Begitu Chandra muncul kembali, suara Nova langsung terdengar, "Sayang, bagaimana hasilnya?" Dengan wajah penuh kegembiraan, Chandra menjawab, "Aku mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Kamu sendiri bagaimana?" Nova tersenyum bahagia. "Aku juga mendapatkan sebuah teknik rahasia yang hebat." Namun, sebelum mereka sempat berbincang lebih lama, penjaga itu melangkah mendekati mereka. Dengan tatapan tegas, ia berkata, "Kalian semua sudah mendapatkan apa yang kalian cari. Sekarang tinggalkan tempat ini. Sebelum segel terbuka, jangan kembali ke sini." Chandra segera menggenggam tangan Nova, "Nova, ayo kita pergi." Namun, sebelum mereka sempat melangkah, penjaga itu mengangkat tangannya, menghalangi jalan mereka. "Dia tidak bisa pergi." Nova menghentikan langkahnya. Ia memandang Chandra dengan lembut dan berkata, "Sayang, kamu pulanglah dulu. Aku akan tinggal di sini untuk memurnikan energi iblis dalam tubuhku." "Tapi ..." Chandra terlihat ragu. Ia tahu bahwa tinggal di sini berar
Setelah meninggalkan Gunung Langit, Chandra memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Negara Naga. Ia mengingat janjinya kepada Nova untuk mengunjungi Rivera dan melihat Chaca, anak mereka yang kini berusia lebih dari tujuh bulan. Chandra merasa bersalah karena sejak Chaca lahir, ia belum pernah kembali untuk menemuinya. Sebagai seorang ayah, ia mengakui bahwa dirinya belum menjalankan peran tersebut dengan baik. Rumah Keluarga Kurniawan di Rivera langsung dipenuhi kegembiraan saat Chandra tiba. Toni, kepala keluarga, langsung berseru, "Segera kumpulkan para tokoh penting di Someria! Kita harus mengadakan pesta besar untuk menyambut Chandra!" Keberhasilan Chandra memimpin kemerdekaan Negara Naga dari Gurun Selatan telah menjadi berita besar di Someria. Keluarga Kurniawan bangga memiliki hubungan dengan sosok yang kini dikenal sebagai Kaisar Negara Naga, bahkan menyebut diri mereka sebagai keluarga bangsawan. Di dalam ruang utama vila keluarga, Chandra menggendong Chaca. Bayi
Setelah lima hari menunggu di Vila Pedang Deite, pakaian yang Chandra pesan akhirnya selesai. Itu adalah sebuah mantel hitam yang terbuat dari besi, dengan berat lebih dari seratus lima puluh kilogram. Saat mencoba pakaian tersebut, Chandra merasa puas. Meskipun beratnya luar biasa, ia memakainya dengan tekad kuat untuk meningkatkan kemampuan fisiknya. "Terima kasih, Tuan Aman," kata Chandra sambil membungkuk. Setelah itu, tanpa berlama-lama, ia berpamitan kepada Aman dan meninggalkan Vila Pedang Deite. Setelah kepergian Chandra, Aman menghela napas lega. Namun, ia tidak beristirahat. Ia langsung menuju ke gua tersembunyi di belakang vila. Di dalam gua itu, terdapat sebuah pedang yang tampak menyeramkan—Pedang Penghancur Bumi. Pedang ini memiliki bentuk yang serupa dengan Pedang Naga Pertama, tetapi memancarkan aura hitam yang menakutkan. Pedang ini dibuat dengan menggunakan tulang naga dan bahan langka lainnya oleh para pandai besi terbaik Vila Pedang Deite. Sayangnya, has
Pedang Penghancur Bumi, dibuat dari tulang naga sebagai bahan utamanya, adalah pedang yang memiliki kekuatan luar biasa. Tidak ada benda di dunia yang mampu menahan kekuatannya. Namun, pedang ini juga dikenal sebagai Pedang Iblis, karena siapapun yang memegangnya akan dipenuhi oleh hasrat membunuh yang tak terkendali. Bahkan Aman, pemimpin Vila Pedang Deite, tidak dapat mengendalikannya. Pedang itu kini berada di tangan Sonia, seorang wanita dengan kekuatan yang tidak kalah menakutkan. Saat Sonia menggenggam Pedang Penghancur Bumi, pikirannya dipenuhi oleh dorongan untuk membunuh. Dengan tatapan penuh kebencian dan suara menggema, ia berteriak, "Bunuh!"Aman, yang telah berdiri kembali, memohon, "Sonia, pedang itu adalah pedang terkutuk. Cepat letakkan sebelum terlambat!" Namun, Sonia tidak menghiraukan peringatannya. Dengan pedang di tangan, ia bergerak cepat meninggalkan Vila Pedang Deite, menghilang ke dalam bayangan, dan meninggalkan Aman dalam keputusasaan. Sementara itu,
Setelah menyerap seluruh Esensi Phoenix, Chandra mendapati tubuhnya telah membuka belenggu ketiga. Namun, ia merasa bahwa kekuatan fisiknya masih belum sebanding dengan level energinya. "Aku masih terlalu lemah," gumamnya. "Tubuhku belum cukup kuat untuk menopang kekuatan puncakku." Untuk memperkuat tubuhnya lebih jauh, Chandra tahu hanya ada satu jalan: bertempur. Teknik Sembilan Transformasi Tubuh Emas mengharuskan tubuh ditempa dalam kehancuran, dilatih hingga mencapai batas, lalu bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Namun, masalahnya adalah: di mana ia bisa menemukan lawan? Saat Chandra sedang merenung, suara langkah mendekat. Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita dalam seragam militer berjalan dengan tegas. Itu adalah Maggie, salah satu komandan di Negara Naga. "Kak Chandra," sapa Maggie dengan nada serius. "Ada apa?" tanya Chandra, berdiri untuk menyambutnya. Maggie berhenti di depannya, wajahnya penuh kekhawatiran. "Ada masalah di Gunung B
Forum Pesilat, yang dibuat oleh pemerintah, adalah tempat utama para pesilat di seluruh dunia berdiskusi dan berbagi informasi. Setiap pesilat yang telah terverifikasi identitasnya dapat mengakses forum ini untuk berkomunikasi dan memposting topik penting. Ketika Maggie memposting kabar bahwa Chandra akan menangani elang di Gunung Butang, forum langsung heboh. Chandra adalah sosok legendaris di Someria, dihormati sebagai pesilat nomor satu generasi sebelumnya. Setelah menghilang selama enam bulan untuk berlatih di Gunung Langit, kemunculannya kembali menarik perhatian besar. Komentar di forum bermunculan, “Chandra pasti bisa mengalahkan elang itu. Dia tidak pernah gagal." "Tapi jangan lupa, selama dia berlatih, musuh seperti Dewi Tara juga tidak tinggal diam. Apalagi, dia mendapatkan dua buah suci di Gunung Bushu. Siapa yang tahu kekuatannya sekarang?" "Kalau elang ini sudah sekuat itu sebelum segel terbuka, bagaimana jadinya nanti? Dunia benar-benar sedang menuju kekacauan."
Saat ini, dia duduk angkuh di atas kursi besar. Beberapa murid perempuan dengan enggan memijatnya, sementara di lantai, banyak murid lainnya berlutut. Pakaian mereka berantakan, wajah lebam, mata bengkak—jelas mereka telah mengalami penyiksaan yang kejam dan tidak manusiawi.Chandra melangkah masuk ke aula utama perguruan Butang. Begitu dia tiba, pemandangan itu langsung membuatnya tertegun. Seorang pria aneh dengan sayap hitam di punggung dan hidung menyerupai paruh elang menyadari kehadiran Chandra. Dia melambaikan tangannya dengan santai, membuat para wanita yang memijatnya terpental keras ke lantai. Jeritan pilu mereka menggema di aula itu.Pria bersayap itu berdiri perlahan, menatap Chandra yang berjalan mendekat. Wajahnya gelap penuh amarah. Dengan suara dingin, dia berkata, "Berani sekali kau mendaki gunung ini. Apa kau tidak takut mati?"Chandra, dengan tenang memegang Pedang Naga Pertama, memandangi para murid perempuan yang gemetar ketakutan. Dia berkata tegas, "Cepat pergi
Raja Elang Hitam terlalu kuat. Hanya dalam satu bentrokan, Chandra sudah terluka parah. Hal ini cukup membuktikan betapa hebatnya kekuatan Raja Elang Hitam. Namun, alih-alih takut, Chandra justru tersenyum lebar dengan sedikit rasa senang yang aneh. Darah mengucur deras dari luka di bahunya, sementara dadanya penuh luka menganga, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Tapi Chandra malah menyeringai, menunjukkan giginya. “Kau tertawa apa, heh?” tanya Raja Elang Hitam dengan nada heran.Senyum Chandra membuat Raja Elang Hitam sedikit waspada. Orang ini jelas-jelas terluka parah, tetapi mengapa dia masih bisa tertawa seolah-olah menikmati situasi? Rasa curiga mulai tumbuh di hati Raja Elang Hitam, membuatnya ragu untuk menyerang lagi. Chandra akhirnya membuka mulut sambil tertawa kecil, “Serangannya bagus. Ayo, kita lanjutkan! Kali ini kita bertarung sampai puas—tiga ratus ronde, bagaimana?”Chandra dengan santai melemparkan Pedang Naga Pertama ke tanah. Kini dia berdiri dengan tan
Dia kembali duduk bersila di atas tanah dan mengaktifkan energi sejati. Tulang bagian belakangnya seketika patah karena energi sejati di dalam tubuhnya. “Aaaa!”Tulang belakangnya hancur sampai Chandra hanya bisa meringis kesakitan. “Berkumpul!” serunya dengan ekspresi ganas di wajahnya. Energi sejati di titik akupunktur dan lautan energi seketika berkumpul dan menyatu di tulang belakang Chandra lalu membentuk tulang belakang baru yang terbentuk dari energi sejati. Chandra tiba-tiba saja merasa dirinya terjebak dalam situasi misterius. Di dalam persepsinya, bayangannya muncul di dunia. Kemudian beberapa tulang belakang muncul dan tubuh Chandra terdorong ke belakang lalu muncul di tulang belakang yang terbentuk dari energi sejati dengan aura yang lebih kuat dari sebelumnya. “Krak!”“Krak!”“Krak!”Chandra mengerahkan energi sejatinya dan mematahkan tulang belakangnya. Tidak lama kemudian, energi langit dan bumi berkumpul dan membentuk tulang belakang baru. Setiap kali dia menghancu
Hal seperti ini tidaklah sulit untuk dipahami. “Chandra, kamu sudah sangat memahami jurus langkah melawan langit. Sekarang, kamu sudah bisa mempraktikkannya. Pertama, bukalah ruang kecil di titik akupunkturmu.”“Baik,” jawab Chandra mengangguk. Dia kembali duduk bersila di atas tanah dan mulai mendorong energi sejatinya hingga mengalir ke titik akupunktur di tubuhnya dan membuka ruang kecil di sana. Chandra terus memadatkan energi sejati ke dalam titik-titik akupunkturnya dan jejak energi sejati dipadatkan ke dalam titik kecil tersebut. Chandra tiba-tiba kehilangan kendali akan energi sejatinya sendiri setelah energi sejatinya memadat dan menekan ke tingkat ekstrem. Hal ini menyebabkan energi sejati meledak di titik-titik akupunkturnya. Tubuhnya seketika jatuh ke atas tanah dengan lengan yang hancur berkeping-keping. Andai saja hal seperti ini dialami oleh prajurit lainnya, mereka pastinya akan terluka parah kalau saja mereka tidak mati. Namun, semua ini bukanlah masalah besar bagi
“Selanjutnya, aku akan mengajarimu jurus langkah melawan langit,” ujar Sasa sambil melambaikan tangannya. Cahaya putih kecil muncul di ujung jarinya menuju dahi Chandra. Seketika, berbagai macam informasi tentang jurus langkah melawan langit muncul di benaknya. Dia segera duduk bersila di atas tanah dan mulai menyerap informasi dengan hati-hati di benaknya. Tidak lama kemudian, dia memahami tentang jurus ini. “Bukankah jurus ini terlalu menakjubkan?” tanya Chandra tercengang. “Bagaimana? Kamu terkejut, kan?”Kemudian Sasa kembali berkata dengan raut wajah bangga, “Ini adalah jurus yang luar biasa dari klan Gera. Kaisar Ceptra sudah mengerahkan banyak waktu dan tenaga untuk menguasai jurus ini. Kamu pastinya akan mendapatkan banyak keuntungan kalau kamu bisa menguasainya.”Chandra cukup terkejut sekaligus bingung ketika mendengarnya. Walaupun jurus ini sangat luar biasa, sangat sulit untuk bisa menguasainya. Jurus ini memang sangat luar biasa sampai bisa mengalahkan orang-orang yang
Entah kekuatan apa yang digunakan Sasa. Namun, tekanan yang diberikan oleh Sasa ini sangatlah besar. Walaupun tingkat kekuatan Chandra sudah mencapai Alan Trasenden dengan kekuatan fisik yang sangat kuat, Chandra masih tidak mampu menahan tekanan ini. Chandra memang memiliki kekuatan fisik yang mengerikan dan bisa memulihkan diri dengan sangat cepat. Namun, sekarang dia berusaha menekan energi iblisnya untuk tidak segera menyembuhkan diri. Karena dia ingin menggunakan jurus sembilan transformasi tubuh emas untuk memurnikan kekuatan fisiknya. Chandra mulai mengaktifkan jurus sembilan transformasi tubuh emas sambil berusaha mengendalikan energi iblis di dalam tubuhnya. Tidak lama kemudian, energi langit dan bumi mulai merasuk dan beredar ke seluruh tubuhnya. Dalam sekejap mata, kekuatan itu mulai memperbaiki tubuhnya yang terluka parah. Tidak lama kemudian, tubuhnya sudah pulih dengan kekuatan fisik yang meningkat setelah pemulihan selesai.Ini adalah keajaiban dari jurus sembilan tran
Sasa berkata, “Aku akan memberimu waktu 3 tahun untuk meningkatkan level kekuatanmu. Kamu bisa berlatih jurus langkah melawan langit dengan waktu yang tersisa. ““Baik,” jawab Chandra sambil mengangguk. Sasa sangatlah kuat dan semua yang dikatakannya adalah kenyataan. Oleh karena itu, Chandra akan selalu mendengarkan apa pun yang dikatakan gadis itu. “Kamu mulailah sekarang. Aku akan mengambilkan beberapa buah spiritual untukmu,” ujar Sasa lalu berbalik dan pergi. Di sisi lain, Chandra masih duduk bersila di atas tanah dan mulai berlatih dengan serius. Dia mulai mengaktifkan ilmu kultivasi mental lalu energi spiritual langit dan bumi yang ada di Istana Abadi mulai berkumpul dan perlahan memasuki tubuhnya yang dimurnikan menjadi energi sejati yang sangat murni. Tidak lama kemudian, Sasa membawa beberapa buah spiritual yang mengandung banyak energi spiritual langit dan bumi. Setiap buah yang dibawa oleh Sasa jauh lebih kuat dari buah perak yang pernah Chandra petik sebelumnya. Menur
Chandra berhasil mendapatkan waktu tambahan sampai satu bulan ke depan. Satu bulan di dunia luar sama dengan tujuh setengah tahun di Ruang Waktu. Dia bergegas meninggalkan Kota Bushu menuju area pegunungan terpencil. Dia menemukan area terpencil yang tidak berpenghuni lalu melihat ke sekelilingnya dengan hati-hati. Dia bergegas melepas cincinnya setelah merasa tidak ada orang yang mengikutinya. Cincin itu jatuh ke atas tanah dan berubah menjadi sebuah rumah sebesar kepalan tangan. Tubuhnya seketika menghilang dan masuk ke dalam Istana Abadi yang dengan cepat kembali mengecil seukuran batu kerikil yang tersembunyi di dalam tanah.Chandra bergegas menuju kediaman penguasa kota setelah masuk ke dalam Istana Abadi. Di sana, dia bertemu dengan Sasa. “Bagaimana? Pertarungan itu bisa ditunda sampai satu bulan lagi, kan?” tanya Sasa sambil menatap Chandra. Chandra mengangguk lalu berkata, “Ya, aku berhasil menundanya sampai satu bulan ke depan.”“Bagus, ikuti aku sekarang,” ujar Sasa lalu
“Apa?”“Tuanku yang dahulu pernah bertaruh dengan klan Gera dan berhasil memperoleh jurus yang sangat kuat dari mereka. Siapa pun yang menguasainya bisa mendapatkan kekuatan yang luar biasa,” ujar Roh Penunggu di bawah tatapan Sasa dan Chandra. “Jurus langkah melawan langit? Apa maksudmu jurus itu?” tanya Sasa terkejut. Roh Penunggu tersenyum lalu berkata, “Benar sekali.”Namun, Chandra justru tampak bingung lalu dia pun bertanya, “Kak Sasa, apa itu jurus langkah melawan langit?”“Sudahlah, lupakan saja. Kamu pasti tidak akan mampu menguasai jurus itu dalam waktu sesingkat ini. Lebih baik kamu beritahu saja si Mosa untuk menunda pertarungan itu setidaknya satu bulan lagi. Dengan begitu, kamu masih punya waktu yang cukup untuk menguasai jurus itu.”“Satu hari di dunia luar sama dengan 3 bulan di Ruang Waktu. Itu artinya, satu bulan di ruang waktu sama dengan tujuh setengah tahun di dunia luar. Jangka waktu itu cukup bagimu untuk meningkatkan kekuatan.”Chandra dengan cepat berkata, “A
Chandra semakin sadar kalau prajurit kuat yang muncul dari dunia lain semakin banyak setelah bertemu dengan Bareza dan Koko. Mereka semua sangatlah kuat, bahkan yang teratas sudah masuk ke dalam Alam Dharma. Chandra bisa terbunuh dengan mudahnya kalau sampai dia bertarung dengan orang-orang seperti itu. Bahkan dia juga bisa terbunuh dengan mudahnya kalau sampai dia bertarung dengan Mosa. Chandra memasuki pedalaman hutan di Gunung Bushu dengan perasaan tertekan. Sampai akhirnya, dia berhasil menemukan sebuah tempat terpencil lalu masuk ke dalam Istana Abadi. Dia langsung menuju kediaman penguasa kota dan bertemu dengan Roh Penunggu di sana.“Roh Penunggu, di mana Sasa?” tanya Chandra. “Dia sedang melatih prajurit sesuai dengan perintah Tuan,” jawab si Roh Penunggu. “Kenapa aku tidak bisa merasakan mereka?” tanya Chandra lagi. “Karena tingkat kekuatanmu masih terlalu rendah. Walaupun Tuan adalah pemilk Istana Abadi ini, tapi masih ada banyak bagian yang tidak bisa kamu rasakan. Sela
Chandra mengangguk lalu berkata, “Istana Abadi sudah menjadi milik orang lain ketika aku tiba. Sayangnya, aku tidak tahu siapa orangnya.”“Sungguh?”Koko menatap Chandra dengan tatapan curiga lalu berkata, “Aku sudah menyelidiki semuanya dan waktu kamu membunuh Anak Dewa dan Istana Abadi yang menghilang karena sudah berganti pemilik hampir bertepatan. Apa mungkin itu hanya kebetulan?”Chandra melirik Koko lalu bertanya, “Kenapa kamu berpikir kalau akulah pemilik dari Istana Abadi?”Kemudian Koko berkata, “Aku bukan musuhmu. Aku hanya akan memberi selamat padamu kalau memang kamulah pemilik Istana Abadi itu.”“Aku bukan pemiliknya,” ujar Chandra kembali menggelengkan kepala. Sekarang, Chandra tidak lagi bisa mempercayai siapa pun dan harus tetap waspada. “Sudahlah, kita tidak perlu membahas ini lagi,” ujar Koko.Kemudian dia mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan berkata, “Aku dengar, Mosa yang merupakan saudara seperguruan Anak Dewa menantangmu bertarung. Apa kamu akan menerima