Leon adalah cucu tertua keluarga Kurniawan. Seluruh keluarga membelanya ketika dia dipukuli.Seketika, Chandra menjadi sasaran semua orang. Bahkan Boni sekeluarga juga terlibat.Untuk kesekian kalinya, Nova dicaci maki lagi. Pembawa sial dan berbagai kata yang tidak enak didengar keluar dari mulut mereka tanpa henti.Selain itu, ada beberapa orang meminta Toni untuk mengambil kembali saham di tangan Boni.Wajah Leon penuh dengan rasa bangga ketika dia melihat semua orang membantunya.Leon pun menatap Chandra dengan dagu terangkat. Raut wajahnya seolah sedang berkata, kamu hanya anjing keluarga Kurniawan. Berani-beraninya pukul aku, benar-benar bodoh.Wajah Toni juga terlihat marah.Dia sedang mengadakan pertemuan keluarga. Chandra hanya seorang menantu, berani-beraninya Chandra memukul anggota keluarga Kurniawan.Chandra belum mengatakan apa-apa, Yani telah menampar dahi Chandra lebih dulu dan membentaknya, “Kurang ajar, cepat berlutut.”Chandra memasang raut wajah dingin. Dia tidak ha
Namun, Chandra adalah Naga Hitam, salah satu dari Lima Jenderal. Dalam prinsipnya, dia lebih baik mati dalam perang daripada hidup tapi harus berlutut.Dulu Chandra pernah jatuh ke tangan musuh. Dia dipukul delapan ratus kali hingga seluruh tubuhnya penuh dengan luka. Namun, dia tetap tidak berlutut.Sekarang Chandra adalah menantu keluarga Kurniawan, suami Nova. Dia bersumpah tidak akan melukai hati Nova, juga tidak membuat Nova sedih.“Dia yang menghina Nova, dia yang harus minta maaf.” Chandra menunjuk ke arah Leon, lalu berkata, “Nova nggak ada hubungan apa-apa dengan Ihsan. Ihsan bekerja sama dengan Arthur Group karena aku pernah menyelamatkannya ketika aku masih jadi tentara. Dia berutang budi padaku.”Chandra tidak ingin Nova menderita lagi, tapi dia juga tidak ingin keluarga Kurniawan mengetahui identitas aslinya.Setelah mendengar perkataan Chandra, semua orang baru tahu ternyata masalahnya seperti itu.Chandra berkata lagi, “Kalau kalian ingin kartu undangan untuk upacara pel
Di luar villa keluarga Kurniawan.“Cukup.”Nova tiba-tiba melepaskan tangan Chandra dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca, “Chandra, kamu masih belum cukup berulah? Di sini keluarga Kurniawan. Kalau kakek suruh kamu berlutut, kamu harus berlutut. Kenapa kamu begitu keras kepala?”“Nova, aku ....”“Kamu pulang saja sendiri.”Nova tidak banyak bicara. Perempuan itu memutar badannya dan masuk ke dalam rumah lagi.Chandra terpaku di sana, tampak tak berdaya.Dia adalah Naga Hitam, kapan dia pernah diperlakukan seperti ini.Namun, demi Nova, dia tetap memilih untuk bersabar.Chandra tahu bagi Nova, pendapat keluarganya jauh lebih penting dari apa pun. Setelah Nova kembali lagi ke dalam rumah, Chandra tidak mengejarnya. Dia hanya menunggu di luar.Chandra duduk di tangga di luar villa, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Paul, “Aku mau ketemu Arya.”Yang bisa Chandra lakukan sekarang hanyalah mendapatkan undangan untuk Nova
Meskipun Chandra berada di level yang sama dengan Arya, dia tidak pernah menganggap Arya sebagai orang penting.Tidak hanya Arya. Sekalipun keempat jenderal lainnya berkumpul bersama, Chandra juga tidak akan menganggap mereka penting.“Tunggu.” Arya tiba-tiba menghentikan Chandra yang hendak pergi.“Hmm?” Chandra berhenti dan menatap Arya, “Masih ada hal lain?”“Radika adalah bawahanku.” Arya terlihat cukup marah. Radika adalah bawahannya, bawahannya itu telah dibunuh oleh Chandra. Namun, Chandra tidak memberikan penjelasan apa pun padanya.“Memangnya kenapa?” kata Chandra dengan acuh tak acuh.“Nggak beri aku penjelasan?”“Aku sudah bilang, dia pantas mati. Aku nggak minta kamu kasih undangan. Kalau kamu mau kasih ya kasih saja. Kalau nggak, ya sudah.”Selesai berkata, Chandra langsung pergi begitu saja.Setelah dia pergi, seorang pria berjalan keluar dari kegelapan.“Pak Arya, sombong sekali dia.”Arya mengibaskan tangannya dan tersenyum getir, “Dia memang begitu. Jangankan aku, seka
Chandra sudah sampai di rumah.Pria itu baru saja keluar dari lift, belum masuk ke rumah. Kemudian, dia mendapat telepon dari Paul.“Kak Chandra, dari pihak Arya sudah kasih kabar, katanya undangan sudah diantar ke rumah keluarga Kurniawan.”“Oke.”Chandra langsung menutup telepon.Kemudian, Chandra mengetuk pintu.Indah, istri Hendro, yang membukakan pintu. Perempuan itu langsung menekuk wajahnya ketika melihat orang di balik pintu adalah Chandra. “Dasar orang nggak berguna, untuk apa kamu pulang?”Chandra memilih untuk mengabaikannya saja. Dia berjalan masuk ke dalam rumah, lalu melihat Nova yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Dia pun berkata sambil tersenyum, “Nova, aku sudah minta tolong orang dari Tentara Militer Barat antarkan undangan ke rumah keluarga Kurniawan.”Nova menatap Chandra dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya, lalu bertanya, “Tentara Militer Barat, loh. Bagaimana caranya kamu minta tolong sama mereka?”Chandra tersenyum dan menjawab, “Kamu sudah lupa? Aku dulu
“Memang keluarga Prasetyo lebih hebat.”“Tentu saja, Dhafin Farma milik keluarga Prasetyo adalah salah satu perusahaan terbesar di Kota Rivera. Papa Kosim memiliki banyak teman, pasti punya lebih banyak koneksi.”“Untung saja ada Kosim. Kalau bukan karena dia, keluarga kita nggak mungkin bisa mendapatkan undangan.”“Linda sudah menemukan pacar yang baik, benar-benar buat keluarga Kurniawan bangga.”Orang-orang mulai menjilat di depan Kosim.Kosim pun benar-benar melayang dan hanyut dalam perlakuan ini. Dia pun berkata dengan bangga, “Aku sudah bilang, ini hanya masalah sepele.”Tepat ketika keluarga Kurniawan tenggelam dalam luapan kegembiraan karena mendapat undangan, Chandra membawa Nova masuk ke ruangan. Di belakangnya juga ada Yani, Boni, Hendro dan Indah.Raut wajah orang-orang keluarga Kurniawan seketika menjadi muram ketika mereka melihat Nova sekeluarga datang lagi.Linda langsung berdiri dan berkata dengan dingin, “Untuk apa kalian datang ke sini lagi?”“Adikku Linda,” kata No
Chandra hanya ingin membuat Nova senang, itu saja.Tidak disangka, dia meminta Arya untuk mengantar surat undangan, tapi yang mendapat pujian malah orang lain. Hal itu juga membuat Nova salah paham padanya.Setelah Chandra menelepon Paul, dia pun pergi mengejar Nova.“Nova.”Chandra berlari menghampiri Nova dan memegang tangan perempuan itu, lalu menjelaskan, “Dengarkan aku, Nova. Aku benar-benar nggak bohong sama kamu. Aku yang minta orang antarkan undangan itu. Siapa sangka, malah orang lain yang dapat pujian.”“Dasar sampah, sampai sekarang kamu masih saja berani berkata seperti itu.” Yani membentak keras, “Masih merasa nggak cukup memalukan?”Hendro juga ikut mengompori, “Kak, dia hanya orang yang pernah jadi tentara, bisa apa dia. Cepat cerai dengannya saja.”Mata Nova berkaca-kaca, “Sudah cukup, Chandra. Terima kasih kamu pernah merawatku dengan begitu baik. Terima kasih sudah sembuhkan aku. Tapi sekarang aku nggak mau lihat kamu. Kamu pergi saja.”Selesai berkata, Nova langsung
“Emm?”“Belikan aku Edelweis Business Center di Kota Rivera yang baru dibangun itu.”“Haa?”Paul langsung tertegun mendengar hal ini.Edelweis Business Center yang terletak di tengah Kota Rivera adalah kota bisnis yang baru saja dibangun. Pusat bisnis ini terdiri dari 50 bangunan lebih dengan 50 lantai, di sampingnya masih terdapat pasar malam, toko-toko antik dan juga tempat pejalan kaki.Edelweiss Business Center kini telah selesai dibangun. Beberapa pengusaha properti besar saling bekerja sama untuk membangun pusat bisnis ini dan menjadikannya sebagai pusat bisnis yang paling ramai di Negara ini.“Kenapa? Uangnya nggak cukup? Kalau begitu kamu bisa menggunakan hubunganmu untuk menekan harga.”Paul melihat ke arah Chandra sekilas, lalu bertanya, “Bang, apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan? Uang yang kita punya kalau digabung ini baru senilai 400 triliun, kamu mau membeli Edelweis Business Center itu bukanlah uang yang sedikit!” “Apa kamu tahu, harga tanahnya saja sudah sangat ma
Chandra mulai merangkai kebohongan, dan Xena mempercayainya tanpa ragu. Melihat Chandra yang kini begitu kuat hingga mampu mengalahkan seorang ahli dengan tujuh segel terbuka, hati Xena dipenuhi rasa bangga dan lega.“Oh ya,” ucap Xena tiba-tiba, tersenyum jahil kepada Chandra. “Aku datang ke tempat ini sebenarnya untuk mencari sebuah benda suci yang bisa menyembuhkan ayahmu. Saat aku tiba di Gunung Naga, aku bertemu dengan orang-orang Suku Tujuh Bintang. Aku melihat mereka sedang menjaga sebuah pohon. Saat mereka lengah, aku mencurinya dan menyembunyikannya. Aku akan menunjukkan tempatnya padamu.”Mendengar hal itu, Chandra pun tertarik pada pohon tersebut. Benda yang bahkan membuat ahli tujuh segel menginginkannya pasti bukan benda biasa.“Baik,” jawabnya sambil mengangguk.Keduanya lalu berdiri dan mulai berjalan. Di bawah panduan Xena, Chandra melintasi Gunung Naga. Setelah berjalan sekitar dua jam, mereka akhirnya sampai di bagian dalam hutan Gunung Naga.Xena menghentikan langkah
Menghadapi teratai hitam itu, Wira bahkan tidak mampu berbicara dengan lancar. Chandra sendiri tidak menyangka bahwa Wira akan ketakutan seperti ini. Padahal, kekuatan ini hanyalah kemampuan Alam Mahasaktinya yang baru saja terbangkitkan.“Ini adalah kekuatan Mahasaktiku,” kata Chandra dengan suara tenang.“Kau… kau bukan manusia. Kau… kau iblis?” Suara Wira bergetar, giginya gemeretak karena rasa takut. “Kau adalah iblis asing, iblis yang dulu ditinggalkan di Bumi!”Chandra mengerutkan kening. Iblis? Ditinggalkan di Bumi? Namun, ia tidak ingin memikirkan hal itu sekarang. Raut wajahnya berubah, memancarkan niat membunuh yang dingin.Wira kembali jatuh berlutut, kali ini ia menundukkan kepalanya dan mulai membenturkan dahinya ke tanah. “Yang Mulia Raja Iblis, tolong jangan bunuh aku! Aku bersedia menjadi budakmu seumur hidup!”Ketakutan Wira semakin memuncak. Iblis—makhluk itu terlalu menakutkan. Dahulu kala, seluruh dunia pernah bersatu untuk melawan para iblis. Namun, meskipun para a
Wira melarikan diri dengan kecepatan luar biasa. Dalam satu langkah, ia sudah berada ratusan meter jauhnya. Namun, Chandra tidak kalah cepat. Tubuhnya, yang diperkuat oleh kekuatan Teratai Iblis, memberinya tenaga yang luar biasa. Dengan mengerahkan seluruh kemampuannya, ia berhasil mengejar Wira, hingga akhirnya memotong jalannya di tengah hutan belantara.Wira terhenti, terengah-engah. Tenaganya habis, terutama di lengan yang terus mengalirkan darah dari luka parah. Dengan tatapan dingin, Chandra berdiri menghadangnya. Wira hanya bisa menatap tanpa daya.Dengan suara rendah, Wira mencoba berbicara, “Chandra, jangan keterlaluan. Aku berasal dari Alam Niskala. Tidak lama lagi, alam kami akan menyatu dengan Bumi. Saat itu, para ahli dari tempatku akan datang ke sini. Jika kamu membunuhku sekarang, hidupmu tidak akan aman. Mereka akan mencarimu sampai ke ujung dunia!”Wira tahu ia tidak mampu menandingi Chandra. Ancaman ini adalah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan dirinya. Namun,
"Datang dari Alam Niskala?" Dengan nada dingin dan tegas, Chandra berkata, "Makhluk dari Alam Niskala tidak pernah menganggap manusia Bumi sebagai sesama manusia. Kalian memperlakukan kami seperti budak, membantai sesuka hati. Semua dendam ini harus diselesaikan, dan aku akan memulainya dari Paviliun Tujuh Bintang."Chandra mengepalkan tinjunya, dan aura kegelapan yang begitu kuat memancar dari tubuhnya. Atmosfer di sekitar mereka berubah, terasa lebih berat dan penuh ancaman.“Serang!” perintah Wira dengan tegas.Beberapa muridnya langsung mencabut pedang, dan bilah-bilah cahaya pedang melesat tajam menuju Chandra. Namun, Chandra tidak bergerak. Ia berdiri kokoh seperti gunung, tak bergeming sedikit pun.Saat serangan itu hampir menyentuhnya, tubuh Chandra melesat dengan kecepatan luar biasa, menghindari setiap serangan seperti bayangan yang sulit ditangkap. Dalam hitungan detik, ia melancarkan serangan balasan. Satu pukulan menghantam salah seorang murid, dan tubuhnya hancur seketik
Menghadapi Chandra, Wira merasakan ketakutan yang menusuk hingga ke dasar jiwa. Ini bukan rasa takut biasa—melainkan ketakutan yang muncul dari lubuk hati terdalam, seolah-olah di hadapannya berdiri makhluk yang bukan manusia.Chandra menatapnya dengan santai, seolah-olah semua yang ada di depannya tidak berarti apa-apa, lalu berkata dengan nada tenang, “Namamu Wira, bukan?”“Ya, aku Wira, Wakil Kepala Suku Tujuh Bintang Alam Niskala,” jawab Wira sambil menatap Chandra dengan penuh kewaspadaan.Aura yang dipancarkan Chandra begitu menekan, membuat Wira sulit bernapas. Setiap gerakan Chandra seperti mengandung ancaman yang tak terlihat.“Level kekuatanmu ada di mana?” tanya Chandra sambil melirik dokumen di tangannya. Dokumen itu berisi informasi tentang tokoh-tokoh kuat dari Alam Niskala, namun ia belum sempat membacanya.Wira sebenarnya enggan menjawab, tapi tekanan dari Chandra begitu besar hingga ia tidak berani melawan. Dengan suara pelan, ia menjawab, “Aku berada di tingkat Alam M
“Tidak perlu terburu-buru,” Seorang pria yang mengenakan jubah biru duduk santai di atas sebuah batu besar. Rambut panjangnya terurai seperti gaya orang zaman kuno. Dengan sikap santai, dia berkata, “Pohon Dewa ini telah kami jaga selama lebih dari setengah tahun, tetapi dicuri oleh wanita ini. Jika kita tidak mendapatkannya kembali, aku tidak akan puas. Kalau tidak ada yang membawanya kembali, barulah kita menyerbu Negara Januar.”“Wanita ini bilang bahwa Pohon Dewa telah dibawa kabur oleh rekannya. Dia adalah putri Raja Januar, jadi yang membawa Pohon Dewa itu pasti orang dari Negara Januar. Bukankah lebih baik kita langsung menyerbu ke sana?” saran salah satu anggota kelompok itu.Namun, pria berjubah biru itu, yang dikenal sebagai Tuan Muda Wira, mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka tenang. “Tidak perlu terburu-buru. Kita tunggu beberapa hari lagi.”“Baik,” jawab yang lain tanpa berani membantah.Kelompok ini merupakan makhluk dari Alam Niskala yang muncul di bumi seta
“Chandra, jangan gegabah.” Jamal segera mengingatkan.“Lebih baik aku sendiri yang pergi,” ujar Raja Januar. “Xena itu pasti ditangkap oleh seorang pesilat dari Alam Niskala. Saat ini, para pesilat bumi terlalu lemah. Mereka sama sekali bukan tandingan pesilat dari Alam Niskala. Kita tidak bisa melawan mereka secara frontal. Lebih baik kita berkompromi.”Raja Januar sangat memahami betapa kuatnya makhluk dari Alam Niskala. Selama bertahun-tahun, banyak yang datang untuk menantangnya. Setiap kali, dia selalu kalah telak dan hampir kehilangan nyawa. Dia tidak ingin Chandra pergi ke Gunung Naga Suci dan mengalami hal buruk.Namun, Chandra menatap Jamal dan Raja Januar dengan tatapan serius dan berkata, “Paman, Kakek, biar aku yang pergi. Aku sekarang sudah lebih dari cukup kuat untuk menghadapi mereka. Kalau mereka berani menyakiti ibuku, aku akan menghancurkan mereka semua!”Tatapan Chandra dingin dan penuh keyakinan.“Kamu?” Raja Januar memandang Chandra dengan ragu.Chandra tersenyum t
Chandra menekan bagian atas Jarum 81 Langit. Dalam sekejap, jarum-jarum halus itu terlepas dari rangkaiannya, berubah menjadi delapan puluh satu jarum terpisah. Dengan cepat, ia menyalurkan energi sejatinya ke dalam jarum-jarum tersebut. Seketika, jarum-jarum itu memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Tanpa membuang waktu, Chandra mulai melakukan pengobatan. Dalam waktu singkat, delapan puluh satu jarum itu sudah tertancap di titik-titik vital tubuh Raja Januar. Sensasi nyaman menyelimuti Raja Januar. Tubuhnya terasa dipenuhi energi hangat yang menyegarkan. Luka-luka parah di tubuhnya sembuh dengan kecepatan luar biasa. Kurang dari sepuluh menit, Raja Januar sudah pulih sepenuhnya. Setelah selesai, Chandra mencabut semua jarum. Raja Januar bangkit, menggerakkan tubuhnya, dan dengan takjub berkata, “Luar biasa! Aku tadi hampir mati, tapi sekarang tubuhku sembuh total. Ini lebih hebat dari obat mana pun!” Chandra memandang Jarum 81 Langit di tangannya. Benda ini ditemukan
Jamal sangat bersemangat. Tiga tahun yang lalu, dia mendapat kabar bahwa Chandra gugur dalam pertempuran di Istana Bunga. Dia langsung bergegas ke sana. Namun, saat dia tiba, Istana Bunga sudah hancur menjadi puing-puing.Dia mengerahkan orang-orang untuk menggali di antara reruntuhan, tetapi yang mereka temukan hanyalah Pedang Naga Pertama milik Chandra dan Jarum 81 Langit yang ditinggalkan setelah kematian Chandra. Tidak ada jejak tubuh Chandra.Karena itu, dia mengira Chandra telah tiada. Bukan hanya dia, bahkan seluruh dunia persilatan juga menganggap Chandra sudah meninggal. Siapa sangka, setelah tiga tahun, Chandra kembali muncul di hadapannya, hidup-hidup.“Paman, bagaimana dengan Chaca? Kali ini aku datang untuk menemuinya,” tanya Chandra.Jamal menjawab, “Chaca sekarang sedang sekolah. Dia sudah masuk taman kanak-kanak dan belajar di TK Kerajaan Negara Januar. Masih ada dua jam lagi sebelum jam pulang.”Mendengar itu, Chandra merasa lega. “Oh iya, aku dengar kakek mengalami lu