Share

Chapter 044 [DANSA]

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 10:56:27

Valerie mendelik ke arah ayahnya. “Ayah, sudah kubilang ini hanya sementara. Aku belum sepenuhnya setuju dengan—”

“Aldrich adalah pilihan yang sempurna, Valerie,” potong Bastian dengan nada penuh keyakinan.

“Dia pria yang cerdas, sukses, dan berasal dari keluarga terhormat. Aku tidak akan membiarkanmu melepaskan kesempatan emas ini.”

Aldrich, meski terbiasa dengan situasi seperti ini, tetap menjaga sikapnya. “Tuan Bastian, saya sangat menghormati keputusan Anda. Tapi, tentu saja, kebahagiaan Valerie adalah prioritas utama saya.”

Bastian tertawa kecil. “Itulah yang membuatku yakin padamu, Aldrich. Kau tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita, terutama putriku. Jangan biarkan dia terlalu keras kepala.”

Valerie menghela napas panjang, mencoba menahan ketidaksukaannya terhadap campur tangan ayahnya. Namun, dia tahu ini bukan waktu atau tempat untuk memperdebatkannya.

“Ayah, aku bisa memutuskan sendiri. Aldrich tahu itu.”

Bastian menatap Valerie sejenak, lalu tersenyum tipis. “Kau ter
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 045 [MEMEGANG KENDALI]

    Setelah pulang dari pesta, Aldrich membawa Valerie kembali ke mansion nya. Kali ini, suasana di antara mereka terasa lebih santai, jauh dari kecanggungan seperti sebelumnya.Valerie melangkah ke dalam kamar utama Aldrich yang mewah, dengan dekorasi modern dan warna-warna netral yang menciptakan suasana nyaman.“Kau ingin membersihkan diri terlebih dahulu?” tanya Aldrich santai sembari membuka kancing kemejanya satu per satu.Valerie menggeleng, lalu melepaskan sepatu hak tingginya sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang besar berlapis seprai sutra putih. Dia memiringkan tubuhnya, menopang kepala dengan tangan, matanya tertuju pada Aldrich yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya.Aldrich melemparkan kemejanya sembarangan ke kursi di sudut ruangan, memperlihatkan tubuh atletisnya dengan otot-otot yang terdefinisi sempurna. Cahaya lampu di kamar itu mempertegas lekukan tubuhnya, membuat Valerie tanpa sadar mengamati lebih lama dari yang seharusnya.“Menikmati pemandangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 046 [DESAHAN YANG BERSAUTAN]

    "Ahh...."Valerie menutup mulutnya dengan tangan, mencoba meredam desahannya. Wajahnya bersemu merah, seolah panas dari tubuh Aldrich telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebelah tangannya yang lain meremas selimut, mencengkeramnya dengan kuat, sementara kain itu sudah kusut tak beraturan.Aldrich menundukkan tubuhnya, wajahnya tenggelam di lekukan leher Valerie. Napasnya terasa berat, dan bibirnya menyentuh kulit Valerie dengan lembut namun penuh intensitas. Dia menyesap aroma lembut Valerie, campuran parfum dan esensi alami wanita itu yang membuat pikirannya kacau. Rasanya candu, sebuah ketergantungan yang tak bisa dia jelaskan.“Katakan kau juga menginginkanku, babe,” bisik Aldrich dengan suara serak, hampir seperti perintah, tapi lebih seperti permohonan yang tidak bisa dia tahan lagi.Valerie membuka matanya perlahan, napasnya tersengal. Dia menggigit bibir bawahnya, enggan memberikan jawaban. Dia tahu Aldrich memegang kendali, namun sikapnya yang santai membuat Valerie merasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 047 [MASAKAN PERTAMA]

    Pagi itu, Valerie terbangun lebih dulu. Tubuhnya terasa kaku dan nyeri di setiap sendi, mengingat malam yang panjang. Dia melirik wajah Aldrich yang tertidur dengan tenang, seolah tidak pernah menyiksa dirinya beberapa jam sebelumnya. Matanya lalu berpindah pada jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30. Itu artinya dia hanya tidur dua jam."Tenaganya benar-benar tidak masuk akal," keluh Valerie sambil menggelengkan kepala.Perlahan, dia memungut pakaian yang berserakan di lantai dan melangkah menuju kamar mandi. Begitu membuka pintu, aroma khas kayu cedar dan mint menyambutnya. Kamar mandinya luas dan modern, dengan dinding marmer hitam yang memantulkan cahaya lembut dari lampu gantung kecil. Shower berbentuk persegi besar menggantung di langit-langit, mengalirkan air seperti hujan deras yang menyegarkan. Valerie memutar keran dan membiarkan air hangat mengalir deras di atas kepalanya, meluruhkan lelah dan sisa malam tadi. Uap mulai memenuhi ruangan, membungkusnya dalam kehangatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 048 [RENCANA HARI INI?]

    “Ayo, cicipi,” kata Valerie sambil meletakkan piring berisi pasta di depan Aldrich. Ia menarik kursi di hadapan pria itu dan duduk dengan tenang, sambil memperhatikan reaksi Aldrich dengan penuh antisipasi.Aldrich menghirup aroma pasta yang mengepul hangat, senyum kagum terpancar dari wajahnya. “Aromanya wangi sekali. Ini sudah seperti masakan bintang lima,” pujinya dengan nada tulus.Valerie menyibak rambutnya ke belakang, menyembunyikan rasa bangga yang jelas terpancar dari wajahnya. “Tentu saja,” jawabnya santai.Aldrich mengambil garpu dan pisau, namun sebelum mencicipi, ia menatap Valerie sambil tersenyum penuh arti. “Alangkah baiknya jika kita tinggal serumah,” katanya setengah bercanda, nada suaranya terdengar ringan tapi menggoda.Valerie memutar bola matanya, kebiasaannya yang makin sering muncul jika berbicara dengan Aldrich. “Dan Ayah serta Daddy-mu akan senang sekali,” komentarnya, sarkasme di suaranya jelas terasa.Aldrich terbahak, lalu mulai mencicipi pasta buatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 049 [TERASA CANGGUNG]

    Setelah sarapan, Valerie kembali ke kamar untuk bersiap. Kali ini, dia memilih setelan kerja sederhana—blus putih dengan detail kerah rapi dan rok pensil hitam selutut. Rambutnya yang biasanya tergerai diikat kuda dengan rapi, membuatnya terlihat profesional sekaligus anggun. Sepatu hak tinggi hitam melengkapi penampilannya.Saat Valerie keluar dari ruang pakaian, Aldrich yang sedang membaca berkas di ruang tamu menoleh dan tersenyum puas.“Kau terlihat seperti pegawai teladan,” komentarnya santai sambil menyandarkan punggung ke sofa.“Dan kau terlihat seperti bos yang terlalu banyak aturan,” balas Valerie tanpa melihat ke arah Aldrich, berjalan menuju cermin untuk memeriksa tampilannya sekali lagi.Aldrich meletakkan berkasnya di meja dan berdiri, menghampiri Valerie. “Sayang sekali, aku memang bosmu. Dan aku memastikan setiap pegawai harus terlihat sempurna, terutama kau.”Valerie mendengus kecil sambil memutar bola matanya. “Aku bisa sempurna tanpa komentar sarkastikmu, Aldrich.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 050 [TIDAK SAAT HANYA ADA KITA]

    “Astaga, kenapa sulit sekali untuk fokus!”Valerie mengetik dengan ritme cepat, mencoba mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang berbau Aldrich. Tetapi, fakta bahwa ia masih bisa mencium aroma khas pria itu pada dirinya membuatnya hampir kehilangan konsentrasi. “Kenapa dia selalu membuat segalanya lebih rumit?”Ia menghela napas, melirik jam di laptopnya. Presentasi rapat pagi ini sudah hampir selesai disiapkan, namun pikirannya tetap terganggu. “Dia bosmu, Valerie. Fokus. Jangan sampai ada yang salah hari ini.”Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. “Masuk,” katanya tanpa menoleh.Pintu terbuka, dan suara langkah yang sudah terlalu familiar membuat tubuhnya sedikit menegang. Aldrich masuk dengan percaya diri, membawa cangkir kopi di tangannya. Tatapan Valerie langsung terangkat, bertemu dengan senyum kecil pria itu yang entah kenapa selalu terasa berbahaya.“Aku hanya ingin memastikan kau sudah siap,” katanya ringan.Valerie mengangkat satu alis. “Aku selalu siap, Tuan Aldri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 051 [30 MENIT ATAU SEUMUR HIDUP]

    Valerie menepuk-nepuk pipinya pelan, mencoba menenangkan diri setelah kejadian barusan. “Dia benar-benar tidak punya malu!” pikirnya sambil menghela napas panjang. Ia segera melangkah cepat menuju ruang kerjanya, berusaha menghindari tatapan siapa pun yang mungkin curiga.Sesampainya di ruang kerja, Valerie menutup pintu rapat-rapat dan menyandarkan punggungnya ke pintu. Jantungnya masih berdetak cepat. Ia menunduk, menatap ujung sepatunya, sambil berusaha memahami perasaannya sendiri.“Kenapa aku harus terjebak dengan pria seperti itu?” gumamnya pelan, mengacak rambutnya dengan frustrasi. Namun, bayangan wajah Aldrich dan cara dia memandangnya tadi terus muncul di benaknya. Valerie menggelengkan kepala keras-keras. “Fokus, Valerie. Jangan biarkan dia mengendalikanmu!”Ia kembali duduk di mejanya, mencoba melanjutkan pekerjaannya. Namun, pikirannya terus melayang pada Aldrich. Bagaimana pria itu dengan mudah menggoda, membuat dirinya terpojok, tapi tetap merasa aman dalam pelukann

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 052 [PARTNER RANJANG]

    “Ini hasil laporannya, Tuan.”Bastian menerima map cokelat yang disodorkan Jacob, orang kepercayaannya. Dengan tenang, pria paruh baya itu membuka map tersebut, matanya tajam meneliti dokumen dan foto-foto yang terlampir di dalamnya.“Nona Valerie sudah dua kali terlihat menginap di mansion Tuan Aldrich,” ujar Jacob, menunjuk salah satu foto yang menunjukkan Valerie sedang masuk ke mansion tersebut.Bastian mengangguk pelan, ekspresinya sulit ditebak. Namun, ada sedikit senyum kepuasan di wajahnya. “Sepertinya mereka benar-benar menjalani perjodohan ini dengan baik. Aku sempat khawatir Valerie akan mencoba kabur lagi, atau lebih buruk, kembali pada mantan kekasihnya.”Jacob tetap berdiri tegak, menunggu instruksi lebih lanjut.“Bagus, Jacob. Kerja yang baik,” lanjut Bastian sambil menutup map itu. “Namun, jangan lengah. Terus pantau mereka. Aku ingin tahu setiap detail, sekecil apa pun. Jika ada sesuatu yang mencurigakan atau keluar dari rencana, segera laporkan padaku.”“Baik, Tuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 148

    “Ada apa ini?”Suara berat Aldrich menggema di ruangan. Langkahnya terhenti begitu melihat Alicia terduduk di lantai, separuh tubuhnya basah kuyup, sementara para karyawan berusaha menahan tawa mereka.Alicia, yang masih sibuk mengatur emosinya, segera berusaha bangkit. Tatapannya beralih pada Aldrich, berharap pria itu akan menolongnya. Namun, Aldrich hanya menatapnya dengan ekspresi datar selama sepersekian detik sebelum perhatiannya beralih kepada Valerie, yang baru saja keluar dari ruangannya.“Selamat pagi, Pak Aldrich. Anda sudah datang?” sapa Valerie dengan senyum tipis, seolah tidak terjadi apa-apa.Sudut bibir Aldrich berkedut. Wanita itu benar-benar tahu cara bermain peran. Dengan wajahnya yang tenang dan sedikit jahil, Valerie paling cantik saat seperti ini. Alicia, yang tidak terima melihat interaksi itu, segera membuka mulutnya dengan nada memanas. “Ini semua salah Valerie, Pak! Dia yang mendorong saya!” serunya, berusaha menuntut pembelaan.Aldrich mengangkat alisnya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 147

    Valerie melangkah masuk ke lobi perusahaan dengan penuh percaya diri. Sepasang kaki jenjangnya yang terbungkus stiletto hitam mengayun anggun, berpadu dengan rok pensil selutut yang membentuk lekuk tubuhnya. Blus putih berpotongan rapi membalut tubuh rampingnya dengan sempurna, dipermanis dengan blazer tipis yang menggantung di lengannya. Rambut panjangnya yang bergelombang jatuh sempurna di bahu, mempertegas aura elegan seorang wanita yang tahu betul caranya membawa diri.Namun, baru saja ia hendak menuju ruangannya, suara nyaring yang sudah tak asing lagi terdengar memenuhi ruangan.“Kau datang ke perusahaan ini seolah milik ayahmu saja!”Valerie menghela napas pelan sebelum mengangkat dagunya sedikit. Di hadapannya berdiri Alicia, dengan ekspresi sinis dan tangan yang terlipat di dada. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah marun, dengan potongan rendah yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Rambut panjang lurusnya tergerai, dengan riasan yang sedikit berlebihan untuk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 146

    Valerie berdiri di depan pantry dengan wajah sedikit mengantuk, mengenakan kemeja Aldrich yang kebesaran di tubuhnya. Kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya yang indah, sementara ujung kemeja jatuh hingga pertengahan pahanya. Rambut panjangnya berantakan, bukti dari malam yang panjang dan panas bersama Aldrich.“Garam, penyedap... apalagi ya?” gumamnya pelan, mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir.Dia bukan seseorang yang ahli dalam memasak. Seumur hidupnya, selalu ada pelayan atau chef yang menyiapkan makanan untuknya. Namun, setelah hidup mandiri dan semakin dekat dengan Aldrich, Valerie merasa ingin mencoba sesuatu yang baru—termasuk membuat nasi goreng dadakan pagi ini.Lagipula, Aldrich juga pernah memasakkan sesuatu untuknya. Rasanya tidak adil jika dia hanya menerima tanpa memberi balasan.Menghela napas, Valerie membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang menurutnya bisa digunakan. Dia menatap bawang merah dan bawang putih di tangannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 145

    Aldrich menyeringai kembali, matanya berbinar penuh hasrat. Tanpa ragu, ia menarik tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka setelah mendengar wanita itu mengatakan tidak akan pulang malam ini.Ciumannya semakin dalam, semakin menuntut. Aldrich melumat bibir Valerie dengan intensitas yang membuat napas mereka saling bercampur. Tangannya merambat ke punggung Valerie, menekan tubuhnya lebih erat ke dadanya yang bidang.Saat Valerie mulai kehilangan kendali, Aldrich pun melepaskan ciumannya, hanya untuk menurunkan bibirnya ke rahang Valerie, menelusuri garis lembutnya sebelum akhirnya mendarat di leher jenjang wanita itu. Ia mengecapnya pelan, kemudian menggigit kecil, menikmati bagaimana tubuh Valerie menegang di bawah sentuhannya."Vanila yang kurindukan," bisiknya, suaranya serak dan dalam, menggema di kulit Valerie, membuat bulu kuduknya meremang.Tanpa memberi kesempatan Valerie untuk berpikir, Aldrich kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan dengan mudah merebah

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 144

    "Kau benar-benar tidak tertarik padaku?" tanya Aldrich, suaranya lebih dalam dari biasanya.Menatap Valerie dengan mata yang sulit ditebak. Ada keraguan, ada penasaran, dan sedikit—hanya sedikit—kesedihan yang terselip di sana.Valerie terkekeh, nada tawanya sedikit berat karena efek alkohol yang mulai menguasai dirinya. Ia mengangkat gelas wine ke dahinya, membiarkan dinginnya menyentuh kulitnya sejenak sebelum matanya terpejam. Beberapa detik berlalu, lalu ia membuka matanya lagi, menatap Aldrich dengan sorot yang sulit diartikan."Aku suka," katanya, suaranya samar dan menggoda.Aldrich mencondongkan tubuhnya ke depan, ekspresinya berubah serius. "Lalu mengapa kau menolakku?" tanyanya, ada nada sedih.Valerie tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya juga, jari-jarinya menyentuh bahu Aldrich dengan lembut. "Dengar," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja, seolah ingin lebih fokus pada percakapan mereka. "Kau itu lelaki pil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 143

    "Aku tidak tahan!"Valerie hampir saja berdiri, tapi sebelum dia sempat menggeser kursinya, Jennifer dan Charlos sudah lebih dulu bangkit. Wanita itu menempel mesra di lengan Charlos, tangannya melingkar erat seolah menandai kepemilikannya.Valerie menyipitkan mata, mengamati keduanya yang berjalan keluar dari kafe dengan penuh percaya diri, seakan tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Jennifer bahkan tertawa kecil sambil menepuk dada Charlos sebelum mereka benar-benar menghilang di balik pintu kaca."Akhirnya mereka pergi juga," keluh Valerie, lalu menjatuhkan dirinya kembali ke kursi dengan napas panjang.Aldrich, yang sejak tadi menyaksikan reaksinya dengan ekspresi terhibur, terkekeh santai. "Apa kau juga ingin pergi? Tidak perlu menebak, mereka pasti berakhir di hotel malam ini."Valerie menoleh cepat, menatap Aldrich dengan wajah setengah kesal. "Aku tidak peduli!" ketusnya, memutar bola mata.Tapi Aldrich tidak tertipu. Dia melihat bagaimana Valerie meneguk minumannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 142

    “Aku tidak tahu mengapa bisa sebuta itu dan menyukai dia!” keluh Valerie, sebelum meneguk minumannya dengan gerakan cepat dan kesal.Di hadapannya, Aldrich hanya terkekeh kecil. Saat pelayan datang membawa cangkir espresso keduanya, ia mengangguk singkat sebagai tanda terima kasih, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Valerie.“Wajar saja jika manusia khilaf,” komentarnya santai, nada suaranya penuh hiburan melihat ekspresi kesal Valerie.Valerie menghela napas panjang, lalu diam-diam mengangguk, mengakui kebenaran ucapan Aldrich. Dahulu, ia benar-benar menganggap Charlos sebagai pria baik. Seseorang yang ia pikir akan selalu ada untuknya. Namun kenyataannya, pria itu dengan mudah mengkhianatinya, memilih sahabatnya sendiri, Jennifer—dan meninggalkan Valerie begitu saja.Dan sekarang? Mendengar sendiri rencana busuk serta percakapan menjijikkan antara Charlos dan Jennifer membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Dulu, ia begitu bodoh hingga menangisi pria brengsek seperti

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 141

    "Jadi?" Charlos menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Jennifer dengan penuh selidik. "Apa rencanamu?"Jennifer tersenyum kecil, matanya bersinar licik. Dengan gerakan anggun, ia mengaduk kopinya perlahan sebelum menjawab, "Kita akan memainkan kesetiaan sebagai senjata. Buat Aldrich percaya bahwa Valerie masih mencintaimu, bahwa hubungan kalian belum benar-benar berakhir."Charlos mengangkat alis, belum sepenuhnya yakin. "Dan kau yakin itu akan berhasil?"Jennifer tertawa pelan, suara lembutnya penuh racun. "Tentu saja." Ia menatap Charlos tajam. "Valerie meninggalkanmu karena perselingkuhanmu denganku. Sekarang, bagaimana jika Aldrich berpikir Valerie masih berharap kembali padamu? Pria sepertinya tak akan tahan dengan pengkhianatan. Dia pasti akan membenci Valerie."Charlos mengusap dagunya, perlahan senyum terbentuk di wajahnya. Membayangkan skenario itu, membayangkan Valerie yang kaya raya dan terluka, kembali dalam genggamannya, terdengar sangat menarik.Dulu, ia meningga

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 140

    “Kau tersenyum?” tanya Valerie tak percaya.Aldrich baru saja memintanya menemani lembur, tapi tiba-tiba pria itu malah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Valerie yang menunggu dengan tumpukan berkas di depan. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, kantor mulai sepi, hanya tersisa mereka berdua di ruangan ini.Aldrich yang baru saja menerima pesan dari mata-matanya tentang pergerakan Charlos dan Jennifer terkekeh pelan. Ia mengunci ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelum menatap Valerie dengan senyum yang membuat wanita itu kesal sekaligus penasaran.“Maaf, babe. Aku terlalu fokus.” Suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.Valerie mendengus, lalu melipat tangan di depan dada, sikapnya seperti seseorang yang sedang merajuk. Namun, detik berikutnya, ia tersadar akan reaksinya sendiri. Mengapa ia bisa bertingkah seperti ini di depan Aldrich dengan begitu alami? Padahal, saat pria itu menyatakan perasaannya, ia dengan tegas menolak.Namun kini, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status