Pagi harinya seperti biasa aku membantu ibu memasak di dapur."Oh, ya Ris, bukankah hari ini kamu ada jadwal untuk periksa ke bidan untuk mengecek kandungan mu?," ibu bertanya pada ku.Aku hanya meng-iyakan pertanyaan ibu karena memang hari ini waktunya aku periksa. "Ya bu,""Mungkin nanti aku akan ke rumah bu bidan, kayak nya sih aku ke sananya agak siangan." jawab ku lagi. "Mau ibu temenin gak ke sananya, kan hari ini si Keysa gak bisa anterin kamu karena dia harus sekolah," ujar ibu lagi. "Gak, usah bu, aku bisa kesana sendiri kok, lagian kan rumah bidannya gak terlalu jauh, aku bisa bawa motor sendiri kok bu, ibu gak usah khawatir" ucap ku. "Tapi kan motor nya akan di bawa Keysa ke sekolah Ris, dan yang satunya mungkin akan di bawa Adam." jelas ibu. Membuat ku menepuk jidat, aku lupa kalau di rumah hanya ada dua motor saja, yang akan di pakai oleh Adam dan Keysa, sedangkan bapak kalau bekerja selalu ikut pak didi yang memang bekerja di tempat yang sama dengan bapak. "Ya udah
setelah tadi pak Arman mengazani cucu nya, kini bayi itu tengah di pangku oleh Risma. ,Wajah bayinya sangat mirip dengan mas Reza, apa karena dia tak di akui oleh ayah nya sehingga paras wajah nya tak ada bedanya dengan mas Reza, aku bergumam dalam hati, sambil terus mengamati wajah bayi ku yang telah lahir kedunia ini."Wah ponakan ku sudah lahir, lucunya mbak," Keysa yang baru datang langsung saja menciumi bayi ku dengan gemes. "Ibu mana mbak?," tanya Keysa sambil mengedarkan pandangan nya ke seliling kamar. "Ibu lagi di toilet Key, " balasku dengan suara pelan karena masih merasa lemas."Kalau Bapak dan bang Adam kemana mbk kok aku gak lihat mereka di luar,?" Keysa bertanya lagi. "Mungkin lagi beli makanan Key, solnya mbak laper banget.""Eh, kamu udah dateng Key," Bu Lastri yang baru kembali bertanya pada anak bungsu nya itu, karena tadi dia tak ikut."Ya bu, baru aja sampai." balas Keysa. "Mana makanan nya pak," aku bertanya saat melihat Bapak dan Adam masuk keruangan. "Ini
"Kami pamit dulu Ris," ujar Bu Juli, mereka pun melangkah keluar."Ya, bu makasih ya" balas ku. "Maaf ya bu, ibu atas kejadian tadi." ujar ibu sambil mengekor di belakang rombongan bu Juli. "Gak papa kok buk lagian kan itu bukan kesalahan ibu, tapi keluarga Reza yang cari masalah" Bu Emi menimpali. Setelah rombongan ibu-ibu itu pulang, aku pun mengangkat Alvin dan berniat menyusuinya, tapi asi ku tak mau keluar, Walaupun Alvin sudah mengemut put*ng nya dengan kuat tapi tak ada asi yang keluar sehingga membuatnya menangis mungkin dia haus Karena sejak pulang dari rumah sakit tadi Alvin belum aku susui. "Kenapa anak mu kok nangis Ris, gak kamu susui" tanya ibu yang menghampiri ku."Sudah bu tapi asinya tak mau keluar sedangkan Alvin mungkin dia sudah lapar dan haus" jelas ku."Ya, sudah kamu tenangin dulu anak mu, biar ibu menyuruh Keysa untuk membeli sufor dulu." "Apakah ibu masih punya uang" tanya ku pada ibu karena tadi Yang membayar biaya rumah sakit adalah ibu, karena aku tak
Bab 7Setelah cukup lama termenung akhirnya Reza memilih bangkit dan melangkah menuju kamarnya, karena bu Lusi sedang tak di rumah sepertinya dia lagi nongkong di warung bersama ibu-ibu lainnya, sedangkan emeliy sepertinya dia belum pulang. Ceklek... Saat pintu sudah terbuka Reza pun segera masuk dan mendekati Kalista yang sedang berbaring di tempat tidur. "Aku tau kamu belum tidur, tak usah pura-pura seperti itu." ujar Reza yang duduk di samping Kalista. "Hah " Kalista menghembuskan nafas kasar. "Ada apa dengan mu kenapa semenjak pulang dari kafe sikap mu malah berubah seperti ini, siapa sebenarnya laki-laki yang kau sebut Andre itu.?" Reza bertanya dengan nada sidikit membentak karena Kalista masih tak m resonnya, semakin membuat Reza tak tenang apalagi paras Andre yang memang lebih tampan darinya."Kamu apa-apaan sih mas marah-marah gak jelas, jika kamu ingin tau siapa laki-laki tadi, dia adalah mantan pacar ku dulu puas kamu," ujar Kalista dengan kesal karena bentakan Reza ta
Bab 8"Saya sudah tau dari Doni." jawab nya dingin, dan melangkah pergi. "Bapak, tidak akam memecat kami kan? " ucap Dewi lagi, sebelum bos baru itu menjauh."Tidak," dia menjawab tanpa menghentikan langkahnya. "Hore.... " Dewi dan Lili berteriak kegirangan, seperti anak-anak yang mendapat mainan baru. " Lili, si Doni sepertinya ngambek tuh, cepat kamu susul ntar kalau di tinggalin sama Doni baru tau rasa kamu, pulang nya harus ngesot." ejek ku pada Lili. "Gak mungkin lah sih Doni tega ninggalin aku, kalau pun di tinggalin kan ada kamu dan Dewi, aku bisa nebeng sama kalian." balas Lili sambil mengedib-ngedibkan matanya."Udah lah, ayo pulang aku sudah rindu sama Alvin, " ujarku dan langsung melangkah meninggalkan Dewi dan Lili. "Tunggu Ris," Lili dan Dewi mengejar ku. "Don, aku mau nanya, " ucap ku pada Doni yang sudah nangkring di atas sepeda motornya. "Mau nanya apa Ris, tentang Andre" tebak Doni, yang langsung tepat sasaran. "Iya, kenapa kamu tadi kok bisa sedekat itu sama
"Sudah lah Mbak, berikan saja Alvin pada kita, biar dia bisa dapat kehidupan yang lebih terjamin,"Kalista berucap dengan santai nya, tanpa memikirkan perasaan ku sebagai ibu Alvin,."Kenapa kamu selalu ingin merebut Alvin dari ku apa karena istri mu itu tak bisa memberi mu anak, sehingga kamu selalu kekeh ingin mengambil Alvin dari ku." ujar ku sambil menunjuk Kalista yang berdiri di samping mas Reza. "Jaga mulut mu Mbak, siapa yang bilang aku tak bisa punya anak," Kalista membentakku mungkin dia tak terima akan ucapanku barusan."Ada apa ini, kenapa kalian ke sini lagi." ujar bapak yang menyusul ku keluar."Tak usah membentakku seperti itu, karena memang kenyataan nya kamu sudah tak bisa memberi mas Reza keturunan, dan untuk kamu Mas, kenapa tak menikah lagi saja jika istri mu ini tak bisa mengandung lagi, kan lebih gampang dari pada harus merebut Alvin dari ku, karena sampai mati pun aku tak akan pernah menyerahkan Alvin pada Kalian." ketus ku pada Mas Reza, aku sengaja menyuruh M
Suara adzan subuh terdengar sayup-sayup, aku pun membuka mata secara perlahan, sepertinya tadi aku ketiduran lagi, setelah membuatkan susu untuk Alvin. Setelah kesadaran ku sudah penuh, aku segera bangkit, setelah memastikan kalau Alvin masih tertidur, aku pun berjalan keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengambil wudu, guna menjalankan kewajiban ku sebagai ummat muslim. ***Setelah memandikan Alvin aku mengambil pemp*s Alvin dan ternyata pemp*s nya sudah tinggal sedikit "sepertinya saat pulang kerja nanti aku harus belanja susu dan pemp*s Alvin deh" gumam ku dan segera memakai kan pemp*s dan pakaian Alvin. Setelah selesai mengurus Alvin aku menggendong Alvin keluar kamar dan menyerahkannya pada Keysa."Tolong jaga Alvin dulu Key, Mbak mau siap-siap dulu takutnya nanti keburu siang." aku menyerahkan Alvin pada Keysa. "Udah ganteng nih ponakan ku, makin sayang tante sama kamu Al," Keysa berucap sambil menciumi Alvin sehingga membuatya tertawa."Kamu kan hari ini libur jadi kamu
Bab 11"Aahhh, Risma, meleleh aku melihat tatapan pak Andre saat menolongmu, andai tadi itu aku yang di tolong pak Andre pasti akan langsungku cium bibir sexs*nya itu, membayangkan nya saja sudah hampir membuatku gila." Lili berucap sambil senyum-senyum sendiri entah apa yang dia bayangkan. Padahal tadi aku biasa saja saat berdekatan dengan pak Andre, mereka berdua terlalu lebay menurutku. "Ngaco kamu Li, ingat Doni Li" ucap ku sambil menoyor kepala Lili dan melangkah meninggalkannya yang masih berdiri di samping meja kasir. "Kerja Li, Kerja jangan menghayal ketinggian entar kalau jatuh sakit." ejek, Dewi. "Ih, kamu Dew ganggu aja." jjar Lili cemberut dan melangkah menyusul Risma ke belakang.**Sedangkan di rumah Bu lusi, Reza sedang bertengkar hebat dengan Kalista. "Kamu kemana kan uang perusahaan papa Mas, Uang 1 M yang sudah kamu ambil itu.?" Tanya Kalista ber-api-api, bagaimana dia tak marah sedangkan saat ini papanya sedang butuh biaya untuk oprasi jantung, jika tak segera