mata terus menetes.Air matanya mengalir dan bercampur dengan darah di wajahnya.Dia sudah putus asa.Dia merasa tidak berdaya menghadapi Radika, komandan dari keluarga Sinaga itu.Dia benci!Dia benci pada dirinya yang dulu. Mengapa dia harus menerobos masuk ketika mendengar ada teriakan minta tolong di tengah kebakaran itu!Hanya karena dia menolong satu orang, dia terluka bakar dan harus hidup menderita selama sepuluh tahun!Setelah menderita luka bakar itu, dia menjadi bahan olokan dan tertawaan teman-temannya!Teman-teman yang dulu berteman baik dengannya juga ikut mengabaikannya!Teman-teman di kelas kalau melihatnya seperti melihat orang berpenyakit, menjauh darinya!Dia tidak disukai oleh keluarganya, dan bahkan orang tuanya sendiri memandangnya dengan rendah!Setelah lukanya sembuh total, dia merasa penderitaannya selama sepuluh tahun terakhir tidak

  • Jenderal Naga    Bab 15

    “Orang itu adalah aku.”Satu kalimat pendek, tapi kalimat itu menggelegar di telinga semua orang yang ada di sana bagaikan petir, membuat pikiran mereka kosong, membuat mereka bingung.Bahkan, Radika yang berada di panggung juga tertegun sejenak.Dia adalah wakil komandan di perbatasan barat yang telah mengalami banyak pertempuran, tetapi dia juga dibuat terpana oleh teriakan Chandra.Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi saat itu. Ketika dia sadar, dia melihat seorang pria berjalan masuk.Orang itu mengenakan topeng hitam di wajahnya dan aura dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Aura dingin itu seolah menurunkan suhu ruangan itu.“Dia?”“Pria bertopeng itu yang membunuh Ahmad Sinaga!”Orang-orang di ruangan itu mulai menyadarinya. Wajah mereka pucat karena ketakutan ketika melihat Chandra berjalan mendekat.Setengah bulan yang lalu, tangan Denis Sinaga dipatahkan dan kepala Ahmad Sinaga dipotong. Pemandangan tubuh Ahmad yang terbaring dalam genangan darah muncul di benak semua o

Bab terbaru

  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

  • Jenderal Naga    Bab 1894

    Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.

  • Jenderal Naga    Bab 1893

    Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete

  • Jenderal Naga    Bab 1892

    Chandra membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan ringan. Raja Januar pernah mengatakan bahwa orang yang memiliki Akar Dewa Murni akan memiliki kepekaan terhadap energi alam yang jauh lebih tinggi daripada orang biasa.“Ah, aku tidak bisa merasakannya,” jawab Maggie. Maggie tampak sedikit terkejut, tidak memahami mengapa Chandra menanyakan hal itu.“Tidak bisa merasakannya?” Chandra tertegun tak menyangka. Maggie adalah orang yang cerdas dengan bakat luar biasa dalam seni bela diri. Jika orang sepertinya bukan pemilik Akar Dewa Murni, lalu siapa?“Kamu sudah pernah mengonsumsi Naga Yu?” tanya Chandra lagi.Maggie menggeleng. “Naga Yu itu hanya ada beberapa, aku tidak seberuntung itu. Aku hanya meminum Darah Naga.”“Setelah meminum Darah Naga, apa tubuhmu mengalami sesuatu yang aneh?”Mendengar pertanyaan itu, Maggie menampakkan raut wajah serius yang jarang terlihat. Ia mengangguk perlahan dan berkata, “Memang ada. Kadang-kadang, aku merasa sangat agresif, ada dorongan kuat dalam hat

  • Jenderal Naga    Bab 1891

    Raja Januar berbicara kepada Chandra tentang Akar Dewa Murni. Mereka yang memiliki kekuatan ini mampu mempelajari apa pun dengan sangat cepat. Mereka adalah orang-orang yang terlahir untuk menghadapi bencana besar.“Bencana … apa itu sebenarnya?” pikir Chandra.Menurut dugaan Raja Januar, bencana itu adalah ketika segel-segel kuno terbuka, membawa malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia di bumi. Namun, leluhur bumi sudah merencanakan cara untuk melawan bencana ini: memanfaatkan Empat Hewan Keberuntungan. Manusia bumi akan memburu Hewan-Hewan Keberuntungan itu, mendapatkan darahnya, dan memperpanjang umur mereka agar siap menghadapi bencana tersebut.Namun, musuh sudah menduga rencana leluhur bumi ini dan diam-diam merusak kekuatan Empat Hewan Keberuntungan.“Semua ini hanya dugaanku dari informasi yang ditinggalkan Kaisar Pertama di makamnya,” Raja Januar menjelaskan, “entah benar atau tidak, kita butuh waktu untuk membuktikannya.”“Tapi, rasanya dugaanku ini tidak jauh dari ke

  • Jenderal Naga    Bab 1890

    Chandra menatap Xena sejenak dan berkata, “Ibu, aku akan menemui Kakek dulu.”“Pergilah,” jawab Xena lembut.Chandra kemudian bergegas meninggalkan ruangan bersama Jamal untuk menemui Raja Januar. Di dalam kamar Raja Januar, di atas meja, tampak sebuah benda aneh berbentuk gumpalan daging seukuran bola basket yang bersinar merah darah.Benda itu terlihat sedikit menakutkan tetapi memancarkan energi yang sangat kuat. Itulah Esensi Phoenix, inti kekuatan dari phoenix.Namun, semakin lama Raja Januar memandang Esensi Phoenix itu, semakin ia merasa ada sesuatu yang janggal. Di dalam esensi tersebut, tampaknya tersimpan kekuatan jahat yang tersembunyi. Saat pintu ruangan terbuka, Chandra dan Jamal pun masuk.“Ayah,” sapa Jamal.“Kakek,” ujar Chandra dengan hormat.Raja Januar tersadar dari lamunannya, lalu menunjuk kursi di samping dan berkata, “Duduklah.”Chandra dan Jamal duduk, sementara Raja Januar menyesap teh sejenak sebelum memulai pembicaraan. “Aku sudah dengar kabar soal kejadian d

  • Jenderal Naga    Bab 1889

    Raja Januar akhirnya kembali. Berdasarkan petunjuk yang ditinggalkan Kaisar Pertama, ia pergi ke Negara seberang, memburu dan mengalahkan seekor phoenix. Dari sana, ia berhasil mendapatkan Darah Phoenix dan Esensi Phoenix. Mendengar kabar itu, Chandra merasa sangat bersemangat karena Darah Phoenix juga memiliki khasiat membuat orang awet muda dan hidup abadi. Raja Januar dan Jamal sendiri bisa hidup selama serIbu tahun karena dulu mereka meminum Darah Phoenix yang ditinggalkan Kaisar Pertama di dalam makamnya.Chandra kemudian mengikuti Jamal menuju Gurun Selatan, tepatnya ke Gunung Langit, sebuah area yang sebenarnya adalah hutan lebat. Tempat ini juga termasuk dalam rencana Chandra; ia berencana mendirikan perguruan setelah pembangunan di Negara Naga selesai, untuk melatih manusia berbakat yang bisa membantu bertarung di hari kiamat.Di Gunung Langit, tepatnya di istana bawah tanah, Chandra berjalan mengikuti Jamal. "Xena belakangan ini sering sadar, sepertinya ingatannya mulai pul

  • Jenderal Naga    Bab 1888

    Namun, Maggie sebenarnya tidak tahu persis apa yang terjadi di Gunung Bushu. Peristiwa itu telah menimbulkan ketakutan di Someria. Di era internet ini, semua orang sudah mendengar bahwa Gunung Bushu memancarkan cahaya misterius. Pemerintah pun segera turun tangan, mengirim pasukan untuk menjaga Gunung Bushu dari luar sehingga tidak ada orang luar yang bisa masuk, dan tidak ada yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana.Hanya puluhan pendekar tangguh yang mengetahui kebenarannya. Kepada Maggie dan anggota Kelompok Gunung Langit, Chandra tidak menyembunyikan apa pun dan menceritakan seluruh peristiwa di Gunung Bushu.Maggie tampak serius setelah mendengarnya. “Apa Suku Mistik sekuat itu? Bahkan Pak Jamal dikalahkan hanya dengan satu serangan?”Chandra mengangguk. “Ya. Meskipun aku tidak tahu pasti seberapa kuat Dewi dari Suku Mistik, aku tahu kemampuan pamanku. Dia sudah mematahkan dua belenggu kekuatan, jadi dia sangat kuat. Dari situ, bisa dikatakan bahwa Dewi dari Suku

  • Jenderal Naga    Bab 1887

    Seberapa sulit melangkah ke Alam Mahasakti? Dari kenyataan bahwa Jamal, yang telah hidup selama ribuan tahun, hanya berhasil melepaskan dua dari tiga belenggu, maka sudah bisa melihat bahwa mencapai Alam Mahasakti hampir mustahil.Jamal menceritakan kepada Chandra bahwa dulu adalah masa yang sangat sulit untuk berlatih, seolah seperti mendaki ke langit. Namun, sekarang dunia sedang memasuki masa keemasan untuk berlatih. Begitu segel energi spiritual terbuka dan energinya kembali pulih, dunia akan memasuki era pelatihan massal. Bagi mereka yang beruntung mendapatkan ramuan atau buah spiritual berkualitas tinggi, kekuatan mereka akan meningkat berkali lipat. Apa yang dulu memerlukan ribuan tahun untuk dicapai, sekarang hanya membutuhkan sedikit keberuntungan.Di dalam pesawat, Chandra berbincang panjang lebar dengan Jamal. Tanpa terasa, mereka pun tiba di distrik militer Gurun Selatan.Sesampainya di sana, Jamal berpamitan, dan Chandra melanjutkan perjalanannya menuju pusat Kota Gurun S

DMCA.com Protection Status