Share

Bab 94 | Bukan Dasi Biasa

“Sayang, aku tidur dulu yah. Ngantuk banget nih,” ucap Rasenda setelah minum air putih dariku yang sudah diberi obat tidur.

“Iya sayang,” jawabku.

Aku menepuk-nepuk pundakku sebagai tanda agar suami bersandar di bahuku. Dia pun segera menjatuhkan kepalanya di sana. Setelah kupastikan bahwa Rasenda benar-benar terlelap, aku pun memindahkannya ke atas pangkuan.

“Bagaimana persiapannya, Pak?” tanyaku pada Pak Michael yang duduk di kursi kemudi.

“Semuanya sudah siap, Bu. Tak perlu khawatir,” jawabnya.

“Apa Ibu Mertuaku datang?” tanyaku kembali.

“Iya Bu. Namun, beliau hanya sebentar di sana karena tidak kuat dengan angin laut,” ujarnya.

Kami menembus jalanan Jakarta menuju pelabuhan, tempat di mana kapal milik Pelisia Grup berlabuh. Kapal tersebut diberi nama Pelisia Tirta Mas, sebuah kapal pesiar berukuran kecil yang mampu menampung sekitar seribu orang.

“Silakan Bu,” ucap Pak Michael saat dia membuka pintu penumpang untukku.

“Tolong bantu suamiku dahulu,” pintaku pada lelaki itu.

Syukurl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status