“Coba pakai ini,” ucap suamiku. Dia membawa botol yang berisi air panas dan meletakkannya di perutku yang sedang mengalami kram.
“Gimana rasanya?” tanya lelaki ini.
“Jadi lebih baik. Makasih yang sayang,” ucapku seraya memberi ciuman di pipinya.
Semenjak pulang dari acara perayaan ulang tahun suamiku, tubuh ini mengalami banyak masalah kesehatan. Aku aku jadi sering pusing dan mengalami kelelahan meski tidak melakukan pekerjaan yang berat.
“Aww sakit,” keluhku saat suami menutupi tubuhku dengan selimut. Gerakan tangan lelaki ini mengenai dadaku dan memberi rasa nyeri di sana.
“Maaf sayang, aku tidak sengaja,” ucapnya.
Terlihat dari raut wajah suami bahwa dia benar-benar tidak tahu apa yang baru saja dilakukannya. Dia hanya minta maaf agar aku tak marah.
“Tidak apa-apa,” jawabku. “Aku mau ke toilet dulu ya.”
Sudah sebulan terakhir frekuensi buang
“Mantuku! Mama datang,” teriak ibu mertua saat dirinya tiba di unit kami.Setelah mengetahui kalau diriku hamil, Rasenda langsung menghubungi ibunya dan memberi tahu kabar bahagia tersebut. Sontak saja wanita itu datang kemari membawa begitu banyak barang."Biar saya bantu Ma.” Aku berusaha mengambil tentengan di tangan ibu mertua, namun beliau menolak.“Sudah kamu duduk saja, perempuan hamil tidak boleh capek-capek,” ujar ibu mertua.“Lagian juga ada Michael yang bantu Mama, kamu tidak usah khawatir. Orang hamil enggak boleh kebanyakan pikiran,” sambungnya.Aku paham bahwa beliau memperlakukanku demikian karena sedang mengandung cucunya, tetapi tidak enak rasanya jika aku duduk berdiam diri saja di saat orang lain kerepotan membawa banyak barang, apalagi beliau sudah tua.“Bu, ini taruh di mana?” tanya seorang perempuan yang datang bersama ibu mertua.“Oh, di sini saja dulu,
“Pagi Pak,” sapa para karyawan pada Rasenda ketika kami tiba di kantor.“Pagi,” jawab lelaki ini.“Siapa yang taruh kardus di samping meja?” Dia menunjuk kardus tersebut yang berisi tumpukan berkas.Andre, salah satu karyawan yang bekerja di lantai tujuh belas menunjukkan diri dan berkata, “Saya Pak.”Hal tersebut membuat Rasenda langsung menyuruh untuk memindahkan kardus itu ke tempat yang seharusnya. Jika tidak, maka letakkan di bawah kolong meja agar tak menyandung orang yang sedang jalan.“Kamu!” sang CEO Pecitra menunjuk wanita yang bernama Mia.“Kalau taruh gelas jangan di tepi meja! Nanti kesenggol orang terus jatuh, lantainya jadi basah. Kalau ada yang terpeleset bagaimana? Kamu mau bayar biaya ke rumah sakit?” sambungnya.Wanita yang ditegur tersebut, seketika menjadi pucat pasi. Ia pun segera memindahkan gelas yang dikomplain oleh Rasenda ke bagian tengah meja.“Sudah saya pindah, Pak. Apa masih perlu ke tengah lagi?”
Aulia membiarkanku melihat layar ponselnya. Ternyata dia sedang menyaksikan video unggahan Ayu di media sosial.“Al, coba kamu baca komentar,” ucap wanita ini dengan wajah cemas.Tangan gemetar dan badanku mematung kaku setelah membaca komentar orang-orang. Mereka melontarkan kata kasar dan makian tak terhenti. Bukan tanpa alasan para warganet bertindak demikian. Itu semua karena video unggahan milik Ayu.Video yang diunggah tersebut merupakan reviu penggunaan produk perawatan kulit yang bernama Youth Lasting Retinol Serum. Produk ini dikeluarkan oleh Petals Allure, merek dagang milik Rosiana.“Setelah menggunakan produk ini, kulitku terkena iritasi. Timbul kemerahan dan juga pengelupasan yang tak wajar,” ucap Ayu dalam unggahannya.“Atas pengalaman buruk tersebut, aku pun memutuskan untuk melakukan uji laboratorium agar mengetahui kandungan apa saja yang ada di dalam produk Youth Lasting Retinol Serum dari Petals Allure. Hasilnya, diketahui jika produk ini ternyata menggabungkan retin
“Saya punya tugas penting untuk kamu,” kata Pak Malik.Pria itu bernama Rasendriya Tristan Malik, CEO PT Pelisia Citra Ayu tbk. biasa disingkat sebagai Pecitra.“Silahkan katakan dengan nyaman, Pak.” Aku menaikkan kerah baju lelaki yang memiliki tinggi badan 185 cm itu guna memasang dasi.“Aturkan kencan buta untukku!”Tak ada angin maupun hujan badai menyerang kota ini. Bagaimana mungkin manusia yang sudah berubah menjadi komputer perusahaan ini memutuskan untuk kencan buta? Ini sungguh suatu berkah dari tuhan yang patut untuk dirayakan.“Baik, Pak,”-aku mendongak-“siapa yang menjadi pasangan kencan Anda?”“Kamu yang cari…, AAAAKKKHHHH”Tanganku secara impulsif mengencangkan dasi Pak Malik hingga dirinya tercekik. Maaf, Pak. Sengaja.Tidak cukup membuat tubuh ini bekerja dari pagi hingga malam hari untuk mengerjakan urusan kantor dan juga keperluan pribadinya, sekarang dia menyuruhku untuk mengurusi kehidupan asmaranya juga. Sudah begitu aku pula yang mencari pasangan kencan untuknya
Beberapa adegan film menyajikan tontonan romantis di mana seorang pria memeluk wanitanya di ruangan gelap seperti yang dilakukan oleh Pak Malik saat ini. Dalam adegan itu, mereka terlihat bahagia menikmati momen kebersamaannya.Andai saja aku adalah kekasihnya Pak Malik, tentu saja aku akan sangat senang dengan tingkah yang dilakukannya sekarang. Tapi kan, aku dan dia bukan sepasang kekasih, jadi tindakan dia memelukku di dalam lift seharusnya tidak dilakukan karena ini sungguh tak bermoral.DASAR MESUM!Jika menuruti isi hati, ingin sekali rasanya untuk memberontak serta berteriak dengan keras, namun kepalaku masih menggunakan logika untuk berpikir. Terlalu banyak gerak hanya akan membuang energi. Selain itu, kami harus menghemat oksigen, jangan sampai menghabiskannya untuk hal yang tak perlu.Demi menyelamatkan diri dari serangan lelaki yang tidak mempunyai akhlak, aku harus memukul leher belakang Pak Malik supaya dia jatuh pingsan. Menyerang dengan cara yang halus adalah kunci aga
Aku meletakkan pisau dan garpu di tangan karena restoran mematikan sebagian besar lampu ruangan demi menciptakan suasana yang romantis untuk sang karakter utama, Pak Malik dan Nona Rosiana. Musik mengalun dengan indah ditemani balutan cahaya yang redup mengiringi mereka berdua yang sedang berada di lantai dansa.Rosiana yang memakai gaun berwarna putih berputar dengan indah, dia bergerak dengan indah selaras dengan dengan gerakan Pak Malik. Di bawah kendali pria itu, mereka berdansa secara harmonis hingga lantunan musik berakhir.Akhirnya aku bisa melanjutkan makan malam setelah mereka selesai berdansa. Rasa lelah yang mendera langsung sirna saat menikmati rib eye steik yang dimasak dengan tingkat kematangan medium rare. Jika saja kenikmatan ini bisa dinikmati setiap hari.“Permisi Bu, Pak Malik menyuruh kami untuk membawa makanan Ibu ke meja beliau,” ucap salah seorang pegawai restoran.Ada gila-gilanya juga nih si Bos. Lelaki di belahan bumi mana yang sedang kencan dengan seorang w
Aku mengantar kopi dan beberapa kudapan manis untuk Pak Malik. Saat memasuki ruangannya, beliau sedang membaca laporan keuangan tahunan 2022. Mukanya berbinar-binar karena pencapaian sales tahun kemarin mencapai angka seratus lima belas persen dari target yang ditentukan oleh perusahaan, di mana pertumbuhan sales 37,7% lebih tinggi dari tahun 2021. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya pengusaha yang mendirikan merek baru di bidang kosmetik dan perawatan kulit, dan mereka memercayakan produksinya di Pecitra.“Alba, duduk dulu!” ucap Pak CEO.“Baik, Pak.” Aku menempati sofa yang terletak tidak jauh dari pintu masuk.Pak Malik datang kemari membawa berkas yang berisi data para perempuan lajang yang aku berikan padanya beberapa hari yang lalu.“Kamu atur pertemuan dengan mereka. Satu orang saat makan siang, masing-masing satu orang di jam tujuh dan delapan malam, setiap hari. Selebihnya, atur jadwal untuk satu perempuan setiap tiga puluh menit mulai dari jam delapan pagi hingga tujuh malam s
Usai berbincang dengan Dian, aku mendapat sumur inspirasi. Jika Pak Malik setuju dengan gagasan ini, maka tugasku di masa depan akan semakin lancar tanpa hambatan yang berarti.“Pak, ada yang ingin saya sampaikan,” kataku, setelah mengantarkan kopi dan kudapan ke ruangan CEO.Pak Malik tidak memberi respons apa pun. Dia sibuk dengan dokumen di tangannya yang sudah ditandatangani. Apa sih yang sedang beliau pikirkan sampai tidak fokus?“PAK!!” Kali ini suaraku lebih keras dari sebelumnya.Si Bos mendesah lalu dia menutup dokumennya.“Al, saya ini bukan pembina upacara yang perlu kamu teriaki dengan lantang. Bicara saja sewajarnya,”-dia menunjuk daun telinga kirinya-“gendang telingaku ini masih bergetar dengan normal, tahu! Kamu mau bicara apa?”Sebelum menyajikan inti pembicaraan, aku mengambil kue kemudian menyuapi Pak Malik.“Enak tidak, Pak?”Tidak ada kata yang terucap.Aku bosan dengan reaksi Pak CEO yang tidak mengatakan apa pun, dia hanya mengangguk dengan ekspresi bingung. Seti