Share

Bab 12

Author: Angin
Chandra tampak tak berdaya.

Nova berkata, “Ambilkan gaun di dalam lemariku. Ada perjamuan penting mala mini.”

Chandra bangkit dan berjalan menuju lemari, membuka pintu lemari dan bertanya, “Sayang, yang mana?”

“Yang putih, dengan belahan V di leher.”

“Nggak boleh pakai gaun ini. Kamu nggak boleh pakai yang terlalu terbuka seperti ini di luar. Gaun yang ini bagus.” Chandra mengambil sebuah gaun hitam berleher tinggi dan menyerahkannya pada Nova, lalu bertanya, “Ngomong-ngomong, perjamuan apa?”

Nova berkata, “Hindi Sinaga mengadakan acara lelang. Ada banyak barang bagus yang dilelangkan. Tamu yang hadir juga orang-orang penting. Aku juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperluas koneksiku.”

Chandra sedikit kaget mendengarnya, tapi tidak mengatakan apa-apa dan malah bertanya, “Apa perlu aku mengantarmu pakai motor?”

“Aku naik taksi saja.”

“Oh, oke.”

Setelah berganti pakaian, Nova pun pergi.

Di vila kediaman keluarga Sinaga.

Ini adalah satu-satunya vila yang tersisa milik keluarga Sinaga. Semua properti dan bisnis keluarga Sinaga lainnya telah dilikuidasi.

Di vila itu, puluhan orang dari keluarga Sinaga telah berkumpul.

Yang memimpin mereka adalah seorang pria paruh baya berseragam militer.

Dia adalah Radika Sinaga, putra keempat dari Ahmad Sinaga.

Radika adalah seorang tentara di perbatasan barat.

Ketika ayahnya, Ahmad Sinaga, meninggal, dia sedang menjalankan misi dan tidak bisa meninggalkan misinya.

Namun, pembunuh ayahnya meninggalkan petunjuk. Pembunuh itu adalah anggota keluarga Atmaja yang masih hidup sepuluh tahun lalu. Jadi, dia bergegas kembali ke Diwangsa untuk mencari orang yang memerintahkan untuk menghancurkan keluarga Atmaja dan merebut Lukisan Gunung Merabu.

Namun, dia tidak mendapatkan hasil apa-apa. Dia hanya mendapatkan sebuah informasi, bahwa alasan wajah Nova Kurniawan hancur, ternyata karena dia terluka ketika menyelamatkan seseorang dari kebakaran di vila keluarga Atmaja sepuluh tahun yang lalu.

Dia memerintahkan orang untuk menyelidiki siapa orang yang diselamatkan oleh Nova waktu itu.

Setelah mendapatkan informasi itu, dia langsung meninggalkan Diwangsa dan kembali ke Rivera.

Namun, ketika dia kembali, keluarga Sinaga sudah dibuat bangkrut, dan hal ini juga berkaitan erat dengan wanita yang dia selidiki itu, Nova Kurniawan.

Ada seorang wanita cantik duduk di sampingnya. Kulitnya mulus dan orangnya awet muda. Wanita itu adalah Hindi Sinaga.

Hindi berkata, “Kak, untuk sementara kita nggak tahu siapa yang membunuh Papa, tapi keluarga kita dibuat bangkrut oleh Nova Kurniawan. David sudah bilang, semua karena Nova. Nova yang menelepon Ihsan Pamungkas, dan Ihsan itulah yang membuat keluarga kita bangkrut.”

Radika duduk di kursi utama. Raut mukanya muram. Dia mengepalkan tinjunya erat-erat, “Siapa pun yang berani mencari masalah dengan keluarga Sinaga nggak akan berakhir dengan baik, bahkan Ihsan Pamungkas sekalipun. Aku mau semua orang tahu, keluarga Sinaga bukan orang-orang yang bisa ditindas begitu saja. Malam ini adalah malam kehancuran keluarga Kurniawan!”

Rivera Hotel, tempat diadakannya acara lelang yang diadakan oleh keluarga Sinaga kali ini.

Mobil mewah memenuhi luar hotel dan banyak orang penting dan terkenal di Rivera keluar masuk dari hotel itu.

Semua orang ini mendapatkan undangan dari Hindi.

Meskipun keluarga Sinaga telah bangkrut dan orang-orang awalnya tidak mau menghadiri acara lelang kali ini, keluarga Sinaga menyebarkan kabar bahwa Radika telah kembali.

Keluarga Sinaga bisa menjadi salah satu dari empat keluarga terkaya di Rivera, semua itu tidak lepas dari kontribusi Radika.

Dia adalah tentara di perbatasan barat. Selain itu, pangkatnya di militer tidak rendah.

Di luar Hotel Rivera. Dua pria berjas hitam berjalan menuju ke pintu.

Paul tercengang melihat ada tentara yang menjaga di luar Hotel Rivera, “Kak, ini tentara-tentara dari perbatasan barat. Jangan-jangan, Radika Sinaga sudah pulang? Radika sepertinya adalah orang kepercayaan Arya di perbatasan barat. Pangkat militernya cukup tinggi, setingkat wakil komandan.”

“Arya?” Chandra tersenyum dingin, “Kalaupun Arya datang ke sini hari ini, aku akan membuatnya berlutut kalau dia berani menghentikanku.”

Ada lima komandan di Someria. Naga Hitam dari Gurun Selatan, Tamahir dari perbatasan utara, Arya dari perbatasan barat, Boris dari wilayah timur, dan Teuku dari Diwangsa.

Dari segi kekuasaan, Teuku dari Diwangsa yang terbaik, sedangkan Naga Hitam dari Gurun Selatan yang paling hebat, meskipun waktu komandonya yang terpendek. Bahkan kalau empat komandan lainnya bergabung bersama untuk melawan Naga Hitam, mereka tetap bukan lawannya.

Selain itu, Naga Hitam juga memiliki identitas lain, yaitu Dokter Sakti.

Keahlian medisnya tak tertandingi di dunia ini. Dia bisa membuat orang mati hidup kembali! Asalkan orang itu masih bernapas, dia akan bisa menyelamatkannya! Kalaupun orang itu sudah setengah jalan menuju neraka, dia bisa menarik mereka kembali!

Jadi, kalaupun keempat komandan lainnya datang, Chandra juga tidak takut. Apalagi kalau yang datang hanya Arya dari perbatasan barat.

“Kak, apa kamu akan membunuh orang mala mini?”

“Tugas utama kita malam ini adalah mengambil kembali Lukisan Gunung Merabu. Kalau bunuh orang, kita lihat situasinya nanti.”

“Kapan kita mau masuk ke dalam?”

“Nggak perlu terburu-buru. Tunggu sampai acaranya selesai.”

“Oke!”

Keduanya pun menunggu di luar hotel dan tidak terburu-buru masuk ke dalam.

Tamu-tamu kalangan atas yang datang ke acara itu merinding ketika melihat ada tentara yang menjaga di sekitar hotel.

Ternyata benar, Radika Sinaga telah kembali!

Ahmad Sinaga telah meninggal, dan keluarga Sinaga sudah bangkrut. Sekarang, setelah Radika Sinaga kembali, keluarga Sinaga pasti akan bangkit kembali.

Tamu-tamu kalangan atas berkumpul di lantai paling atas hotel itu.

Nova juga sudah datang.

Dia mengenakan gaun hitam yang pas di badan. Rambut panjangnya disanggul ke belakang. Auranya sangat elegan dan menawan. Dia menyapa tamu-tamu kalangan atas lainnya dengan ramah untuk memperluas koneksinya.

Pada saat ini, dua staf datang membawa sebuah lukisan. Ketika mereka berada di belakang Nova, mereka tiba-tiba menjatuhkan lukisan itu ke lantai.

Bruk!

Lukisan itu jatuh ke tanah dan bingkai kacanya seketika langsung pecah. Pecahan kacanya juga menghancurkan lukisan di dalamnya. Bagian yang rusak dari lukisan itu tepat di bawah kaki Nova.

“Kamu. Apa yang kamu lakukan?”

Salah satu staf melihat lukisan yang robek terkena pecahan kaca, memandang Nova dan berseru, “Kenapa kamu menabrakku?”

“Aku, aku nggak menabrakmu.” Nova kebingungan.

Dia tidak menabrak mereka.

“Aku nggak menabrak mereka. Apa kalian nggak salah?”

“Bagaimana mungkin? Justru karena kamu yang menabrakku, makanya lukisannya rusak. Apa kamu tahu ini lukisan apa? Ini lukisan terkenal yang sudah berumur lebih dari 2.000 tahun. Ini Lukisan Gunung Merabu. Nilainya mencapai 3,6 triliun!”

Staf yang satu lagi juga ikut bersuara. Dia menyalahkan Nova, “Kamu. Nova Kurniawan. Kamu yang menabrak kami!”

Suara heboh mereka telah menarik perhatian banyak orang.

“Apa yang terjadi?” Seorang pria paruh baya berbadan tinggi dan tegap, serta berseragam militer datang dan menegur mereka, “Kalian teriak apa, sih? Nggak tahu sopan santun?”

“Pak, kami tadi sedang membawa Lukisan Gunung Merabu untuk ditaruh di area belakang, tapi kami ditabrak oleh Nova Kurniawan. Lukisan … lukisannya rusak.”

Radika berjongkok dan melihat lukisan pemandangan yang sudah hancur karena pecahan kaca itu. Raut mukanya langsung berubah, “Lukisan Gunung Merabu rusak. Ini nilainya 3,6 triliun!”

“Bukan aku. Bukan aku!” Nova langsung panik ketika mendengar lukisan itu bernilai 3,6 triliun. Dia cepat-cepat melangkah mundur.

Dia tidak mampu mengganti rugi kalau semahal itu. Bahkan kalaupun dia menggadaikan seluruh aset keluarga Kurniawan, tetap saja tidak cukup.

Radika berdiri dan memandang Nova dengan ekspresi acuh tak acuh, “Aku nggak akan pernah memfitnah siapa pun. Di sini ada kamera CCTV. Kalau memang bukan kamu, kita tinggal melihat rekaman CCTV-nya. Staf hotel, tolong bawakan rekamannya!”

Beberapa menit kemudian, seseorang datang membawa kamera CCTV itu.

Radika membuka rekaman itu, dengan disaksikan oleh semua tamu kalangan atas di sana.

Di dalam video itu, terlihat dua staf tadi sedang berjalan membawa lukisan, kemudian ditabrak oleh Nova. Bingkai lukisan itu jatuh ke lantai dan lukisannya pun rusak.

Radika berkata dengan dingin, “Nova, ini bernilai 3,6 triliun. Tentara yang di luar! Tahan Nova Kurniawan dan bawa pergi ke rumah keluarga Kurniawan. Minta ganti rugi sebesar 3,6 triliun. Kalau mereka nggak punya uangnya, bawa semua anggota keluarga Kurniawan kemari.”

Nova melihat para tentara yang berjalan mendekat. Wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Dia menangis dengan cemas, “Bukan aku. Beneran bukan aku yang menabrak mereka. Pak Radika. Aku nggak melakukannya. Aku benar-benar nggak melakukannya. Ini fitnah. Aku nggak menabrak mereka.”

Banyak orang berkumpul di sekeliling mereka.

Tak satu pun dari orang-orang itu mengatakan apa-apa. Mereka semua diam-diam merasa kasihan pada Nova.

“Sayang sekali. Padahal keluarga Kurniawan baru saja mulai berjaya, tetapi semuanya sudah berakhir.”

"Iya. 3,6 triliun. Keluarga Kurniawan akan bangkrut. Kalau mereka menjual semua aset mereka, nggak tahu bisa mencapai 3,6 triliun atau nggak.”

“Nova juga terlalu sial. Kenapa ceroboh sekali.”

Nova sangat ketakutan ketika mendengar diskusi orang-orang dan melihat tentara-tentara bersenjata lengkap mendekat. Wajahnya memucat. Dia terus melangkah mundur. Dua tentara bersenjata lengkap berjalan ke arahnya sambil membawa senjata. Senjata mereka diarahkan kepadanya.

Radika memerintah, “Bawa ke ruangan belakang!”

Nova putus asa dan tidak berdaya. Dia dibawa pergi secara paksa oleh dua tentara bersenjata lengkap.

Sikap Radika mengejutkan banyak orang.

Namun, mereka tidak bersimpati dengan Nova, melainkan senang melihat musibah yang menimpanya.

Selain itu, kejadian ini tidak menghentikan acara lelang. Pada saat ini, Hindi Sinaga muncul dan memulai acaranya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jenderal Naga   Bab 13

    Puluhan mobil jip melaju menuju vila keluarga Kurniawan. Tentara-tentara bersenjata lengkap menyerbu rumah mereka.Anggota keluarga Kurniawan lainnya langsung panik. Toni yang sudah tidur, terbangun dengan masih mengenakan piyamanya. Ketika melihat puluhan tentara berada di sana, wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Dia buru-buru bertanya, “Ada apa?”“Bawa pergi.”Setelah perintah itu, Toni ditahan oleh dua tentara dan dibawa pergi dengan paksa.Anggota keluarga Kurniawan lainnya yang sudah tidur juga dibawa paksa.Sementara itu, di rumah Nova.Boni dan Yani sudah tidur.“Bruk!” Pintunya didobrak sampai terbuka. Kemudian, sekelompok orang masuk dan membawa mereka pergi dengan paksa.Di lantai atas Rivera Hotel, di sebuah ruang rahasia.Nova diikat, dan setelah beberapa saat, anggota keluarga Kurniawan lainnya juga dibawa ke sana. Kakeknya ayahnya, paman pertamanya Om Hardi, paman keduanya Om Jaka, dan puluhan orang dari keluarga Kurniawan semuanya dibawa ke sana. Semuanya diikat.M

  • Jenderal Naga   Bab 14

    Ada dua luka berdarah di wajah Nova yang cantik. Darahnya menetes ke pipi dan menodai lehernya.Penglihatannya kabur, karena air mata terus menetes.Air matanya mengalir dan bercampur dengan darah di wajahnya.Dia sudah putus asa.Dia merasa tidak berdaya menghadapi Radika, komandan dari keluarga Sinaga itu.Dia benci!Dia benci pada dirinya yang dulu. Mengapa dia harus menerobos masuk ketika mendengar ada teriakan minta tolong di tengah kebakaran itu!Hanya karena dia menolong satu orang, dia terluka bakar dan harus hidup menderita selama sepuluh tahun!Setelah menderita luka bakar itu, dia menjadi bahan olokan dan tertawaan teman-temannya!Teman-teman yang dulu berteman baik dengannya juga ikut mengabaikannya!Teman-teman di kelas kalau melihatnya seperti melihat orang berpenyakit, menjauh darinya!Dia tidak disukai oleh keluarganya, dan bahkan orang tuanya sendiri memandangnya dengan rendah!Setelah lukanya sembuh total, dia merasa penderitaannya selama sepuluh tahun terakhir tidak

  • Jenderal Naga   Bab 15

    “Orang itu adalah aku.”Satu kalimat pendek, tapi kalimat itu menggelegar di telinga semua orang yang ada di sana bagaikan petir, membuat pikiran mereka kosong, membuat mereka bingung.Bahkan, Radika yang berada di panggung juga tertegun sejenak.Dia adalah wakil komandan di perbatasan barat yang telah mengalami banyak pertempuran, tetapi dia juga dibuat terpana oleh teriakan Chandra.Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi saat itu. Ketika dia sadar, dia melihat seorang pria berjalan masuk.Orang itu mengenakan topeng hitam di wajahnya dan aura dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Aura dingin itu seolah menurunkan suhu ruangan itu.“Dia?”“Pria bertopeng itu yang membunuh Ahmad Sinaga!”Orang-orang di ruangan itu mulai menyadarinya. Wajah mereka pucat karena ketakutan ketika melihat Chandra berjalan mendekat.Setengah bulan yang lalu, tangan Denis Sinaga dipatahkan dan kepala Ahmad Sinaga dipotong. Pemandangan tubuh Ahmad yang terbaring dalam genangan darah muncul di benak semua o

  • Jenderal Naga   Bab 16

    Rivera adalah kota pusat kedokteran.Delapan puluh persen bahan obat tradisional di dunia dikirim dari sini.Ada grup farmasi dengan nilai pasar ratusan triliun, dan ada ratusan ribu pabrik pengolahan bahan obat, baik itu yang besar maupun yang kecil.Di sini, pasti ada klinik pengobatan tradisional di setiap jalan dan gang.Jalan Nantaboga adalah jalan yang paling “multicultural” di Rivera. Di sini adalah tempat berkumpulnya tiga agama dan sembilan aliran, ada yang menjual barang antik, ada KTV, bar, dan panti pijat.Ada sebuah klinik di Jalan Nantaboga ini.“Klinik Mortal.”Di sinilah tempat bawahan Chandra, Paul, menetap di Rivera.Chandra adalah Dokter Sakti. Paul telah mengikutinya selama bertahun-tahun dan tahu sedikit tentang kedokteran. Memeriksa orang yang masuk angin ataupun yang memar karena pukulan bukan hal yang sulit baginya.Saat ini di atas meja operasi, di Klinik Mortal.Chandra menatap Nova yang wajahnya berlumuran darah. Lutut wanita itu robek dan kotor karena debu.

  • Jenderal Naga   Bab 17

    Matahari terbit, menyinari bumi yang gelap gulita. Warga kota satu per satu bangun, mandi, dan memulai hari baru mereka.Pagi ini di ruangan direktur utama kantor Arthur Group.“Pak, sesuatu yang besar terjadi semalam.” Seorang wanita seksi dan cantik berdiri di samping Ihsan Pamungkas dan menjelaskan secara detail apa yang terjadi di acara lelang yang diadakan oleh keluarga Sinaga tadi malam.“Radika menangkap Nova dan keluarga Kurniawan?” Ihsan sedikit terkejut mendengarnya, lalu bertanya, “Apa Radika akhirnya mati?”“Benar, Pak. Dari informasi yang kami terima, Radika awalnya berencana untuk membalas dendam pada keluarga Kurniawan dulu, baru kemudian membalas dendam pada Arthur Group. Tapi, ketika dia menangkap Nova Kurniawan, pria bertopeng yang membunuh Ahmad Sinaga datang dan membunuhnya.”Ihsan melambaikan tangannya pelan, “Oke, kamu boleh pergi.”Setelah sekretarisnya pergi, Ihsan tersenyum kecil dan bergumam pada dirinya sendiri, “Berani sekali dia mengganggu Nova. Memang ngg

  • Jenderal Naga   Bab 18

    Chandra tidak mau ikut campur. Dia berkata, “Kirimkan aku sedikit uang. Aku mau beli sarapan untuk Nova.”Paul berkata, “Aku akan mentransfernya.”Chandra keluar dari klinik, pergi ke jalanan dan membeli bubuk untuk Nova.Ketika dia kembali, Nova sudah bangun.Wajah Nova masih terbungkus kain kasa. Dia berbaring di tempat tidur dan matanya kosong. Dia melamun sambil menatap langit-langit.Chandra berjalan mendekat, meletakkan sarapan yang dibelinya, dan memanggil Nova dengan lembut, “Sayang.”Nova tidak menanggapi.Chandra meraih tangannya, “Sudah, semuanya sudah berakhir.”Nova menoleh sedikit, menatap Chandra, kemudian mulai terisak pelan. Badannya sedikit gemetar dan ekspresinya panik, “Aku, aku sudah membuat Radika Sinaga tersinggung. Aku sudah hancur. Pergilah. Aku nggak ingin membuatmu terlibat.”Chandra menghibur, “Nggak apa-apa. Aku lihat berita hari ini, sepertinya dia dibunuh oleh seorang bertopeng hitam. Saat ini, polisi sedang mencari pembunuhnya.”Nova kaget mendengarnya.

  • Jenderal Naga   Bab 19

    “Pa,” panggil Nova, “Aku baik-baik saja.”“Boni, siapa yang datang?” Terdengar suara dari dalam rumah.Yani berjalan keluar. Ketika melihat Nova, raut mukanya langsung berubah masam. Dia berkata dengan dingin, “Anak pembawa sial. Untuk apa kamu pulang?”“Ma.”“Jangan panggil aku Mama. Aku nggak punya anak perempuan sepertimu.” Yani menatap Nova yang wajahnya dibalut oleh kain kasa dengan tidak senang.Gara-gara Nova, dia diikat dan sangat menderita waktu itu.Untung saja Radika Sinaga sudah mati. Kalau tidak, keluarga Kurniawan pasti akan celaka.Ketika kembali, Toni Kurniawan marah besar dan memerintahkan untuk mencabut status Nova sebagai direktur utama di Yorda Group, kemudian mengeluarkan Nova dari keluarga Kurniawan. Mereka juga mengumumkan kepada publik bahwa sejak saat itu, mereka tidak memiliki anggota keluarga yang bernama Nova lagi di keluarga Kurniawan.“Yani, kenapa kamu begitu?” Boni mengerutkan dahinya dan berkata, “Meskipun Papa mengeluarkan Nova dari keluarga Kurniawan,

  • Jenderal Naga   Bab 20

    “Cari Kakek. Benar, aku harus menemui Kakek!”Tiba-tiba, Nova seolah-olah melihat harapan terakhir untuk memperbaiki situasi ini. Dia menarik Chandra dan berkata sambil terisak, “Ayo pergi cari Kakek. Kakek sangat menyayangiku ketika aku masih kecil. Dia pasti nggak akan mengeluarkanku dari keluarga besar. Aku harus pergi memohonnya. Memohon pada Kakek!”Dia pun menarik Chandra pergi.Chandra sedih melihat wajah Nova yang matanya masih berkata-kaca. Dia menghibur, “Jangan khawatir. Aku akan membawamu ke rumah keluarga Kurniawan sekarang, untuk mencari Kakek.”“Iya. Ayo. Kita pergi ke sana sekarang.”Nova baru saja pulih dari trauma karena disiksa oleh Radika, dan sekarang dia malah dikeluarkan dari keluarga Kurniawan. Mentalnya sudah di ambang kehancuran. Dia dengan bodohnya berpikir bahwa jika dia pergi ke vila keluarga Kurniawan dan menemui Toni, dia akan bisa diterima kembali dalam keluarga besarnya.Namun, Toni adalah orang yang mengeluarkannya dari keluarga mereka.Chandra tak pun

Latest chapter

  • Jenderal Naga   Bab 2143

    Cendekia langsung tersenyum setelah mendengar kedatangan Putri dari Negara Sky Draga. Pemimpin Istana Kegelapan juga tampak terkejut lalu berkata sambil tersenyum, “Aku baru saja mau mencarinya. Tapi ternyata, dia datang sendiri tanpa diundang.”Si Cendekia melambaikan kipasnya lalu berkata, “Pemimpin Istana Kegelapan, lebih baik kamu sembunyi dulu sekarang. Aku ingin lihat, apa yang diinginkan Putri Negara Sky Draga dariku.”“Oke,” jawab si pemimpin Istana Kegelapan sambil mengangguk. “Izinkan dia masuk,” ujar Cendekia kepada penjaga. “Baik,” jawab si penjaga lalu bergegas pergi. Di depan gerbang kediaman pemimpin Kota Freely. Chandra dan Lilian menunggu selama beberapa saat, sampai akhirnya si penjaga yang melapor ke dalam bergegas keluar. “Putri, silakan masuk.”Chandra dan Lilian masuk ke dalam kediaman pemimpin kota dengan dipandu oleh si penjaga. Mereka masuk ke dalam aula utama setelah melewati sebuah lorong. Seorang pemuda terlihat sedang duduk di kursi utama aula. Pemud

  • Jenderal Naga   Bab 2142

    Mereka berdua mencari tempat tinggal terlebih dahulu setelah masuk ke dalam kota. Di dalam kamar. Chandra duduk di sebuah kursi, sementara Lilian menuangkan teh untuknya. “Kak Chandra, kapan kita akan pergi ke kediaman pemimpin kota?” tanya Lilian cemas. Beberapa hari telah berlalu, tapi dia masih belum mengetahui keadaan para kerabatnya. Sekarang, dia benar-benar ingin tahu keberadaan Istana Kegelapan serta keadaan pada kerabatnya.“Makan saja dulu setelah itu baru kita pergi,” ujar Chandra lalu berjalan menuju pintu keluar. Dia berjalan ke lantai pertama untuk memesan beberapa makanan lalu makan dengan santai. Lilian duduk di dekat Chandra tanpa keinginan untuk makan sedikit pun. Di aula, ada banyak orang yang sedang menikmati makanan mereka. “Aku dengar, istana kekaisaran Kota Sky Draga dihancurkan dan jutaan orang dibantai di sana.”“Ya, aku juga mendengarnya. Sepertinya, itu ulah Istana Kegelapan.”“Sepertinya alasan pembantaian itu karena Negara Sky Draga memiliki harta ka

  • Jenderal Naga   Bab 2141

    Pemandangan yang sangat memilukan ketika melihat tanah yang mereka injak dipenuhi dengan mayat. Lilian bergegas menuju istana kekaisaran. Di sekitar istana, jumlah mayat yang bergelimpangan juga semakin banyak. Seluruh tanah berlumuran darah. Dia terpaksa menginjak mayat ketika bergerak maju. Sampai akhirnya, dia tiba di istana tidak lama kemudian. Mayat pengawal berbaju besi tampak bergelimpangan ketika Lilian melangkah masuk ke dalam istana. Lilian terus melangkah masuk ke dalam istana. Namun, semua orang sudah menjadi mayat dan tidak ada satu pun orang hidup yang bisa dia temui di sana. “Papa ….”Lilian berjongkok di tanah sambil berteriak pilu. Chandra yang melihat ini, hanya bisa diam tanpa tahu, bagaimana cara menghibur perempuan ini.Sampai akhirnya, Chandra berusaha untuk menenangkannya dengan berkata, “Kamu lihat dulu, apakah ada kerabatmu di antara mayat-mayat itu? Mungkin saja mereka tidak mati dan hanya ditangkap.”Lilian bergegas bangkit dan mulai mencari kerabatnya di a

  • Jenderal Naga   Bab 2140

    Lilian membutuhkan waktu beberapa saat untuk bisa tiba di tempat Chandra berada ketika Chandra masih terbaring di atas tanah dengan napas lemah. Lilian sempat tidak berani mendekati Chandra setelah melihat pertarungan Chandra dan Sergi. Dia hanya berdiri beberapa meter jauhnya dari Chandra sambil memperhatikan Chandra lalu bertanya pelan, “Apa kamu baik-baik saja?”Chandra berkata dengan suara lemah, “Aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat sebentar.”Lilian menghela napas lega setelah mendengar jawaban Chandra. Namun, dia masih tidak berani mendekat dan hanya berani berdiri beberapa meter dari Chandra sambil menatap laki-laki itu. Wajah Chandra tampak memerah setelah menyadari Lilian yang terus menatapnya. Sampai akhirnya 30 menit kemudian, tubuh Chandra kembali pulih. Dia bisa berdiri di atas tanah lalu meregangkan ototnya. “Ini?”Lilian sangat terkejut dengan pemandangan ini. Dia bisa merasakan napas Chandra yang sangat lemah dan hampir mati sebelumnya. Namun, hanya dalam wa

  • Jenderal Naga   Bab 2139

    Tubuh Chandra tertusuk dan terpukul oleh kekuatan tangan Sergi yang dahsyat sampai tubuhnya terpental. Tubuh Chandra terjatuh dengan keras sampai tanah yang ditabraknya membentuk lubang yang sangat dalam. Wajah Lilian seketika memucat. Sekarang, dia tidak lagi bisa melarikan diri. bahkan penyelamat hidupnya saja sudah tewas di tangan Sergi. “Putri ….”Sergi berdiri melayang di udara sambil menatap Lilian yang gemetaran di kejauhan lalu dia tersenyum seraya berkata, “Kamu pikir, orang ini bisa menyelamatkanmu? Kamu benar-benar suka bermimpi, ya!”Di mata Sergi, Chandra sudah tewas.“Aku … aku akan memberikannya padamu,” ujar Lilian memilih untuk berkompromi. Lagi pula, Sergi tetap bisa mendapatkan giok itu kalau dia mati. Jadi, setidaknya dia masih bisa hidup jika dia memberikan giok itu dengan sukarela. Namun, tiba-tiba saja Chandra melesat keluar dari lubang reruntuhan dengan rambut berantakan dan tubuh yang berlumuran darah. Dia benar-benar tampak menyedihkan. Anehnya, cedera di d

  • Jenderal Naga   Bab 2138

    Suara teriakan nyaring itu diikuti dengan energi pedang yang melesat ke seluruh penjuru arah dan membunuh belasan prajurit yang melindungi Lilian. Detik berikutnya, Sergi sudah muncul di depan Lilian. Chandra yang sedang membunuh banyak prajurit Istana Kegelapan bergegas ke arah Lilian dalam sekejap mata lalu memeluknya. Di saat yang bersamaan, Lilian juga memiringkan tubuhnya berusaha menghindari serangan Sergi. Kemudian Chandra membawa Lilian melesat ke langit setinggi beberapa puluh meter sambil menyimpan pedang di tangannya. “Peluk aku!” seru Chandra. Lilian bergegas menuruti perintah Chandra. Tidak lama kemudian, muncul dua jenis energi sejati di telapak tangan Chandra. Kedua jenis energi ini terlihat langsung bergabung dan membentuk sebuah kekuatan baru. “Sangkar Kosmik!” Bola energi hasil perpaduan dua jenis energi sejati langsung melesat ke bawah. Duar!Bumi berguncang dengan gunung-gunung yang berada di bawahnya langsung hancur dalam sekejap mata. Semua prajurit Istana K

  • Jenderal Naga   Bab 2137

    Suara langkah kaki yang sangat banyak juga terdengar dari kejauhan setelah suara itu menghilang. Tidak lama kemudian, sejumlah prajurit yang mengenakan jubah dan topeng hitam muncul. Dalam sekejap mata, hutan di sekitar Chandra penuh sesak oleh lebih dari 3000 prajurit yang mengepungnya.Seorang laki-laki tua tiba-tiba saja mendarat di atas tanah. Laki-laki itu terlihat sudah berumur sekitar 70 tahun dengan wajah berkeriput dan mata cekung. Sosok itu terlihat sangat aneh. Laki-laki tua itu tampak mengenakan jubah berwarna merah dengan pedang merah di tangannya. “Sergi?”Ekspresi Lilian seketika berubah. Begitu pun, belasan prajurit berbaju besi yang tersisa. Mereka semua tampak ketakutan sampai tubuh mereka bergetar.Chandra berbalik lalu menatap Lilian dan bertanya, “Siapa itu Sergi?”Lilian berkata dengan raut wajah ketakutan dan mulut yang bergetar, “Sergi adalah wakil pemimpin Istana Kegelapan. Kekuatannya berada tepat di bawah pemimpin Istana Kegelapan. Dia adalah salah satu pra

  • Jenderal Naga   Bab 2136

    Sekarang, dia dan Chandra harus segera pergi ke ibu kota untuk menyelamatkan negara dan keluarganya. “Pak ….”Lilian tidak lagi bisa menahan diri untuk berbicara. Panggilan Lilian langsung menyadarkan Chandra. Dia membuka mata lalu menatap Lilian dan bertanya, “Putri, ada apa?”Lilian berkata dengan wajah sedikit malu, “Ibu kota sudah dikepung oleh prajurit dari Istana Kegelapan sejak aku melarikan diri tiga hari yang lalu. Aku takut hal buruk terjadi di sana.”“Jadi, kamu ingin kita bergegas ke ibu kota?” tanya Chandra sambil menatap Lilian. Dia bisa melihat kekhawatiran Lilian dan sebuah pemikiran muncul di benaknya. Apakah dia harus memanfaatkan kegelisahan Lilian untuk mendapatkan batu giok itu?Lagi pula, Lilian tidak tahu apa pun tentang giok pemakaman itu, sedangkan dia tahu asal-usul giok itu. Sebuah batu giok yang berhasil membuat pencipta Istana Abadi mencarinya ke seluruh dunia. “Ya.”Kemudian Lilian berlutut di hadapan Chandra tanpa memedulikan citranya seraya berkata,

  • Jenderal Naga   Bab 2135

    Roh penunggu Istana Abadi dahulu merupakan pengikut dari seorang Kaisar Agung. Jadi, tidak heran kalau dia memiliki pengetahuan yang luas. Giok Pemakaman adalah sebuah benda yang melegenda, bahkan di zaman Kaisar Ceptra. Roh penunggu kembali berkata, “Berdasarkan yang kuketahui, Giok Pemakaman pernah dimiliki oleh seseorang. Nama keluarga orang itu adalah Sky. Dia dikenal sebagai seorang penjaga makam dan juga sangat kuat. Bahkan dia merupakan orang terkuat dalam satu periode masa. Namun, entah karena alasan apa, dia tiba-tiba menghilang bersama keluarganya.”“Aku tidak pernah menyangka, kalau keturunan dari si penjaga makam ternyata berada di dunia kecil ini.”Roh penunggu hanya bisa mendesah. Dia juga tidak menyangka kalau keturunan dari orang sehebat itu bisa menjadi seperti ini. Chandra kembali bertanya dalam benaknya, “Lalu apa hubungannya batu giok itu dan segel? Kenapa muncul fenomena dari batu giok itu ketika segelnya mengendur?”Roh penunggu berusaha menjelaskan dengan berka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status