Share

Bab 1920

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 18:00:00
Begitu Chandra muncul kembali, suara Nova langsung terdengar, "Sayang, bagaimana hasilnya?"

Dengan wajah penuh kegembiraan, Chandra menjawab, "Aku mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Kamu sendiri bagaimana?"

Nova tersenyum bahagia. "Aku juga mendapatkan sebuah teknik rahasia yang hebat."

Namun, sebelum mereka sempat berbincang lebih lama, penjaga itu melangkah mendekati mereka. Dengan tatapan tegas, ia berkata, "Kalian semua sudah mendapatkan apa yang kalian cari. Sekarang tinggalkan tempat ini. Sebelum segel terbuka, jangan kembali ke sini."

Chandra segera menggenggam tangan Nova, "Nova, ayo kita pergi."

Namun, sebelum mereka sempat melangkah, penjaga itu mengangkat tangannya, menghalangi jalan mereka. "Dia tidak bisa pergi."

Nova menghentikan langkahnya. Ia memandang Chandra dengan lembut dan berkata, "Sayang, kamu pulanglah dulu. Aku akan tinggal di sini untuk memurnikan energi iblis dalam tubuhku."

"Tapi ..." Chandra terlihat ragu. Ia tahu bahwa tinggal di sini berar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 1821

    Setelah meninggalkan Gunung Langit, Chandra memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Negara Naga. Ia mengingat janjinya kepada Nova untuk mengunjungi Rivera dan melihat Chaca, anak mereka yang kini berusia lebih dari tujuh bulan. Chandra merasa bersalah karena sejak Chaca lahir, ia belum pernah kembali untuk menemuinya. Sebagai seorang ayah, ia mengakui bahwa dirinya belum menjalankan peran tersebut dengan baik. Rumah Keluarga Kurniawan di Rivera langsung dipenuhi kegembiraan saat Chandra tiba. Toni, kepala keluarga, langsung berseru, "Segera kumpulkan para tokoh penting di Someria! Kita harus mengadakan pesta besar untuk menyambut Chandra!" Keberhasilan Chandra memimpin kemerdekaan Negara Naga dari Gurun Selatan telah menjadi berita besar di Someria. Keluarga Kurniawan bangga memiliki hubungan dengan sosok yang kini dikenal sebagai Kaisar Negara Naga, bahkan menyebut diri mereka sebagai keluarga bangsawan. Di dalam ruang utama vila keluarga, Chandra menggendong Chaca. Bayi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Jenderal Naga   Bab 1922

    Setelah lima hari menunggu di Vila Pedang Deite, pakaian yang Chandra pesan akhirnya selesai. Itu adalah sebuah mantel hitam yang terbuat dari besi, dengan berat lebih dari seratus lima puluh kilogram. Saat mencoba pakaian tersebut, Chandra merasa puas. Meskipun beratnya luar biasa, ia memakainya dengan tekad kuat untuk meningkatkan kemampuan fisiknya. "Terima kasih, Tuan Aman," kata Chandra sambil membungkuk. Setelah itu, tanpa berlama-lama, ia berpamitan kepada Aman dan meninggalkan Vila Pedang Deite. Setelah kepergian Chandra, Aman menghela napas lega. Namun, ia tidak beristirahat. Ia langsung menuju ke gua tersembunyi di belakang vila. Di dalam gua itu, terdapat sebuah pedang yang tampak menyeramkan—Pedang Penghancur Bumi. Pedang ini memiliki bentuk yang serupa dengan Pedang Naga Pertama, tetapi memancarkan aura hitam yang menakutkan. Pedang ini dibuat dengan menggunakan tulang naga dan bahan langka lainnya oleh para pandai besi terbaik Vila Pedang Deite. Sayangnya, has

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Jenderal Naga   Bab 1923

    Pedang Penghancur Bumi, dibuat dari tulang naga sebagai bahan utamanya, adalah pedang yang memiliki kekuatan luar biasa. Tidak ada benda di dunia yang mampu menahan kekuatannya. Namun, pedang ini juga dikenal sebagai Pedang Iblis, karena siapapun yang memegangnya akan dipenuhi oleh hasrat membunuh yang tak terkendali. Bahkan Aman, pemimpin Vila Pedang Deite, tidak dapat mengendalikannya. Pedang itu kini berada di tangan Sonia, seorang wanita dengan kekuatan yang tidak kalah menakutkan. Saat Sonia menggenggam Pedang Penghancur Bumi, pikirannya dipenuhi oleh dorongan untuk membunuh. Dengan tatapan penuh kebencian dan suara menggema, ia berteriak, "Bunuh!"Aman, yang telah berdiri kembali, memohon, "Sonia, pedang itu adalah pedang terkutuk. Cepat letakkan sebelum terlambat!" Namun, Sonia tidak menghiraukan peringatannya. Dengan pedang di tangan, ia bergerak cepat meninggalkan Vila Pedang Deite, menghilang ke dalam bayangan, dan meninggalkan Aman dalam keputusasaan. Sementara itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Jenderal Naga   Bab 1924

    Setelah menyerap seluruh Esensi Phoenix, Chandra mendapati tubuhnya telah membuka belenggu ketiga. Namun, ia merasa bahwa kekuatan fisiknya masih belum sebanding dengan level energinya. "Aku masih terlalu lemah," gumamnya. "Tubuhku belum cukup kuat untuk menopang kekuatan puncakku." Untuk memperkuat tubuhnya lebih jauh, Chandra tahu hanya ada satu jalan: bertempur. Teknik Sembilan Transformasi Tubuh Emas mengharuskan tubuh ditempa dalam kehancuran, dilatih hingga mencapai batas, lalu bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Namun, masalahnya adalah: di mana ia bisa menemukan lawan? Saat Chandra sedang merenung, suara langkah mendekat. Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita dalam seragam militer berjalan dengan tegas. Itu adalah Maggie, salah satu komandan di Negara Naga. "Kak Chandra," sapa Maggie dengan nada serius. "Ada apa?" tanya Chandra, berdiri untuk menyambutnya. Maggie berhenti di depannya, wajahnya penuh kekhawatiran. "Ada masalah di Gunung B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Jenderal Naga   Bab 1925

    Forum Pesilat, yang dibuat oleh pemerintah, adalah tempat utama para pesilat di seluruh dunia berdiskusi dan berbagi informasi. Setiap pesilat yang telah terverifikasi identitasnya dapat mengakses forum ini untuk berkomunikasi dan memposting topik penting. Ketika Maggie memposting kabar bahwa Chandra akan menangani elang di Gunung Butang, forum langsung heboh. Chandra adalah sosok legendaris di Someria, dihormati sebagai pesilat nomor satu generasi sebelumnya. Setelah menghilang selama enam bulan untuk berlatih di Gunung Langit, kemunculannya kembali menarik perhatian besar. Komentar di forum bermunculan, “Chandra pasti bisa mengalahkan elang itu. Dia tidak pernah gagal." "Tapi jangan lupa, selama dia berlatih, musuh seperti Dewi Tara juga tidak tinggal diam. Apalagi, dia mendapatkan dua buah suci di Gunung Bushu. Siapa yang tahu kekuatannya sekarang?" "Kalau elang ini sudah sekuat itu sebelum segel terbuka, bagaimana jadinya nanti? Dunia benar-benar sedang menuju kekacauan."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Jenderal Naga   Bab 1926

    Saat ini, dia duduk angkuh di atas kursi besar. Beberapa murid perempuan dengan enggan memijatnya, sementara di lantai, banyak murid lainnya berlutut. Pakaian mereka berantakan, wajah lebam, mata bengkak—jelas mereka telah mengalami penyiksaan yang kejam dan tidak manusiawi.Chandra melangkah masuk ke aula utama perguruan Butang. Begitu dia tiba, pemandangan itu langsung membuatnya tertegun. Seorang pria aneh dengan sayap hitam di punggung dan hidung menyerupai paruh elang menyadari kehadiran Chandra. Dia melambaikan tangannya dengan santai, membuat para wanita yang memijatnya terpental keras ke lantai. Jeritan pilu mereka menggema di aula itu.Pria bersayap itu berdiri perlahan, menatap Chandra yang berjalan mendekat. Wajahnya gelap penuh amarah. Dengan suara dingin, dia berkata, "Berani sekali kau mendaki gunung ini. Apa kau tidak takut mati?"Chandra, dengan tenang memegang Pedang Naga Pertama, memandangi para murid perempuan yang gemetar ketakutan. Dia berkata tegas, "Cepat pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Jenderal Naga   Bab 1927

    Raja Elang Hitam terlalu kuat. Hanya dalam satu bentrokan, Chandra sudah terluka parah. Hal ini cukup membuktikan betapa hebatnya kekuatan Raja Elang Hitam. Namun, alih-alih takut, Chandra justru tersenyum lebar dengan sedikit rasa senang yang aneh. Darah mengucur deras dari luka di bahunya, sementara dadanya penuh luka menganga, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Tapi Chandra malah menyeringai, menunjukkan giginya. “Kau tertawa apa, heh?” tanya Raja Elang Hitam dengan nada heran.Senyum Chandra membuat Raja Elang Hitam sedikit waspada. Orang ini jelas-jelas terluka parah, tetapi mengapa dia masih bisa tertawa seolah-olah menikmati situasi? Rasa curiga mulai tumbuh di hati Raja Elang Hitam, membuatnya ragu untuk menyerang lagi. Chandra akhirnya membuka mulut sambil tertawa kecil, “Serangannya bagus. Ayo, kita lanjutkan! Kali ini kita bertarung sampai puas—tiga ratus ronde, bagaimana?”Chandra dengan santai melemparkan Pedang Naga Pertama ke tanah. Kini dia berdiri dengan tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Jenderal Naga   Bab 1928

    Chandra menghentikan tindakannya dan berkata, "Tidak apa-apa, bantu aku duduk."Maggie segera membantu Chandra duduk di tanah.Chandra duduk bersila. Ia menarik napas dalam-dalam. Kali ini Chandra terluka parah, tetapi ini adalah langkah penting dalam memperkuat tubuhnya.Sembilan Transformasi Tubuh Emas adalah seni yang menempa kekuatan tubuh melalui kehancuran dan kebangkitan, melalui pertempuran dan terobosan. Chandra mulai mengaktifkan metode latihan dari seni tersebut, menyerap energi spiritual dari alam.Energi spiritual masuk ke tubuhnya, mengalir ke seluruh tubuh, memulihkan luka-lukanya yang parah. Luka-lukanya sembuh dengan cepat, bahkan kekuatan tubuhnya semakin meningkat. Ia menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Dalam waktu kurang dari semalam, tubuh Chandra pulih sepenuhnya.Keesokan paginya, Chandra sudah kembali penuh semangat. Selama proses penyembuhan ini, orang-orang dari aliran Butang tidak mengganggu Chandra, hanya memperhatikan dari kejauhan."Wow, Chandra memang lua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

  • Jenderal Naga   Bab 1954

    Jayhan berdiri dengan percaya diri, memandang Chandra yang terhuyung-huyung dengan tubuh penuh luka. Meski kekuatannya jauh melampaui Santara, ketahanan Chandra berhasil membuat Jayhan terkejut.“Anak muda, aku sungguh meremehkanmu,” ujar Jayhan, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kabarnya hari ini adalah hari bahagiamu. Kau akan menikahi tiga wanita sekaligus, bukan? Aku penasaran, seberapa lama kau bisa bertahan.”Jayhan melambaikan tangannya, memunculkan kekuatan besar yang menarik tubuh Sonia dari kejauhan. Tubuh Sonia terlempar dan jatuh di samping Chandra yang terkapar lemah. Dengan gerakan tenang, Jayhan mencabut pedang panjangnya, lalu menempatkan ujungnya di leher Sonia.“Chandra,” katanya dengan nada sinis, “apa kau akan merasa sakit hati jika aku membunuhnya sekarang?”Sonia, meski lemah, tidak gentar. Dengan suara serak tetapi penuh keberanian, dia menjawab, “Bunuh saja. Tidak perlu banyak bicara.”Mati di sisi Chandra? Itu sudah cukup bagi Sonia. Dia merangkak pelan mendeka

  • Jenderal Naga   Bab 1953

    Jayhan tertegun. Di Bumi, energi spiritual sangatlah tipis. Namun, saat ini, energi itu berkumpul dengan luar biasa kuat di satu titik. Fenomena seperti ini hanya mungkin terjadi jika seseorang menggunakan teknik kultivasi tingkat tinggi. Dengan satu lambaian tangan, Jayhan menciptakan kekuatan besar yang menyapu puing-puing. Chandra, yang tengah menggunakan Sembilan Transformasi Tubuh Emas, tak mampu melawan kekuatan itu. Tubuhnya terangkat dan terlempar ke hadapan Jayhan sebelum jatuh dengan keras ke tanah. “Kau masih hidup?” Santara tampak terkejut. Dia tahu betapa mematikannya serangan yang dilancarkannya tadi. Tidak ada seorang pun di bawah Alam Mahasakti yang seharusnya bisa bertahan. Namun, Chandra ternyata masih bernapas.Chandra terbaring di tanah. Tubuhnya menggigil hebat, dan darah segar kembali keluar dari mulutnya, membasahi tanah di sekitarnya. “Chandra ....” Sonia yang melihat itu segera mencoba mendekatinya. Tetapi, sebelum sempat mencapai Chandra, kekuatan tak

DMCA.com Protection Status