"kamu ceraikan saja istrimu itu Za, dia sudah mulai tak waras masak ngobrolnya sama kucing kan aneh." ujar ibu mertua, meminta Mas Reza untuk menceraikanku.Memang apa salahnya ketika aku bercanda sama kucing yang aku pelihara, apa cuma karena itu ibu mertua sampai mengatai ku tak waras. Sedangkan mas Reza masih diam, aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan memohon agar dia tak menceraikan ku karena saat ini aku tengah hamil, dan mas Reza tau itu, aku berharap mas Reza tak menuruti kemauan ibunya itu. "Memang apa salah ku bu, sehingga ibu meminta mas Reza menceraikan ku? " tanya ku sambil menatap ibu mertua. Dengan mata yang mulai mengembun."Salah mu banyak, sudah pemalas gak pernah bantu-bantu di tambah juga gak waras, saya gak sudi memiliki menantu gak waras seperti mu." ujarnya benar-benar membuatku sakit hati, lantas jika memang dia tak ingin memiliki menantu seperti ku mengapa dulu dia merestui hubungan ku dengan mas Reza, dan tadi katanya aku pemalas, padahal semua pekerjaan
"Kasian ya si Risma, saat hamil muda seperti itu harusnya ada suaminya yang mendampingi, tapi ini malah dengan tega nya si Reza itu malah menceraikan nya.""Dan parahnya lagi, si ibunya Reza malah nyebar fitnah kalau anak yang Risma kandung itu, di bilang bukan anak Reza, kan gila tuh si ibunya Reza, udah anaknya gak bertanggung jawab malah seenaknya nyebar fitnah, iih amit-amit kalau aku sampai dapat besan model begituan" celetuk salah satu ibu-ibu yang lagi asik membahas soal perceraian Risma. "Ya, ya kenapa si Bu Lusi begitu tega nyebar fitnah seperti itu, padahal jelas-jelas suami Risma itu Reza, dan denger-denger juga kalau si Reza itu di guna-guna agar benci sama si Risma dan menceraikan nya, katanya sih, si Risma itu bukan mantu idaman seperti yang dia ingin kan""Sudah lah bu ibu, kita doa kan saja semoga Risma bisa sabar menghadapi ujian ini dan nanti akan allah beri pengganti yang lebih baik dari Reza" ujar Bu Emi."Amiin" jawab mereka serempak, mengaminkan perkataan bu Emi
"Temenin Mbak yuk Key," Ajak ku pada Keysa yang sedang duduk di ruang tengah, sambil nonton TV. "Memangnya mau kemana Mbak," tanya nya pada ku."Mbak lagi pengen sesuatu Key, yang manis-manis gitu, kayak nya Mbak ngidam deh" ujar ku sambil tersenyum. "Ya udah ayok, tapi aku mau ganti baju dulu sebentar," ujar nya dan pergi menuju kamarnya."Jangan lama-lama Key, Entar keburu sore" ujar ku. "Ya Mbak, gak akan lama kok cuma ganti baju doang" jawab Keysa yang sudah masuk ke dalam kamar nya.Aku melangkah menuju teras lebih dulu, duduk di kursi teras sambil menunggu Keysa berganti baju.🏵🏵pov 3Saat Risma sedang duduk menunggu pesanan martabak yang dia pesan, Risma mendengar suara yang sangat familiar, dan benar saja saat ia menoleh terlihat Reza yang baru saja keluar dari indomaret sambil membawa dua plastik putih sepertinya dia habis berbelanja. Saat Risma tengah mengamati mereka yang sedang bercanda ria, tiba-tiba Reza menoleh ke arahnya dan Kalista juga mengikuti arah pandangan
Pagi harinya seperti biasa aku membantu ibu memasak di dapur."Oh, ya Ris, bukankah hari ini kamu ada jadwal untuk periksa ke bidan untuk mengecek kandungan mu?," ibu bertanya pada ku.Aku hanya meng-iyakan pertanyaan ibu karena memang hari ini waktunya aku periksa. "Ya bu,""Mungkin nanti aku akan ke rumah bu bidan, kayak nya sih aku ke sananya agak siangan." jawab ku lagi. "Mau ibu temenin gak ke sananya, kan hari ini si Keysa gak bisa anterin kamu karena dia harus sekolah," ujar ibu lagi. "Gak, usah bu, aku bisa kesana sendiri kok, lagian kan rumah bidannya gak terlalu jauh, aku bisa bawa motor sendiri kok bu, ibu gak usah khawatir" ucap ku. "Tapi kan motor nya akan di bawa Keysa ke sekolah Ris, dan yang satunya mungkin akan di bawa Adam." jelas ibu. Membuat ku menepuk jidat, aku lupa kalau di rumah hanya ada dua motor saja, yang akan di pakai oleh Adam dan Keysa, sedangkan bapak kalau bekerja selalu ikut pak didi yang memang bekerja di tempat yang sama dengan bapak. "Ya udah
setelah tadi pak Arman mengazani cucu nya, kini bayi itu tengah di pangku oleh Risma. ,Wajah bayinya sangat mirip dengan mas Reza, apa karena dia tak di akui oleh ayah nya sehingga paras wajah nya tak ada bedanya dengan mas Reza, aku bergumam dalam hati, sambil terus mengamati wajah bayi ku yang telah lahir kedunia ini."Wah ponakan ku sudah lahir, lucunya mbak," Keysa yang baru datang langsung saja menciumi bayi ku dengan gemes. "Ibu mana mbak?," tanya Keysa sambil mengedarkan pandangan nya ke seliling kamar. "Ibu lagi di toilet Key, " balasku dengan suara pelan karena masih merasa lemas."Kalau Bapak dan bang Adam kemana mbk kok aku gak lihat mereka di luar,?" Keysa bertanya lagi. "Mungkin lagi beli makanan Key, solnya mbak laper banget.""Eh, kamu udah dateng Key," Bu Lastri yang baru kembali bertanya pada anak bungsu nya itu, karena tadi dia tak ikut."Ya bu, baru aja sampai." balas Keysa. "Mana makanan nya pak," aku bertanya saat melihat Bapak dan Adam masuk keruangan. "Ini
"Kami pamit dulu Ris," ujar Bu Juli, mereka pun melangkah keluar."Ya, bu makasih ya" balas ku. "Maaf ya bu, ibu atas kejadian tadi." ujar ibu sambil mengekor di belakang rombongan bu Juli. "Gak papa kok buk lagian kan itu bukan kesalahan ibu, tapi keluarga Reza yang cari masalah" Bu Emi menimpali. Setelah rombongan ibu-ibu itu pulang, aku pun mengangkat Alvin dan berniat menyusuinya, tapi asi ku tak mau keluar, Walaupun Alvin sudah mengemut put*ng nya dengan kuat tapi tak ada asi yang keluar sehingga membuatnya menangis mungkin dia haus Karena sejak pulang dari rumah sakit tadi Alvin belum aku susui. "Kenapa anak mu kok nangis Ris, gak kamu susui" tanya ibu yang menghampiri ku."Sudah bu tapi asinya tak mau keluar sedangkan Alvin mungkin dia sudah lapar dan haus" jelas ku."Ya, sudah kamu tenangin dulu anak mu, biar ibu menyuruh Keysa untuk membeli sufor dulu." "Apakah ibu masih punya uang" tanya ku pada ibu karena tadi Yang membayar biaya rumah sakit adalah ibu, karena aku tak
Bab 7Setelah cukup lama termenung akhirnya Reza memilih bangkit dan melangkah menuju kamarnya, karena bu Lusi sedang tak di rumah sepertinya dia lagi nongkong di warung bersama ibu-ibu lainnya, sedangkan emeliy sepertinya dia belum pulang. Ceklek... Saat pintu sudah terbuka Reza pun segera masuk dan mendekati Kalista yang sedang berbaring di tempat tidur. "Aku tau kamu belum tidur, tak usah pura-pura seperti itu." ujar Reza yang duduk di samping Kalista. "Hah " Kalista menghembuskan nafas kasar. "Ada apa dengan mu kenapa semenjak pulang dari kafe sikap mu malah berubah seperti ini, siapa sebenarnya laki-laki yang kau sebut Andre itu.?" Reza bertanya dengan nada sidikit membentak karena Kalista masih tak m resonnya, semakin membuat Reza tak tenang apalagi paras Andre yang memang lebih tampan darinya."Kamu apa-apaan sih mas marah-marah gak jelas, jika kamu ingin tau siapa laki-laki tadi, dia adalah mantan pacar ku dulu puas kamu," ujar Kalista dengan kesal karena bentakan Reza ta
Bab 8"Saya sudah tau dari Doni." jawab nya dingin, dan melangkah pergi. "Bapak, tidak akam memecat kami kan? " ucap Dewi lagi, sebelum bos baru itu menjauh."Tidak," dia menjawab tanpa menghentikan langkahnya. "Hore.... " Dewi dan Lili berteriak kegirangan, seperti anak-anak yang mendapat mainan baru. " Lili, si Doni sepertinya ngambek tuh, cepat kamu susul ntar kalau di tinggalin sama Doni baru tau rasa kamu, pulang nya harus ngesot." ejek ku pada Lili. "Gak mungkin lah sih Doni tega ninggalin aku, kalau pun di tinggalin kan ada kamu dan Dewi, aku bisa nebeng sama kalian." balas Lili sambil mengedib-ngedibkan matanya."Udah lah, ayo pulang aku sudah rindu sama Alvin, " ujarku dan langsung melangkah meninggalkan Dewi dan Lili. "Tunggu Ris," Lili dan Dewi mengejar ku. "Don, aku mau nanya, " ucap ku pada Doni yang sudah nangkring di atas sepeda motornya. "Mau nanya apa Ris, tentang Andre" tebak Doni, yang langsung tepat sasaran. "Iya, kenapa kamu tadi kok bisa sedekat itu sama