Share

Bab 11

Author: Angin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Lukisan Gunung Merabu …,” gumam Chandra pelan.

Lukisan itu adalah lukisan pusaka milik keluarga Atmaja.

Sebelum meninggal, kakeknya pernah memberitahunya bahwa keluarga Atmaja boleh hancur, tapi lukisan ini tidak boleh hilang.

Chandra tidak pernah melupakan hal ini selama sepuluh tahun ini.

“Paul, bersiaplah. Kita bergerak di malam hari.”

“Oke.” Paul mengangguk.

“Oke, kamu pergi dulu. Istriku akan segera pulang kerja. Dia nggak berharap aku berurusan dengan orang yang nggak jelas. Kamu nggak kelihatan seperti orang baik. Kalau istriku melihatmu, aku akan dimarahi lagi.”

Ekspresi Paul menegang. Kulitnya hanya sedikit hitam. Kenapa dia jadi dianggap orang yang tidak jelas dan orang yang tidak baik?

“Kok masih bengong? Cepat pergi.” Chandra menendang pria itu.

Paul pun berbalik badan dan pergi.

Chandra melihat jam. Sudah waktu pulang kerja. Nova akan segera keluar.

Dia pun mendorong motor listrik yang ada di sebelahnya dan berjalan menuju kantor Yorda Group. Sebelum dia sampai ke sana, dia melihat seorang wanita keluar dari sebuah gedung.

Wanita itu tingginya sekitar 1,8 meter. Dia mengenakan pakaian formal. Kemeja putih, rok sepan berwarna hitam, dan sepatu hak tinggi berwarna merah.

Wanita itu memiliki rambut keriting bergelombang berwarna cokelat. Dia memegang tas dokumen di tangan, dan gaya jalannya sangat berkarisma.

“Nova.” Seorang pria menghampirinya, membawa seikat bunga di tangan dan menyerahkannya pada wanita itu, “Nova, ini untukmu. Apa kamu punya waktu malam ini? Aku sudah memesan tempat di Fairy Resto dan ingin mengajakmu makan malam bersama.”

Pria yang memberi bunga itu adalah Sardi Wangsa dari keluarga Wangsa yang merupakan salah satu dari empat keluarga terkaya di Rivera.

Semenjak Nova berhasil mendapatkan pesanan dari Arthur Group dan semenjak hubungannya dengan direktur utama Arthur Group, Ihsan Pamungkas, diketahui orang, keluarga Kurniawan menjadi semakin dikenal. Nova juga kembali menjadi wanita tercantik nomor satu di Rivera.

Setelah dia menjadi direktur utama di Yorda Group, perusahaan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perusahaan dikelolanya dengan sangat baik.

Dia juga semakin tenar, disebut sebagai direktur paling cantik di Rivera.

Meskipun Nova sudah punya suami, reputasi Chandra memang tidak bagus di Rivera. Jadi, para lelaki meremehkan Chandra dan tetap mengejar Nova. Mereka berharap bisa merangkul di wanita tercantik itu.

Nova melihat Chandra datang sambil mendorong motor listrik kecilnya. Dengan senyuman indah di wajahnya, dia mengabaikan Sardi dan berjalan menghampiri suaminya. Dia mencium suaminya itu di depan umum, lalu menggandeng lengannya dengan mesra.

“Sayang, orang ini mau mengajakku makan di Fairy Resto. Aku belum pernah ke sana.”

“Kalau dia mau mentraktirmu makan di sana, pergi saja. Kalau boleh, ajak aku juga. Aku juga belum pernah ke sana.”

Raut muka Sardi langsung berubah masam ketika mendengarnya. Dia berjalan menghampiri mereka dan berkata dengan dingin, “Chandra, aku Sardi Wangsa dari keluarga Wangsa. Aku akan memberimu satu miliar, asal kamu mau meninggalkan Nova!”

Setelah mengatakan itu, Sardi mengeluarkan sebuah kartu dan menyodorkannya pada Chandra.

“Sayang, aku terima atau nggak, ya?”

“Terserah kamu.” Nova tersenyum dan berkata, “Kalo menurutku kamu lebih baik mengambilnya. Satu miliar bisa puas makan di Fairy Resto.”

“Kalau begitu, aku akan mengambilnya.” Chandra tersenyum dan mengambil kartu yang disodorkan oleh Sardi, lalu bertanya sambil tersenyum, “Oh ya, apa kata sandinya?”

Sardi mengangkat kepalanya dan berkata, “Kata sandinya enam angka no. Ambil dan pergi. Mulai sekarang, kamu nggak ada hubungannya lagi dengan Nova.”

“Oke, kami akan segera cerai setelah pulang.” Chandra mengangguk dan berkata, “Sayang, ayo naik.”

Nova naik ke motor di belakang Sardi, mengulurkan lengannya dan memeluk pinggang suaminya. Kemudian, mereka pun pergi di depan mata Sardi.

Sardi merasa agak bingung. Setelah beberapa saat, dia baru sadar bahwa dia telah ditipu. Dia melempar bunga di tangannya ke tanah dengan kesal dan melihat Chandra yang sudah pergi di kejauhan, lalu berkata dengan geram, “Sialan. Urusan kita belum selesai!”

Chandra mengendarai motor listrik kecilnya dan membawa Nova pulang.

Setelah sampai di rumah, Nova duduk di sofa, mengulurkan tangannya yang putih dan mulus, dan menatap Chandra sambil tersenyum.

“Kenapa?” ​​Chandra memegang saku celananya dengan erat dan berkata, “Ini kan sogokan untuk bercerai denganmu. Ini uangku.”

“Bercerai apanya! Berikan padaku!” Nova berkata dengan wajah kesal, “Kamu makan di rumahku, minum di rumahku, barang yang kamu gunakan juga milikku. Untuk apa kamu menyimpan uang ini? Berikan uang satu miliar itu padaku. Kita simpan dulu. Nanti kalau kita punya anak, baru kita pakai. Memangnya membesarkan anak nggak perlu pakai uang?”

Chandra akhirnya mengeluarkan kartu yang diberikan oleh Sardi tadi dengan enggan, kemudian berkata, “Sayang, ini sudah berapa kali. Selama belasan hari ini, kalau ditambah-tambah, uang-uang yang diberikan orang-orang padaku agar bercerai denganmu mungkin sudah lebih dari empat miliar. Semua uang itu punyaku ….”

“Uang apa?” Terdengar suara dari pintu.

Mendengar itu, Nova langsung menyembunyikan kartu yang diberikan Chandra, dan buru-buru berkata, “Nggak, bukan apa-apa.”

Yani berjalan menghampiri mereka dan berkata dengan nada dingin, “Kamu ini, berani-beraninya menyembunyikannya dari Mama. Mama sudah mendengarnya di pintu tadi. Sogokan untuk bercerai denganmu. Ada empat miliar. Cepat keluarkan!”

Nova berkata, “Ma, beneran, nggak ada!”

Chandra mengangguk dan berkata, “Iya, beneran nggak ada.”

Yani menegur Chandra, “Aku sedang berbicara dengan putriku. Apa ini ada urusannya denganmu? Kamu lihat, sudah jam berapa ini? Kamu sudah masak? Cepat pergi masak sana!”

“Oke.” Chandra langsung berbalik badan dan pergi ke dapur untuk memasak.

Setelah sibuk memasak selama lebih dari setengah jam, dia pun keluar dari dapur dan satu keluarga makan bersama.

Setelah makan, Chandra menarik Nova masuk ke kamar dan bertanya dengan suara rendah, “Nova, kamu nggak bilang, ‘kan?”

Nova memutar bola matanya dan berkata, “Semua gara-gara kamu. Kenapa ngomong dengan suara sebesar itu? Sekarang uangnya sudah diambil semua sama Mama. Mama bilang, dia sudah merawatku selama dua puluh tahun lebih. Aku sudah bekerja sekarang, jadi dia mau minta uang pensiun!”

“Apa? Semua dikasih ke Mama?” Chandra membelalakkan matanya.

Dia benar-benar kekurangan uang akhir-akhir ini.

Semenjak dia menjadi menantu keluarga Kurniawan, dia tidak bekerja dan tidak punya uang sepeser pun. Uang rokok saja dibantu oleh Paul.

Nova berkata dengan tidak berdaya, “Iya, aku berikan semuanya. 200 juta yang diberikan oleh Pak Adit, 500 juta yang diberikan oleh Pak Wahyu, 600 juta yang diberikan Pak Dika, dan 1 miliar yang diberikan oleh Pak Sardi. Semuanya diambil oleh Mama.”

“Yah,” Chandra menghela napas dan berkata, “Semoga besok waktu aku menjemputmu pulang kantor, ada pria kaya lagi yang mau mengejarmu. Lalu, dia juga memberiku uang sogokan untuk bercerai denganmu. Sayang, tolong transfer beberapa ratus ribu dong. Aku nggak punya uang untuk beli rokok lagi.”

“Aku nggak percaya. Beberapa hari lalu waktu mencuci bajumu, aku lihat ada kartu hitam di kantung bajumu. Jangan bilang kalau di dalamnya nggak ada uang. Keluarkan. Aku yang akan menyimpannya!” Nova mengulurkan tangan dan meminta kartu itu pada Chandra.

Chandra mengeluarkan kartu hitam itu.

Kartu itu berwarna hitam dengan logo naga di atasnya, dan tidak ada nomor kartunya.

Nova tidak mengamati kartu itu dengan saksama ketika sedang mencuci baju Chandra. Setelah melihatnya sekarang, dia bertanya, “Ini kartu bank apa? Kenapa nggak ada nomor di atasnya?”

“Ini ….” Chandra ragu-ragu dan berkata, “Ini kartu bank yang dibuat bersama oleh beberapa bank besar, yang bisa digunakan di semua bank. Zaman sekarang, untuk apa lagi nomor kartu. KTP saja sudah ada E-KTP.”

Nova masih sedikit curiga, mengambil kartu itu dan bertanya, “Berapa kata sandinya, dan ada berapa banyak uang di dalamnya?”

“Kata sandinya delapan kali angka delapan. Kalau uang sih, di dalamnya nggak banyak.”

“Delapan angka dari mana?” Nova memarahi suaminya itu, “Mana ada kata sandi bank yang delapan angka?”

“Aku salah ingat. Berarti enam kali angka delapan.” Chandra tersenyum canggung.

Kartu ini tidak punya kata sandi. Berapa pun kata sandi yang dimasukkan, akan benar.

Kartu ini adalah Kartu Naga Hitam. Hanya ada satu di negara ini. Kartu ini adalah simbol status dan kekuasaan. Kalau saldo uang di dalamnya, dia benar-benar tidak tahu ada berapa, karena dia tidak pernah mencoba untuk menarik uang sebelumnya.

Namun, kartu ini dia dapatkan sebagai penghargaan atas jasanya selama sepuluh tahun dalam bidang militer. Mungkin ada banyak uang di dalamnya. Hanya saja, kalau sudah mencapai levelnya, uang bukanlah sesuatu yang tidak terlalu penting. Dia juga tidak peduli ada berapa banyak uang di dalamnya.

Sekarang ini, kalaupun dia harus memberikan uang ini pada Nova, dia juga tidak peduli. Karena, tanpa Nova, dia tidak akan menjadi dirinya yang saat ini. Semua yang dimilikinya diberikan oleh Nova.
Comments (2)
goodnovel comment avatar
fhisersam
ceritanya pasaran cuman di ganti nama tokoh dan diubah alur nya dikit, Pasti Tokoh Utamanya ga ngerasain malam pertama sampai akhir cerita walau sudah menikah.
goodnovel comment avatar
Mustakim Daeng Sijaya
mantap ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jenderal Naga    Bab 12

    Chandra tampak tak berdaya.Nova berkata, “Ambilkan gaun di dalam lemariku. Ada perjamuan penting mala mini.”Chandra bangkit dan berjalan menuju lemari, membuka pintu lemari dan bertanya, “Sayang, yang mana?”“Yang putih, dengan belahan V di leher.”“Nggak boleh pakai gaun ini. Kamu nggak boleh pakai yang terlalu terbuka seperti ini di luar. Gaun yang ini bagus.” Chandra mengambil sebuah gaun hitam berleher tinggi dan menyerahkannya pada Nova, lalu bertanya, “Ngomong-ngomong, perjamuan apa?”Nova berkata, “Hindi Sinaga mengadakan acara lelang. Ada banyak barang bagus yang dilelangkan. Tamu yang hadir juga orang-orang penting. Aku juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperluas koneksiku.”Chandra sedikit kaget mendengarnya, tapi tidak mengatakan apa-apa dan malah bertanya, “Apa perlu aku mengantarmu pakai motor?”“Aku naik taksi saja.”“Oh, oke.”Setelah berganti pakaian, Nova pun pergi.Di vila kediaman keluarga Sinaga.Ini adalah satu-satunya vila yang tersisa milik keluarga

  • Jenderal Naga    Bab 13

    Puluhan mobil jip melaju menuju vila keluarga Kurniawan. Tentara-tentara bersenjata lengkap menyerbu rumah mereka.Anggota keluarga Kurniawan lainnya langsung panik. Toni yang sudah tidur, terbangun dengan masih mengenakan piyamanya. Ketika melihat puluhan tentara berada di sana, wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Dia buru-buru bertanya, “Ada apa?”“Bawa pergi.”Setelah perintah itu, Toni ditahan oleh dua tentara dan dibawa pergi dengan paksa.Anggota keluarga Kurniawan lainnya yang sudah tidur juga dibawa paksa.Sementara itu, di rumah Nova.Boni dan Yani sudah tidur.“Bruk!” Pintunya didobrak sampai terbuka. Kemudian, sekelompok orang masuk dan membawa mereka pergi dengan paksa.Di lantai atas Rivera Hotel, di sebuah ruang rahasia.Nova diikat, dan setelah beberapa saat, anggota keluarga Kurniawan lainnya juga dibawa ke sana. Kakeknya ayahnya, paman pertamanya Om Hardi, paman keduanya Om Jaka, dan puluhan orang dari keluarga Kurniawan semuanya dibawa ke sana. Semuanya diikat.M

  • Jenderal Naga    Bab 14

    Ada dua luka berdarah di wajah Nova yang cantik. Darahnya menetes ke pipi dan menodai lehernya.Penglihatannya kabur, karena air mata terus menetes.Air matanya mengalir dan bercampur dengan darah di wajahnya.Dia sudah putus asa.Dia merasa tidak berdaya menghadapi Radika, komandan dari keluarga Sinaga itu.Dia benci!Dia benci pada dirinya yang dulu. Mengapa dia harus menerobos masuk ketika mendengar ada teriakan minta tolong di tengah kebakaran itu!Hanya karena dia menolong satu orang, dia terluka bakar dan harus hidup menderita selama sepuluh tahun!Setelah menderita luka bakar itu, dia menjadi bahan olokan dan tertawaan teman-temannya!Teman-teman yang dulu berteman baik dengannya juga ikut mengabaikannya!Teman-teman di kelas kalau melihatnya seperti melihat orang berpenyakit, menjauh darinya!Dia tidak disukai oleh keluarganya, dan bahkan orang tuanya sendiri memandangnya dengan rendah!Setelah lukanya sembuh total, dia merasa penderitaannya selama sepuluh tahun terakhir tidak

  • Jenderal Naga    Bab 15

    “Orang itu adalah aku.”Satu kalimat pendek, tapi kalimat itu menggelegar di telinga semua orang yang ada di sana bagaikan petir, membuat pikiran mereka kosong, membuat mereka bingung.Bahkan, Radika yang berada di panggung juga tertegun sejenak.Dia adalah wakil komandan di perbatasan barat yang telah mengalami banyak pertempuran, tetapi dia juga dibuat terpana oleh teriakan Chandra.Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi saat itu. Ketika dia sadar, dia melihat seorang pria berjalan masuk.Orang itu mengenakan topeng hitam di wajahnya dan aura dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Aura dingin itu seolah menurunkan suhu ruangan itu.“Dia?”“Pria bertopeng itu yang membunuh Ahmad Sinaga!”Orang-orang di ruangan itu mulai menyadarinya. Wajah mereka pucat karena ketakutan ketika melihat Chandra berjalan mendekat.Setengah bulan yang lalu, tangan Denis Sinaga dipatahkan dan kepala Ahmad Sinaga dipotong. Pemandangan tubuh Ahmad yang terbaring dalam genangan darah muncul di benak semua o

  • Jenderal Naga    Bab 16

    Rivera adalah kota pusat kedokteran.Delapan puluh persen bahan obat tradisional di dunia dikirim dari sini.Ada grup farmasi dengan nilai pasar ratusan triliun, dan ada ratusan ribu pabrik pengolahan bahan obat, baik itu yang besar maupun yang kecil.Di sini, pasti ada klinik pengobatan tradisional di setiap jalan dan gang.Jalan Nantaboga adalah jalan yang paling “multicultural” di Rivera. Di sini adalah tempat berkumpulnya tiga agama dan sembilan aliran, ada yang menjual barang antik, ada KTV, bar, dan panti pijat.Ada sebuah klinik di Jalan Nantaboga ini.“Klinik Mortal.”Di sinilah tempat bawahan Chandra, Paul, menetap di Rivera.Chandra adalah Dokter Sakti. Paul telah mengikutinya selama bertahun-tahun dan tahu sedikit tentang kedokteran. Memeriksa orang yang masuk angin ataupun yang memar karena pukulan bukan hal yang sulit baginya.Saat ini di atas meja operasi, di Klinik Mortal.Chandra menatap Nova yang wajahnya berlumuran darah. Lutut wanita itu robek dan kotor karena debu.

  • Jenderal Naga    Bab 17

    Matahari terbit, menyinari bumi yang gelap gulita. Warga kota satu per satu bangun, mandi, dan memulai hari baru mereka.Pagi ini di ruangan direktur utama kantor Arthur Group.“Pak, sesuatu yang besar terjadi semalam.” Seorang wanita seksi dan cantik berdiri di samping Ihsan Pamungkas dan menjelaskan secara detail apa yang terjadi di acara lelang yang diadakan oleh keluarga Sinaga tadi malam.“Radika menangkap Nova dan keluarga Kurniawan?” Ihsan sedikit terkejut mendengarnya, lalu bertanya, “Apa Radika akhirnya mati?”“Benar, Pak. Dari informasi yang kami terima, Radika awalnya berencana untuk membalas dendam pada keluarga Kurniawan dulu, baru kemudian membalas dendam pada Arthur Group. Tapi, ketika dia menangkap Nova Kurniawan, pria bertopeng yang membunuh Ahmad Sinaga datang dan membunuhnya.”Ihsan melambaikan tangannya pelan, “Oke, kamu boleh pergi.”Setelah sekretarisnya pergi, Ihsan tersenyum kecil dan bergumam pada dirinya sendiri, “Berani sekali dia mengganggu Nova. Memang ngg

  • Jenderal Naga    Bab 18

    Chandra tidak mau ikut campur. Dia berkata, “Kirimkan aku sedikit uang. Aku mau beli sarapan untuk Nova.”Paul berkata, “Aku akan mentransfernya.”Chandra keluar dari klinik, pergi ke jalanan dan membeli bubuk untuk Nova.Ketika dia kembali, Nova sudah bangun.Wajah Nova masih terbungkus kain kasa. Dia berbaring di tempat tidur dan matanya kosong. Dia melamun sambil menatap langit-langit.Chandra berjalan mendekat, meletakkan sarapan yang dibelinya, dan memanggil Nova dengan lembut, “Sayang.”Nova tidak menanggapi.Chandra meraih tangannya, “Sudah, semuanya sudah berakhir.”Nova menoleh sedikit, menatap Chandra, kemudian mulai terisak pelan. Badannya sedikit gemetar dan ekspresinya panik, “Aku, aku sudah membuat Radika Sinaga tersinggung. Aku sudah hancur. Pergilah. Aku nggak ingin membuatmu terlibat.”Chandra menghibur, “Nggak apa-apa. Aku lihat berita hari ini, sepertinya dia dibunuh oleh seorang bertopeng hitam. Saat ini, polisi sedang mencari pembunuhnya.”Nova kaget mendengarnya.

  • Jenderal Naga    Bab 19

    “Pa,” panggil Nova, “Aku baik-baik saja.”“Boni, siapa yang datang?” Terdengar suara dari dalam rumah.Yani berjalan keluar. Ketika melihat Nova, raut mukanya langsung berubah masam. Dia berkata dengan dingin, “Anak pembawa sial. Untuk apa kamu pulang?”“Ma.”“Jangan panggil aku Mama. Aku nggak punya anak perempuan sepertimu.” Yani menatap Nova yang wajahnya dibalut oleh kain kasa dengan tidak senang.Gara-gara Nova, dia diikat dan sangat menderita waktu itu.Untung saja Radika Sinaga sudah mati. Kalau tidak, keluarga Kurniawan pasti akan celaka.Ketika kembali, Toni Kurniawan marah besar dan memerintahkan untuk mencabut status Nova sebagai direktur utama di Yorda Group, kemudian mengeluarkan Nova dari keluarga Kurniawan. Mereka juga mengumumkan kepada publik bahwa sejak saat itu, mereka tidak memiliki anggota keluarga yang bernama Nova lagi di keluarga Kurniawan.“Yani, kenapa kamu begitu?” Boni mengerutkan dahinya dan berkata, “Meskipun Papa mengeluarkan Nova dari keluarga Kurniawan,

Latest chapter

  • Jenderal Naga    Bab 1899

    Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd

  • Jenderal Naga    Bab 1898

    Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie

  • Jenderal Naga    Bab 1897

    Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba

  • Jenderal Naga    Bab 1896

    Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.

  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

  • Jenderal Naga    Bab 1894

    Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.

  • Jenderal Naga    Bab 1893

    Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete

  • Jenderal Naga    Bab 1892

    Chandra membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan ringan. Raja Januar pernah mengatakan bahwa orang yang memiliki Akar Dewa Murni akan memiliki kepekaan terhadap energi alam yang jauh lebih tinggi daripada orang biasa.“Ah, aku tidak bisa merasakannya,” jawab Maggie. Maggie tampak sedikit terkejut, tidak memahami mengapa Chandra menanyakan hal itu.“Tidak bisa merasakannya?” Chandra tertegun tak menyangka. Maggie adalah orang yang cerdas dengan bakat luar biasa dalam seni bela diri. Jika orang sepertinya bukan pemilik Akar Dewa Murni, lalu siapa?“Kamu sudah pernah mengonsumsi Naga Yu?” tanya Chandra lagi.Maggie menggeleng. “Naga Yu itu hanya ada beberapa, aku tidak seberuntung itu. Aku hanya meminum Darah Naga.”“Setelah meminum Darah Naga, apa tubuhmu mengalami sesuatu yang aneh?”Mendengar pertanyaan itu, Maggie menampakkan raut wajah serius yang jarang terlihat. Ia mengangguk perlahan dan berkata, “Memang ada. Kadang-kadang, aku merasa sangat agresif, ada dorongan kuat dalam hat

  • Jenderal Naga    Bab 1891

    Raja Januar berbicara kepada Chandra tentang Akar Dewa Murni. Mereka yang memiliki kekuatan ini mampu mempelajari apa pun dengan sangat cepat. Mereka adalah orang-orang yang terlahir untuk menghadapi bencana besar.“Bencana … apa itu sebenarnya?” pikir Chandra.Menurut dugaan Raja Januar, bencana itu adalah ketika segel-segel kuno terbuka, membawa malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia di bumi. Namun, leluhur bumi sudah merencanakan cara untuk melawan bencana ini: memanfaatkan Empat Hewan Keberuntungan. Manusia bumi akan memburu Hewan-Hewan Keberuntungan itu, mendapatkan darahnya, dan memperpanjang umur mereka agar siap menghadapi bencana tersebut.Namun, musuh sudah menduga rencana leluhur bumi ini dan diam-diam merusak kekuatan Empat Hewan Keberuntungan.“Semua ini hanya dugaanku dari informasi yang ditinggalkan Kaisar Pertama di makamnya,” Raja Januar menjelaskan, “entah benar atau tidak, kita butuh waktu untuk membuktikannya.”“Tapi, rasanya dugaanku ini tidak jauh dari ke

DMCA.com Protection Status