Share

Bab 13

Author: Angin
Puluhan mobil jip melaju menuju vila keluarga Kurniawan. Tentara-tentara bersenjata lengkap menyerbu rumah mereka.

Anggota keluarga Kurniawan lainnya langsung panik. Toni yang sudah tidur, terbangun dengan masih mengenakan piyamanya. Ketika melihat puluhan tentara berada di sana, wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Dia buru-buru bertanya, “Ada apa?”

“Bawa pergi.”

Setelah perintah itu, Toni ditahan oleh dua tentara dan dibawa pergi dengan paksa.

Anggota keluarga Kurniawan lainnya yang sudah tidur juga dibawa paksa.

Sementara itu, di rumah Nova.

Boni dan Yani sudah tidur.

“Bruk!” Pintunya didobrak sampai terbuka. Kemudian, sekelompok orang masuk dan membawa mereka pergi dengan paksa.

Di lantai atas Rivera Hotel, di sebuah ruang rahasia.

Nova diikat, dan setelah beberapa saat, anggota keluarga Kurniawan lainnya juga dibawa ke sana. Kakeknya ayahnya, paman pertamanya Om Hardi, paman keduanya Om Jaka, dan puluhan orang dari keluarga Kurniawan semuanya dibawa ke sana. Semuanya diikat.

Mereka semua masih bingung dan tidak paham, tidak tahu mengapa mereka bisa bermasalah dengan keluarga Sinaga. Mereka tidak tahu mengapa mereka dibawa ke vila keluarga Sinaga. Semuanya tampak panik.

Radika sedang duduk di sebuah kursi, dengan sebatang rokok di mulutnya. Ada beberapa tentara bersenjata lengkap berdiri di belakangnya.

Dia berkata dengan acuh tak acuh, “Nova, apa kamu tahu mengapa aku mengikatmu?”

Nova tidak mengerti.

Dia tidak merusak lukisan itu, tapi bagaimana dia bisa terlihat seperti melakukannya di rekaman CCTV itu?

Toni, yang juga dalam keadaan diikat, memohon, “Pak Radika, keluarga kami nggak pernah mencari masalah dengan keluarga Sinaga. Leon dan David bahkan berhubungan baik. Untuk apa kamu menangkap kami sekeluarga? Kumohon padamu, lepaskan kami dan biarkan kami pergi. Kalau kami ada melakukan kesalahan, aku akan menebusnya nanti. Aku akan datang sendiri ke rumah keluarga Sinaga.”

Radika melambaikan tangannya dan menyela kata-kata Tony, “Nova merusak lukisan terkenal senilai 3,6 triliun di acara lelang tadi. Toni, aku hanya akan melepaskan dan membiarkanmu pulang. Kamu jual semua aset keluarga Kurniawan dan kumpulkan sampai 3,6 triliun. Bawa uangnya ke sini untuk menebus keluargamu. Aku baru akan melepaskan mereka setelah melihat uangnya. Tanpa uangnya, mereka akan mati.”

“Apa?”

“3,6 triliun?”

“Nova, apa yang terjadi?”

“Kenapa kamu merusak lukisan senilai 3,6 triliun?”

Anggota keluarga Kurniawan yang diikat ketakutan mendengar nilai itu. Mereka semua menyalahkan Nova. Semuanya memaki Nova, menyebutnya pembawa sial karena telah merepotkan keluarga Kurniawan.

Nova tidak tahu harus berkata apa.

Radika memerintah, “Lepaskan Toni.”

Sebelum merencanakan hal ini, dia sudah menyelidiki semua tentang keluarga Kurniawan. Seluruh harta anak cucu Keluarga Kurniawan jumlahnya sekitar 3 triliun. Nilai lukisan ini cukup untuk membuat keluarga Kurniawan bangkrut total.

Setelah dilepaskan, Toni mendatangi Nova dan menamparnya. Dia memaki dengan marah, “Anak nggak berguna, kamu pembawa bencana bagi keluarga Kurniawan!”

Wajah Nova memerah karena ditampar. Air matanya mengalir turun. Dia berteriak, “Kakek, bukan aku yang melakukannya. Beneran bukan aku.”

“Masih berani berdalih. Apa mungkin Pak Radika memfitnahmu?” Toni sangat marah dan menampar Nova lagi.

Setelah menampar Nova, Toni berlutut di tanah dan memohon, “Pak Radika, tolong berikan jalan keluar untuk keluarga Kurniawan.”

Radika berkata dingin, “Beri jalan keluar untuk keluarga Kurniawan? Siapa yang pernah memberi jalan keluar untuk keluarga Sinaga? Gara-gara telepon dari Nova itu, Ihsan Pamungkas dari Arthur Group menghancurkan keluargaku, membuat keluarga Sinaga bangkrut.”

Nova sadar dan berteriak, “Jadi, kamu menjebakku?”

“Iya.” Radika tidak membantah, “Memangnya kenapa kalau aku menjebakmu? Keluarga Kurniawan mau tidak mau harus mengeluarkan 3,6 triliun. Sebagai komandan di perbatasan barat, aku bisa membunuh semua anggota keluarga Kurniawan. Itu mudah bagiku.”

Toni terjatuh lemas di tanah, seperti kehilangan semangat hidup.

Saat ini, dia terlihat lebih tua dari biasanya. Dia berteriak, “Hancur sudah. Keluarga Kurniawan sudah hancur.”

“Keluarkan orang tua itu dari sini.”

“Baik.”

Dua tentara bersenjata datang dan menarik Toni yang sedang menangis di tanah dengan paksa.

Anggota keluarga Kurniawan yang lain sangat ketakutan.

Radika tidak main-main. Keluarga Kurniawan sudah hancur. Semuanya karena Nova.

“Nova, dasar kamu pembawa sial. Kamu yang menghancurkan keluarga Kurniawan!”

“Kenapa aku bisa punya anak sepertimu!”

“Nova, ini semua kesalahanmu. Kenapa jadi melibatkan seluruh keluarga kita?”

“Pak Radika, aku nggak ada hubungannya dengan Nova. Tolong biarkan aku pergi!”

“Huhu, aku nggak mau mati. Pak Radika, aku mohon padamu. Lepaskan aku. Hutang seharusnya dilunasi oleh orang yang mengutang. Semua ini salah Nova. Kamu balas dendam padanya saja. Bunuh dia. Lepaskan kami!”

Semuanya memohon belas kasihan.

Mereka tidak bisa apa-apa menghadapi kekuasaan Radika.

Nova rasanya ingin mati mendengar perkataan-perkataan itu dari keluarganya. Saking kesalnya, dia sampai pingsan.

Radika memberi isyarat dengan tangannya.

Saat itu juga, seseorang membawa baskom berisi air dan menyiramnya ke wajah Nova.

Nova yang sempat pingsan jadi terbangun kembali.

Radika bangkit, berjalan menghampirinya dengan sebuah belati di tangannya. Dia mengangkat dagu Nova dan belati itu pun didekatkan ke wajah mulus wanita itu.

Dia bertanya dengan nada dingin, “Nova, sepuluh tahun lalu, kamu menyelinap masuk ke rumah keluarga Atmaja ketika sedang kebakaran dan terluka bakar, tapi wajahmu cukup cantik sekarang. Siapa orang yang kamu selamatkan dari kebakaran sepuluh tahun lalu itu? Di mana dia sekarang?”

“Aku, aku nggak tahu.” Wajah Nova pucat dan tubuhnya gemetaran.

Radika mengayunkan belati di tangannya dengan ganas. Satu garis luka muncul di wajah Nova. Darah mengalir keluar dan separuh wajahnya langsung ternodai.

"Ah!" Nova berteriak kesakitan dan terus meronta, tetapi tangan dan kakinya diikat. Sekuat apa pun dia meronta, semuanya sia-sia.

Anggota keluarga Kurniawan lain yang diikat juga gemetar ketakutan. Beberapa yang lemah bahkan langsung pingsan.

“Katakan padaku. Siapa orang yang kamu selamatkan itu? Apa dia pernah datang mencarimu? Lalu, apa hubunganmu dengan Ihsan Pamungkas? Mengapa Ihsan begitu hormat padamu?”

“Aku nggak tahu. Aku benar-benar nggak tahu. Huhu. Aku nggak tahu apa-apa.” Nova menangis.

Radika mengayunkan belatinya lagi dan satu garis luka muncul di wajah Nova lagi.

Dia merasakan rasa sakit yang membakar di wajahnya. Dia bisa dengan jelas merasakan darah mengalir dari pipi ke lehernya.

Radika berteriak, “Siapa orang yang kamu selamatkan itu? Apa dia pernah mendatangimu?”

Nova tertegun mendengar teriakan pria itu. Dia benar-benar tidak tahu. Dia tidak tahu siapa yang dia selamatkan sepuluh tahun yang lalu. Dia menangis. Air mata mengalir di wajahnya.

“Huhu. Aku benar-benar nggak tahu. Aku nggak tahu kalau itu rumah keluarga Atmaja. Aku juga baru mengetahuinya setelahnya. Aku nggak tahu siapa yang aku selamatkan. Setelah menariknya keluar dari lautan api, aku melihat wajahnya sudah terbakar parah. Lalu, dia melompat ke sungai dan terbawa arus. Aku nggak tahu dia siapa. Dia nggak pernah datang mencariku. Pak Radika, apa yang kukatakan ini benar. Tolong lepaskan aku. Huhu ….”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Jabrik Muraybatu212
SITOLOL CHANDRA KO BEGO BGT.
goodnovel comment avatar
Prasetia Monoarfa
bemer bang wkwkwk ga jelas banget
goodnovel comment avatar
Tri Sutrisna
Kemana lu simpen si Chandra, Thor??? Kok BACOTAN KOSONG AJA LU KELUARIN DI CERITA BANGSATTTT INI?? Makin menyebalkan jalan ceeita bangsatmu ini!!! Nampak kali beetele tele mgulur2 cerita spy makin panjang jalan cerita, makin terkuras duit pembaca?? Cerita yg lugas cepat tp variatif jauh lebih baik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jenderal Naga   Bab 14

    Ada dua luka berdarah di wajah Nova yang cantik. Darahnya menetes ke pipi dan menodai lehernya.Penglihatannya kabur, karena air mata terus menetes.Air matanya mengalir dan bercampur dengan darah di wajahnya.Dia sudah putus asa.Dia merasa tidak berdaya menghadapi Radika, komandan dari keluarga Sinaga itu.Dia benci!Dia benci pada dirinya yang dulu. Mengapa dia harus menerobos masuk ketika mendengar ada teriakan minta tolong di tengah kebakaran itu!Hanya karena dia menolong satu orang, dia terluka bakar dan harus hidup menderita selama sepuluh tahun!Setelah menderita luka bakar itu, dia menjadi bahan olokan dan tertawaan teman-temannya!Teman-teman yang dulu berteman baik dengannya juga ikut mengabaikannya!Teman-teman di kelas kalau melihatnya seperti melihat orang berpenyakit, menjauh darinya!Dia tidak disukai oleh keluarganya, dan bahkan orang tuanya sendiri memandangnya dengan rendah!Setelah lukanya sembuh total, dia merasa penderitaannya selama sepuluh tahun terakhir tidak

  • Jenderal Naga   Bab 15

    “Orang itu adalah aku.”Satu kalimat pendek, tapi kalimat itu menggelegar di telinga semua orang yang ada di sana bagaikan petir, membuat pikiran mereka kosong, membuat mereka bingung.Bahkan, Radika yang berada di panggung juga tertegun sejenak.Dia adalah wakil komandan di perbatasan barat yang telah mengalami banyak pertempuran, tetapi dia juga dibuat terpana oleh teriakan Chandra.Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi saat itu. Ketika dia sadar, dia melihat seorang pria berjalan masuk.Orang itu mengenakan topeng hitam di wajahnya dan aura dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Aura dingin itu seolah menurunkan suhu ruangan itu.“Dia?”“Pria bertopeng itu yang membunuh Ahmad Sinaga!”Orang-orang di ruangan itu mulai menyadarinya. Wajah mereka pucat karena ketakutan ketika melihat Chandra berjalan mendekat.Setengah bulan yang lalu, tangan Denis Sinaga dipatahkan dan kepala Ahmad Sinaga dipotong. Pemandangan tubuh Ahmad yang terbaring dalam genangan darah muncul di benak semua o

  • Jenderal Naga   Bab 16

    Rivera adalah kota pusat kedokteran.Delapan puluh persen bahan obat tradisional di dunia dikirim dari sini.Ada grup farmasi dengan nilai pasar ratusan triliun, dan ada ratusan ribu pabrik pengolahan bahan obat, baik itu yang besar maupun yang kecil.Di sini, pasti ada klinik pengobatan tradisional di setiap jalan dan gang.Jalan Nantaboga adalah jalan yang paling “multicultural” di Rivera. Di sini adalah tempat berkumpulnya tiga agama dan sembilan aliran, ada yang menjual barang antik, ada KTV, bar, dan panti pijat.Ada sebuah klinik di Jalan Nantaboga ini.“Klinik Mortal.”Di sinilah tempat bawahan Chandra, Paul, menetap di Rivera.Chandra adalah Dokter Sakti. Paul telah mengikutinya selama bertahun-tahun dan tahu sedikit tentang kedokteran. Memeriksa orang yang masuk angin ataupun yang memar karena pukulan bukan hal yang sulit baginya.Saat ini di atas meja operasi, di Klinik Mortal.Chandra menatap Nova yang wajahnya berlumuran darah. Lutut wanita itu robek dan kotor karena debu.

  • Jenderal Naga   Bab 17

    Matahari terbit, menyinari bumi yang gelap gulita. Warga kota satu per satu bangun, mandi, dan memulai hari baru mereka.Pagi ini di ruangan direktur utama kantor Arthur Group.“Pak, sesuatu yang besar terjadi semalam.” Seorang wanita seksi dan cantik berdiri di samping Ihsan Pamungkas dan menjelaskan secara detail apa yang terjadi di acara lelang yang diadakan oleh keluarga Sinaga tadi malam.“Radika menangkap Nova dan keluarga Kurniawan?” Ihsan sedikit terkejut mendengarnya, lalu bertanya, “Apa Radika akhirnya mati?”“Benar, Pak. Dari informasi yang kami terima, Radika awalnya berencana untuk membalas dendam pada keluarga Kurniawan dulu, baru kemudian membalas dendam pada Arthur Group. Tapi, ketika dia menangkap Nova Kurniawan, pria bertopeng yang membunuh Ahmad Sinaga datang dan membunuhnya.”Ihsan melambaikan tangannya pelan, “Oke, kamu boleh pergi.”Setelah sekretarisnya pergi, Ihsan tersenyum kecil dan bergumam pada dirinya sendiri, “Berani sekali dia mengganggu Nova. Memang ngg

  • Jenderal Naga   Bab 18

    Chandra tidak mau ikut campur. Dia berkata, “Kirimkan aku sedikit uang. Aku mau beli sarapan untuk Nova.”Paul berkata, “Aku akan mentransfernya.”Chandra keluar dari klinik, pergi ke jalanan dan membeli bubuk untuk Nova.Ketika dia kembali, Nova sudah bangun.Wajah Nova masih terbungkus kain kasa. Dia berbaring di tempat tidur dan matanya kosong. Dia melamun sambil menatap langit-langit.Chandra berjalan mendekat, meletakkan sarapan yang dibelinya, dan memanggil Nova dengan lembut, “Sayang.”Nova tidak menanggapi.Chandra meraih tangannya, “Sudah, semuanya sudah berakhir.”Nova menoleh sedikit, menatap Chandra, kemudian mulai terisak pelan. Badannya sedikit gemetar dan ekspresinya panik, “Aku, aku sudah membuat Radika Sinaga tersinggung. Aku sudah hancur. Pergilah. Aku nggak ingin membuatmu terlibat.”Chandra menghibur, “Nggak apa-apa. Aku lihat berita hari ini, sepertinya dia dibunuh oleh seorang bertopeng hitam. Saat ini, polisi sedang mencari pembunuhnya.”Nova kaget mendengarnya.

  • Jenderal Naga   Bab 19

    “Pa,” panggil Nova, “Aku baik-baik saja.”“Boni, siapa yang datang?” Terdengar suara dari dalam rumah.Yani berjalan keluar. Ketika melihat Nova, raut mukanya langsung berubah masam. Dia berkata dengan dingin, “Anak pembawa sial. Untuk apa kamu pulang?”“Ma.”“Jangan panggil aku Mama. Aku nggak punya anak perempuan sepertimu.” Yani menatap Nova yang wajahnya dibalut oleh kain kasa dengan tidak senang.Gara-gara Nova, dia diikat dan sangat menderita waktu itu.Untung saja Radika Sinaga sudah mati. Kalau tidak, keluarga Kurniawan pasti akan celaka.Ketika kembali, Toni Kurniawan marah besar dan memerintahkan untuk mencabut status Nova sebagai direktur utama di Yorda Group, kemudian mengeluarkan Nova dari keluarga Kurniawan. Mereka juga mengumumkan kepada publik bahwa sejak saat itu, mereka tidak memiliki anggota keluarga yang bernama Nova lagi di keluarga Kurniawan.“Yani, kenapa kamu begitu?” Boni mengerutkan dahinya dan berkata, “Meskipun Papa mengeluarkan Nova dari keluarga Kurniawan,

  • Jenderal Naga   Bab 20

    “Cari Kakek. Benar, aku harus menemui Kakek!”Tiba-tiba, Nova seolah-olah melihat harapan terakhir untuk memperbaiki situasi ini. Dia menarik Chandra dan berkata sambil terisak, “Ayo pergi cari Kakek. Kakek sangat menyayangiku ketika aku masih kecil. Dia pasti nggak akan mengeluarkanku dari keluarga besar. Aku harus pergi memohonnya. Memohon pada Kakek!”Dia pun menarik Chandra pergi.Chandra sedih melihat wajah Nova yang matanya masih berkata-kaca. Dia menghibur, “Jangan khawatir. Aku akan membawamu ke rumah keluarga Kurniawan sekarang, untuk mencari Kakek.”“Iya. Ayo. Kita pergi ke sana sekarang.”Nova baru saja pulih dari trauma karena disiksa oleh Radika, dan sekarang dia malah dikeluarkan dari keluarga Kurniawan. Mentalnya sudah di ambang kehancuran. Dia dengan bodohnya berpikir bahwa jika dia pergi ke vila keluarga Kurniawan dan menemui Toni, dia akan bisa diterima kembali dalam keluarga besarnya.Namun, Toni adalah orang yang mengeluarkannya dari keluarga mereka.Chandra tak pun

  • Jenderal Naga   Bab 21

    Belum ada orang yang mengetahui identitas dari lelaki bertopeng di kematian Radika beberapa hari yang lalu. Tetapi Ilham tahu kalau lelaki bertopeng itu adalah Chandra yang merupakan Jenderal Naga, lelaki paling penting di Gurun Selatan.“Gimana kerja samanya Arthur dan Yorda?” tanya Chandra.“Pak Chandra, kerja samanya berjalan lancar.”“Hentikan kerja samanya dan bilang sama keluarga Kurniawan kalau Arthur Group hanya mau bekerja sama dengan Nova saja. Sekarang Nova sudah dikeluarkan dari keluarga Kurniawan, berarti semua proses kerja sama dengan Yorda Group juga dibatalkan.”“Untuk masalah berita tentang kamu dengan Nova di luar sana, kamu selesaikan dengan cara kamu sendiri. Aku nggak mau berita nggak jelas berseliweran di luar sana dan merepotkan Nova.”“Baik, akan saya urus sekarang semuanya,” ujar Ilham sambil menghela napas berat.Setelah sambungan telepon terputus, lelaki itu langsung menghubungi orang yang berkomunikasi dengan keluarga Kurniawan dan memberikan perintah untuk

Latest chapter

  • Jenderal Naga   Bab 2143

    Cendekia langsung tersenyum setelah mendengar kedatangan Putri dari Negara Sky Draga. Pemimpin Istana Kegelapan juga tampak terkejut lalu berkata sambil tersenyum, “Aku baru saja mau mencarinya. Tapi ternyata, dia datang sendiri tanpa diundang.”Si Cendekia melambaikan kipasnya lalu berkata, “Pemimpin Istana Kegelapan, lebih baik kamu sembunyi dulu sekarang. Aku ingin lihat, apa yang diinginkan Putri Negara Sky Draga dariku.”“Oke,” jawab si pemimpin Istana Kegelapan sambil mengangguk. “Izinkan dia masuk,” ujar Cendekia kepada penjaga. “Baik,” jawab si penjaga lalu bergegas pergi. Di depan gerbang kediaman pemimpin Kota Freely. Chandra dan Lilian menunggu selama beberapa saat, sampai akhirnya si penjaga yang melapor ke dalam bergegas keluar. “Putri, silakan masuk.”Chandra dan Lilian masuk ke dalam kediaman pemimpin kota dengan dipandu oleh si penjaga. Mereka masuk ke dalam aula utama setelah melewati sebuah lorong. Seorang pemuda terlihat sedang duduk di kursi utama aula. Pemud

  • Jenderal Naga   Bab 2142

    Mereka berdua mencari tempat tinggal terlebih dahulu setelah masuk ke dalam kota. Di dalam kamar. Chandra duduk di sebuah kursi, sementara Lilian menuangkan teh untuknya. “Kak Chandra, kapan kita akan pergi ke kediaman pemimpin kota?” tanya Lilian cemas. Beberapa hari telah berlalu, tapi dia masih belum mengetahui keadaan para kerabatnya. Sekarang, dia benar-benar ingin tahu keberadaan Istana Kegelapan serta keadaan pada kerabatnya.“Makan saja dulu setelah itu baru kita pergi,” ujar Chandra lalu berjalan menuju pintu keluar. Dia berjalan ke lantai pertama untuk memesan beberapa makanan lalu makan dengan santai. Lilian duduk di dekat Chandra tanpa keinginan untuk makan sedikit pun. Di aula, ada banyak orang yang sedang menikmati makanan mereka. “Aku dengar, istana kekaisaran Kota Sky Draga dihancurkan dan jutaan orang dibantai di sana.”“Ya, aku juga mendengarnya. Sepertinya, itu ulah Istana Kegelapan.”“Sepertinya alasan pembantaian itu karena Negara Sky Draga memiliki harta ka

  • Jenderal Naga   Bab 2141

    Pemandangan yang sangat memilukan ketika melihat tanah yang mereka injak dipenuhi dengan mayat. Lilian bergegas menuju istana kekaisaran. Di sekitar istana, jumlah mayat yang bergelimpangan juga semakin banyak. Seluruh tanah berlumuran darah. Dia terpaksa menginjak mayat ketika bergerak maju. Sampai akhirnya, dia tiba di istana tidak lama kemudian. Mayat pengawal berbaju besi tampak bergelimpangan ketika Lilian melangkah masuk ke dalam istana. Lilian terus melangkah masuk ke dalam istana. Namun, semua orang sudah menjadi mayat dan tidak ada satu pun orang hidup yang bisa dia temui di sana. “Papa ….”Lilian berjongkok di tanah sambil berteriak pilu. Chandra yang melihat ini, hanya bisa diam tanpa tahu, bagaimana cara menghibur perempuan ini.Sampai akhirnya, Chandra berusaha untuk menenangkannya dengan berkata, “Kamu lihat dulu, apakah ada kerabatmu di antara mayat-mayat itu? Mungkin saja mereka tidak mati dan hanya ditangkap.”Lilian bergegas bangkit dan mulai mencari kerabatnya di a

  • Jenderal Naga   Bab 2140

    Lilian membutuhkan waktu beberapa saat untuk bisa tiba di tempat Chandra berada ketika Chandra masih terbaring di atas tanah dengan napas lemah. Lilian sempat tidak berani mendekati Chandra setelah melihat pertarungan Chandra dan Sergi. Dia hanya berdiri beberapa meter jauhnya dari Chandra sambil memperhatikan Chandra lalu bertanya pelan, “Apa kamu baik-baik saja?”Chandra berkata dengan suara lemah, “Aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat sebentar.”Lilian menghela napas lega setelah mendengar jawaban Chandra. Namun, dia masih tidak berani mendekat dan hanya berani berdiri beberapa meter dari Chandra sambil menatap laki-laki itu. Wajah Chandra tampak memerah setelah menyadari Lilian yang terus menatapnya. Sampai akhirnya 30 menit kemudian, tubuh Chandra kembali pulih. Dia bisa berdiri di atas tanah lalu meregangkan ototnya. “Ini?”Lilian sangat terkejut dengan pemandangan ini. Dia bisa merasakan napas Chandra yang sangat lemah dan hampir mati sebelumnya. Namun, hanya dalam wa

  • Jenderal Naga   Bab 2139

    Tubuh Chandra tertusuk dan terpukul oleh kekuatan tangan Sergi yang dahsyat sampai tubuhnya terpental. Tubuh Chandra terjatuh dengan keras sampai tanah yang ditabraknya membentuk lubang yang sangat dalam. Wajah Lilian seketika memucat. Sekarang, dia tidak lagi bisa melarikan diri. bahkan penyelamat hidupnya saja sudah tewas di tangan Sergi. “Putri ….”Sergi berdiri melayang di udara sambil menatap Lilian yang gemetaran di kejauhan lalu dia tersenyum seraya berkata, “Kamu pikir, orang ini bisa menyelamatkanmu? Kamu benar-benar suka bermimpi, ya!”Di mata Sergi, Chandra sudah tewas.“Aku … aku akan memberikannya padamu,” ujar Lilian memilih untuk berkompromi. Lagi pula, Sergi tetap bisa mendapatkan giok itu kalau dia mati. Jadi, setidaknya dia masih bisa hidup jika dia memberikan giok itu dengan sukarela. Namun, tiba-tiba saja Chandra melesat keluar dari lubang reruntuhan dengan rambut berantakan dan tubuh yang berlumuran darah. Dia benar-benar tampak menyedihkan. Anehnya, cedera di d

  • Jenderal Naga   Bab 2138

    Suara teriakan nyaring itu diikuti dengan energi pedang yang melesat ke seluruh penjuru arah dan membunuh belasan prajurit yang melindungi Lilian. Detik berikutnya, Sergi sudah muncul di depan Lilian. Chandra yang sedang membunuh banyak prajurit Istana Kegelapan bergegas ke arah Lilian dalam sekejap mata lalu memeluknya. Di saat yang bersamaan, Lilian juga memiringkan tubuhnya berusaha menghindari serangan Sergi. Kemudian Chandra membawa Lilian melesat ke langit setinggi beberapa puluh meter sambil menyimpan pedang di tangannya. “Peluk aku!” seru Chandra. Lilian bergegas menuruti perintah Chandra. Tidak lama kemudian, muncul dua jenis energi sejati di telapak tangan Chandra. Kedua jenis energi ini terlihat langsung bergabung dan membentuk sebuah kekuatan baru. “Sangkar Kosmik!” Bola energi hasil perpaduan dua jenis energi sejati langsung melesat ke bawah. Duar!Bumi berguncang dengan gunung-gunung yang berada di bawahnya langsung hancur dalam sekejap mata. Semua prajurit Istana K

  • Jenderal Naga   Bab 2137

    Suara langkah kaki yang sangat banyak juga terdengar dari kejauhan setelah suara itu menghilang. Tidak lama kemudian, sejumlah prajurit yang mengenakan jubah dan topeng hitam muncul. Dalam sekejap mata, hutan di sekitar Chandra penuh sesak oleh lebih dari 3000 prajurit yang mengepungnya.Seorang laki-laki tua tiba-tiba saja mendarat di atas tanah. Laki-laki itu terlihat sudah berumur sekitar 70 tahun dengan wajah berkeriput dan mata cekung. Sosok itu terlihat sangat aneh. Laki-laki tua itu tampak mengenakan jubah berwarna merah dengan pedang merah di tangannya. “Sergi?”Ekspresi Lilian seketika berubah. Begitu pun, belasan prajurit berbaju besi yang tersisa. Mereka semua tampak ketakutan sampai tubuh mereka bergetar.Chandra berbalik lalu menatap Lilian dan bertanya, “Siapa itu Sergi?”Lilian berkata dengan raut wajah ketakutan dan mulut yang bergetar, “Sergi adalah wakil pemimpin Istana Kegelapan. Kekuatannya berada tepat di bawah pemimpin Istana Kegelapan. Dia adalah salah satu pra

  • Jenderal Naga   Bab 2136

    Sekarang, dia dan Chandra harus segera pergi ke ibu kota untuk menyelamatkan negara dan keluarganya. “Pak ….”Lilian tidak lagi bisa menahan diri untuk berbicara. Panggilan Lilian langsung menyadarkan Chandra. Dia membuka mata lalu menatap Lilian dan bertanya, “Putri, ada apa?”Lilian berkata dengan wajah sedikit malu, “Ibu kota sudah dikepung oleh prajurit dari Istana Kegelapan sejak aku melarikan diri tiga hari yang lalu. Aku takut hal buruk terjadi di sana.”“Jadi, kamu ingin kita bergegas ke ibu kota?” tanya Chandra sambil menatap Lilian. Dia bisa melihat kekhawatiran Lilian dan sebuah pemikiran muncul di benaknya. Apakah dia harus memanfaatkan kegelisahan Lilian untuk mendapatkan batu giok itu?Lagi pula, Lilian tidak tahu apa pun tentang giok pemakaman itu, sedangkan dia tahu asal-usul giok itu. Sebuah batu giok yang berhasil membuat pencipta Istana Abadi mencarinya ke seluruh dunia. “Ya.”Kemudian Lilian berlutut di hadapan Chandra tanpa memedulikan citranya seraya berkata,

  • Jenderal Naga   Bab 2135

    Roh penunggu Istana Abadi dahulu merupakan pengikut dari seorang Kaisar Agung. Jadi, tidak heran kalau dia memiliki pengetahuan yang luas. Giok Pemakaman adalah sebuah benda yang melegenda, bahkan di zaman Kaisar Ceptra. Roh penunggu kembali berkata, “Berdasarkan yang kuketahui, Giok Pemakaman pernah dimiliki oleh seseorang. Nama keluarga orang itu adalah Sky. Dia dikenal sebagai seorang penjaga makam dan juga sangat kuat. Bahkan dia merupakan orang terkuat dalam satu periode masa. Namun, entah karena alasan apa, dia tiba-tiba menghilang bersama keluarganya.”“Aku tidak pernah menyangka, kalau keturunan dari si penjaga makam ternyata berada di dunia kecil ini.”Roh penunggu hanya bisa mendesah. Dia juga tidak menyangka kalau keturunan dari orang sehebat itu bisa menjadi seperti ini. Chandra kembali bertanya dalam benaknya, “Lalu apa hubungannya batu giok itu dan segel? Kenapa muncul fenomena dari batu giok itu ketika segelnya mengendur?”Roh penunggu berusaha menjelaskan dengan berka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status