43"Hallo Za, ibumu sekarang ada di rumah sakit kamu cepat kesini," Ujar bu Juli pada Reza saat panggilannya telah di angkot oleh Reza. "Ini siapa ya, ibu saya sedang di pasar jadi gak usah mengada-ngada," Balas Reza yang merasa tak percaya. "Saya bu Juli Za, saya serius cepat kamu kesini kondisi ibumu sangat memprihatinkan." Ujar bu Juli, Reza pun langsung bangkit dari tempat duduknya lalu segera berlari keluar dari dalam rumahnya dia benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya saat mendengar perkataan Bu Juli. **Sedangkan di rumah sakit Bu Lusi sudah di tangani oleh dokter, namun semua dokter yang ada di sana malah menghilangkan kepalanya saat detak jantung Bu Lusi semakin lemah. "Ini gimana dok, detak jantung pasien semakin menurun.?" "Kita akan coba sebaik mungkin jika pasien tetap tak bisa kita selamatkan, mungkin ini memang jalan takdirnya.""Bu, ibu sana gimana keadaannya,?"Tanya Reza yang baru saja sampai di rumah sakit. "Belum tau dokter masih belum ada yang keluar, ib
44Risma yang mendengar kabar jika mantan ibu mertuanya kecelakaan pun berinisiatif untuk menjenguk karena bagaimana pun mantan mertuanya itu masih nenek Alvin. "Aku boleh kan Mas menjenguk bu Lusi,?" Tanya Risma pada Andre. "Boleh aja nanti bira Mas yang antar kamu kerumah sakit," Balas Andre. "Ok, mas," "Sekarang kita sarapan aja dulu, kamu mau ikut mas ke kantor nggak,?""Mau sih Mas, sama Alvin juga kan,""Iya sama Alvin,"***Siang harinya Andre mengantarkan Risma untuk kerumah sakit, sesuai dengan perkataannya tadi pagi. "Dimana ya Mas ruangan rawatnya,?""Kamu tanya aja sama perawat disini,""Permisi Sus, ruangan rawat pasien bernama bu Lusi di mana ya sus,?""Ada di sebelah kanan bu, ibu maju aja kamar pasien ada di sana.""Makasih sus,""Sama-sama bu,""Ayo mas, Al,"Mereka pun melangkah menuju ruangan bu Lusi sesuai petunjuk suster tadi.. "Itu sepertinya Mas Reza, dan Emeli mas," Risma menunjuk Reza dan yang Emeli yang sedang duduk di kurai depan ruang rawat. "Ayo ki
45 bu Lusi lumpuh. Saat Risma dan Andre telah pergi Emeli kembali duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat ibunya itu. "Ya Allah apakah Ini adalah karma untuk ibu," gumam Emeli yang kembali mengingat semua kenangan buruk di masalalu yang pernah ibunya lakukan pada Risma. "Apa yang kamu pikirin Mel," ucap Reza yang baru saja kembali. "Abang dari mana,?" Emeli malah balik bertanya. "Abang dari luar, ini abang beliin cemilan buat kamu juga," Reza mengulurkan sebuah bungkusan kearah Emeli. Namun Emeli enggan menerima cemilan yang Reza belikan. "Di situasi begini abang masih bisa foya-foya, abang sebenarnya kasian gak sih sama ibu, yang sedang terbaring koma, seharusnya uang yang di beri mbak Risma tadi abang simpan untuk biaya pengobatan ibu, bukan untuk foya-foya, kita akan membayar dengan apa biaya rumah sakit ini bang, kalau kita gak punya uang, apalagi abang sekarang sudah gak kerja. Begitu pun aku yang hanya kerja paruh waktu dengan penghasilan yang tak seberapa aku tak yak
46"Aku harus apa sekarang bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan uang banyak untuk biaya pengobatan ibu, sedangkan bang Reza malah seperti itu," Emeli hanya bisa menghela nafas kasar. Kala memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya tak sedikit jumlahnya nanti yang harus ia tanggung. "Mel," Teman-teman Emeli datang mengunjungi Emeli yang sedang ada di rumah sakit."Kalian kesini,?" Emeli bangkit menyapa teman-teman nya. "Gimana kabar nyokap Lo Mel,?""Masih koma, gak tau gue lihat kondisi nyokap kek gini,""Yang sabar Mel, doakan saja, semoga nyokap lo cepat sadar.""Makasih loh, kalian udah mau repot-repot datang kesini,""Santai aja kali Mel, kita kan bestie.""Abang Lo mana,?""Gak tau, tadi dia keluar,""Boleh gak sih kita lihat kondisi nyokap Lo,""Boleh aja tapi harus gantian,""Ok lah,"Teman-teman Emeli masuk secara bergantian keruang rawat Bu Lusi. ***Malam harinya Risma dan Ande masih menikmati masa-masa pengantin barunya, Risma merasa sangat bahagia mendapat perlak
47Reza masih saja bersenang-senang dengan wanita sewaannya, dia tak memikirkan keadaan sang ibu yang sedang koma di rumah sakit, ibunya yang sedang bertaruh antara hidup dan mati, namun Reza malah asik bersenang-senang dengan wanita di club malam. "Ada apa dengan ibu dok,?" Emeli bertanya dengan nada cemas saat melihat raut wajah dokter yang sangat sendu. "Maaf mbak, saya harus menyampaikan jika ibu mbak sudah tak tek tertolong," Lirih dokter itu, membuat Emeli syok dan hampir saja limbung jika tangannya tak berpegangan pada tembok. "Jangan bercanda dok, ibu saya gak mungkin mati, ibu saya pasti masih hidup, dokter bohongkan,?" Emeli mengguncang tubuh dokter itu. "Maaf mbak, saya tak sedang bercanda saya serius," Jawab dokter itu dengan sungguh-sungguh membuat Emeli jatuh bersimpu di lantai. "Nggak, nggak mungkin, ibu gak mungkin pergi secepet ini," Raung Emeli di iringi dengan tangissannya yang mulai pecah. "Yang sabar mbak, agar ibu mbak bisa tenang di alam sana, saya permisi
48Reza baru saja pulang karena mendapat kabar jika ibunya sudah tiada, Reza memasuki rumahnya, kakinya tiba-tiba lemas saat melihat tubuh ibunya yang sudah terbaring kaku di tutupi oleh lain jarik, banyak warga yang membacakan surat yasin di samping sang ibu, Emeli menangis tergugu, di samping ibunya. Dengan langkah berat Reza mendekati jasad sang ibu, Reza membuka kain yang menutup wajah ibunya, saat melihat wajah sang ibu yang sudah pucat pasi, Reza tak kuasa manahan air matanya, rasa penyesalan tiba-tiba menelusup kerongga dadanya. "Apakah Mas puas, melihat ibu yang sudah tak bernyawa seperti ini,?" Ujar Emeli, dengan suara lirih. Namun Reza tak menanggapi ucapan adiknya itu, Reza memeluk tubuh bu Lusi diiringi oleh isak tangisnya."Maafkan Reza bu, maaf," lirih Reza sambil tergugu. Jasad bu Lusi pun di mandikan oleh warga, selesai di mandikan dan di kafanin, barulah jenazah itu di salatkan. Setelahnya mereka membawa jasad bu Lusi untuk di kebumikan. Dipemakaman umum yang ada
49 Satu tahun telah berlalu kini kehidupan Reza semakin tak karuan bahkan Emeli memilih meninggalkan Reza yang semakin gila dengan minuman dan tak hentinya melakukan judi membuat Emeli tak kuat dengan sifat abangnya itu, Emeli memilih ngontrak tak lagi mau tinggal serumah dengan abangnya. "Mel, gimana Abang Lo masih gak berubah dia masih doyan minum.?""Nggak tau gue udah lama banget gak bertemu dia, dan udah gak tau kabarnya lagi.""Lo gak pernah pulang ke rumah lagi Mel.?""Nggak gue masih tinggal di kontrakan gak mau gue lihat bang Reza yang tiap harinya pulang mabuk dan selalu saja gemar berjudi hingga hutangnya di mana-mana.""Mungkin ini adalah hukuman buat bang Reza dulu dia jahat banget sama mbak Risma bahkan menalak mbak Risma saat mbak Risma tengah hamil, dan malah memilih menikah dengan wanita lain. Dan sekarang kehidupan bang Reza malah semakin tak karuan, entahlah gue bingung sebenarnya gue merasa kasian melihat keadaan bang Reza tapi gue juga merasa kecewa sama bang Re
50Kehidupan Risma dan Andre semakin tentram dan bahagia, dulu Risma mendapat seorang suami yang tega menalaknya dan memilih wanita lain, namun Risma sekarang sangat bersyukur karena Allah telah memberinya seorang pengganti yang lebih menyayangi dirinya bahkan bisa di bilang Risma selalu di ratukan oleh Andre, Andre tak pernah sekalipun berbuat kasar pada Risma bahkan meninggikan suaranya pun Andre belum pernah. "Sayang lagi ngelamunin apa sih.?" Andre memeluk tubuh Risma dari arah belakang."Nggak ada apa-apa kok Mas.""Kinara boboknya nyenyak banget ya." ucap Andre menoleh kearah kasur di mana Kinara sedang tertidur dengan pulas, Kinara memang masih satu kamar dengan Risma walaupun Risma sudah menyewa seorang baby sitter namun Risma tak ingin lepas tangan begitu saja, apalagi Kinara masih asi. "Makasih ya Mas.""Untuk,?" Tanya Andre sambil membalik tubuh Risma. "Untuk semuanya, makasih karena Mas selama ini tak pernah berlaku kasar padaku, bahkan Mas tak pernah protes walaupun k