Saat makan malam, Yani menyadari ada yang tidak beres dengan Nova. Dia spontan bertanya, “Ada apa, Nova? Kenapa mukamu cemberut begitu?”“Nggak apa-apa, Ma.”“Masih saja bilang nggak apa-apa. Semua sudah tertulis jelas di mukamu.”“A-ada sedikit masalah di perusahaan,” jawab Nova tanpa daya. “Niroga Farma berutang 60 miliar pada Wasa Group. Aku hari ini pergi ke Niroga Farma ....”Nova menceritakan tentang dia pergi ke Niroga Farma serta pabrik Wasa Group yang diserang sampai tidak bisa beroperasi.“Aku juga nggak menyangka kalau Niroga Farma punya bekingan yang begitu kuat. Mereka punya orang di mana-mana. Sekarang aku gagal menagih utang mereka, malah menyebabkan masalah yang lebih banyak,” ujar Nova.“Cari Tuan Chandra saja,” celetuk Yani tiba-tiba. “Tuan Chandra sangat hebat. Dia pasti bisa selesaikan masalah ini dengan mudah.”“Li-lihat nanti saja.”Nova makan sedikit dengan tergesa-gesa. Selesai makan, dia langsung kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Dia sangat lelah, karena
Paul tidak bertanya apa-apa lagi. Dia langsung mengemudikan mobilnya menuju kantor pusat Niroga Farma.Sesampainya mereka di sana, seluruh karyawan Niroga Farma sudah pulang kerja. Seluruh gedung gelap gulita.“Kak Chandra, ini sudah hampir jam 10. Semua orang juga sudah pulang. Bagaimana kalau kita datang lagi besok?”“Besok apanya? Ke pabrik Niroga.”“Baik.”Paul memutar balik arah dan pergi ke pabrik Niroga Farma. Pabrik Niroga Farma berada di pinggiran kota, agak jauh dari posisi mereka saat ini. Saat mereka menuju ke pabrik, di sisi lain Filbert juga telah memberi perintah untuk mengumpulkan seribu anak buahnya dan menyiapkan 300 unit ekskavator. Setelah itu, mereka bergegas menuju pabrik Niroga Farma.Filbert juga memiliki identitas yang lain, yaitu Cakra, Dokter Sakti dari Kota Rivera. Sedangkan Filbert adalah identitasnya yang lain. Dia yang mengendalikan jaringan intelijen dunia mafia. Bagaimana mungkin dia tidak tahu tentang Niroga Farma.Niroga Farma memiliki banyak pemegang
Hanya dengan satu kali perintah, 300 unit ekskavator beraksi pada pada waktu yang bersamaan. Tiga ratus mesin langsung menyala. Seketika muncul suara gemuruh yang memekakkan telinga. Suara itu bagaikan gempa bumi, bahkan tanah sekitar area pabrik juga ikut bergetar.Pada saat ini, sebuah mobil melaju dengan cepat ke pabrik. Begitu mobil berhenti, seorang pria gemuk paruh baya keluar dari mobil. Dia berdiri di depan ekskavator dan berteriak, “Aku mau lihat siapa yang berani.”Pria yang datang dengan cepat itu tidak lain adalah Duma Watson, orang-orang memanggilnya Duma. Dia adalah salah satu bos dunia mafia di Kota Rivera.Seiring dengan kedatangan Duma, muncul pula 3.000 pria berbaju hitam dengan tongkat besi di tangan mereka. Tiga ribu orang itu mengepung 300 unit ekskavator dan seribu orang yang diutus Filbert.Begitu melihat Duma membawa orang datang, Paul langsung bertanya, “Kak Chandra, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Chandra mengibaskan tangannya pelan dan berkata, “Janga
Tedy dipukul sampai hanya bisa terpelongo. Dia sungguh tidak tahu mengapa Duma tiba-tiba menyerangnya.Tedy yang dipukul dan ditendang terus memohon ampun, “Pak Duma, aku salah, aku yang salah. Jangan pukul aku lagi, aku mohon jangan pukul aku lagi.”Setelah merasa cukup memukul Tedy, Duma langsung berlutut dan memohon dengan suara keras, “Kak Chandra, aku mohon anggap saja aku hanya omong kosong barusan.”Tedy benar-benar terpelongo ketika melihat Duma berlutut. Bukankah pria itu Chandra, suami Nova sekaligus menantu keluarga Kurniawan yang tidak berguna? Mengapa Duma berlutut padanya?Tedy yang kebingungan berusaha berdiri. Namun, tempurung lututnya pecah. Begitu dia berdiri, dia langsung jatuh lagi ke tanah.Chandra menatap Duma yang sedang berlutut, lalu berkata dengan tenang, “Aku mau runtuhkan tempat ini sampai rata dengan tanah. Kamu mau hentikan aku?”“Nggak, aku nggak berani ....” Duma sama sekali tidak marah, dia pun segera berkata, “Ka-Kak Chandra, nggak perlu kalian turun t
Pabrik pemrosesan Wasa Group sudah diliburkan. Andi cemas bukan main. Baru saja perusahaan mendapat pesanan dan akhirnya bisa mulai bekerja, muncul masalah lagi.“Bu Nova, bagaimana Bu Nova bisa menyinggung Tedy dari Niroga Farma? Bagaimana kalau Bu Nova pergi mengakui kesalahan dan minta maaf padanya saja? Kalau dibiarkan begini terus, yang rugi kita.”Nova merasa sangat kesal. Mengakui kesalahan? Dia tidak bersalah, bagaimana mungkin dia mau pergi mengakui kesalahan apalagi meminta maaf!“Aku mengerti, kamu keluar saja.”“Baik.”Andi meninggalkan ruangan. Nova duduk di kursi kerjanya, dengan wajah tertunduk lesu, sama sekali tidak bersemangat. Saat ini, dia sungguh tidak berdaya. Perusahaan sedang dalam masalah, tapi dia tidak bisa meminta bantuan dari siapa pun.Nova ingin menemui Tuan Chandra yang misterius. “Kali ini saja aku minta bantuannya,” batin Nova.Nova sudah memikirkan hal ini. Setelah meminta bantuan pria itu, Nova tidak akan menemuinya lagi. Tepat ketika dia sudah menga
Nova telah menerima uang itu, Tedy akhirnya bisa menghela napas lega. Kalau Nova tidak terima uang itu, dia pasti akan dipukul sampai mati oleh Duma saat pulang nanti.“Nona Nova, terima kasih sudah maafkan aku. Aku pergi dulu.”Tedy tidak ingin tinggal lebih lama lagi biar sedetik pun. Di bawah tatapan heran Andi, Tedy dibawa pergi oleh anak buahnya.Setelah Tedy pergi, Andi baru sadar, “Bu-Bu Nova ....”Nova mengibaskan tangannya dan berkata, “Sudah, nggak ada masalah lagi. Kamu keluar dulu. Aku akan setor uang ini ke rekening perusahaan sebagai dana ekspansi perusahaan.”“Baik.”Andi pergi dengan kebingungan. Ada apa ini? Kemarin Tedy masih mengutus orang untuk buat masalah di pabrik. Hari ini pria itu datang dan minta maaf secara langsung, bahkan memberikan uang sebanyak 600 miliar? Sejak kapan uang menjadi begitu tidak berharga?Nova duduk kembali di kursinya. Dia sedang berpikir, apakah dia harus pergi ke Atma Group dan berterima kasih kepada Tuan Chandra secara langsung? Tepat s
Akan tetapi, lagi-lagi Sandra tidak melihatnya. Karena tidak bisa melihat pria itu, Sandra pun tidak ingin kerja di Atma Group lagi.Meskipun Atma Group adalah sebuah perusahaan besar yang dapat menempati peringkat nama-nama teratas di Kota Rivera. Jika dibandingkan dengan Perusahaan New Era, maka Atma Group masih kalah jauh. Perusahaan New Era yang benar-benar memiliki perkembangan dan prospek bagus.Sandra tidak ingin tinggal di Atma Group hanya karena keegoisannya sendiri. Cepat atau lambat, dia akan bertemu dengan pria itu. Sandra sudah menunggu selama sepuluh tahun, dia tidak peduli harus menunggu sebentar lagi.Keduanya berpapasan dan saling memandang.“Huh ....” Sandra langsung merasa senang. Dia melipat tangan di depan dada dan memperhatikan Chandra yang berpakaian santai.“Chandra, kebetulan sekali. Aku bisa bertemu denganmu di mana saja. Kamu nggak tahu tempat apa ini? Untuk apa kamu datang ke sini?”Chandra tertawa dan berkata, “Bukannya kamu kerja di Atma Group, kenapa kamu
Di ruang wawancara, seorang pria paruh baya tengah menerima panggilan telepon.“Baik, baik.” Pria itu menutup telepon dan menatap Sandra yang duduk di hadapannya. Kemudian, dia berdiri dan berkata sambil tersenyum, “Bu Sandra, selamat. Ketua dewan direksi sangat puas dengan kamu. Beliau ingin kamu jadi wakil presdir dengan masa percobaan selama tiga bulan. Aku harap kamu bisa bekerja dengan baik dan nggak mengecewakan beliau.”“Hah?” Sandra terkejut.Dalam CV yang Sandra kirimkan hanya tercantum kalau posisi yang dia lamar adalah manajer departemen. Sekarang dia malah langsung jadi wakil presdir?Wakil presdir Perusahaan New Era tidak bisa dibandingkan dengan Atma Group. Aset Atma Group hanya puluhan triliun. Sedangkan aset New Era mencapai kuadriliun. Itu bukan nilai pasar, tapi aset sesungguhnya. Meski jabatan yang sama, nilainya berbeda.Kantor ketua dewan direksi.Setelah menyelesaikan masalah Sandra, Chandra menatap Mawar dan berkata, “Masalah wakil presdir sementara sudah tersel
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd
Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie
Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba
Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.
Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l