Share

bab 2

"Kasian ya si Risma, saat hamil muda seperti itu harusnya ada suaminya yang mendampingi, tapi ini malah dengan tega nya si Reza itu malah menceraikan nya."

"Dan parahnya lagi, si ibunya Reza malah nyebar fitnah kalau anak yang Risma kandung itu, di bilang bukan anak Reza, kan gila tuh si ibunya Reza, udah anaknya gak bertanggung jawab malah seenaknya nyebar fitnah, iih amit-amit kalau aku sampai dapat besan model begituan" celetuk salah satu ibu-ibu yang lagi asik membahas soal perceraian Risma.

"Ya, ya kenapa si Bu Lusi begitu tega nyebar fitnah seperti itu, padahal jelas-jelas suami Risma itu Reza, dan denger-denger juga kalau si Reza itu di guna-guna agar benci sama si Risma dan menceraikan nya, katanya sih, si Risma itu bukan mantu idaman seperti yang dia ingin kan"

"Sudah lah bu ibu, kita doa kan saja semoga Risma bisa sabar menghadapi ujian ini dan nanti akan allah beri pengganti yang lebih baik dari Reza" ujar Bu Emi.

"Amiin" jawab mereka serempak, mengaminkan perkataan bu Emi.

**

"Mama akan selalu berusaha untuk kuat menghadapi masalah ini sayang, walaupun kelak kamu lahir tanpa seorang ayah, tapi mama berjanji nak, mama akan berusaha untuk selalu membuat mu bahagia" aku mengusap-usap perut ku yang mulai membuncit, karena menurut bidan usia kandungan ku sudah 3 bulan, walaupun tanpa sosok suami yang menemani tapi yang penting anak ku bukan hasil berzinah, tapi ayah nya yang tak memiliki rasa tanggung jawab sehingga begitu tega menelantarkan ku dan anak yang masih aku kandung.

Selesai shalat isya aku pun membuka f* hanya sekedar ingin melihat-lihat saja guna mengusir rasa jenuh.

Tapi perhatian ku malah bertumpu pada sebuah postingan Emeli adik Mas Reza, di foto itu terlihat mas Reza yang sedang bertukar cincin dengan wanita yang tak aku kenal, tanpa sadar air mata ku tiba-tiba luruh, entah kenapa aku masih belum bisa melupannya, dan kenapa juga aku masih selalu berharap bahwa mas Reza akan kembali pada ku.

Dan nyatanya semua itu hanya menjadi hayalan semata, yang tak akan pernah terwujud, karena sebentar lagi mas Reza akan menikah dengan wanita pilihan ibu nya.

Aku buru-buru menghapus air mata ku, saat mendengar langkah kaki di luar kamar, karena aku tak ingin membuat ibu khawatir.

Tok tok tok...

"Boleh ibu masuk Ris?,"

Terdengar suara ibu dari luar pintu, "Masuk aja bu gak di kunci kok," balasku dari dalam kamar.

Ceklek

Saat pintu terbuka ibu langsung melangkah mendekati ku.

"Oh ya Ris ibu ke sini, cuman mau ngingetin kamu buat makan aja, kasian anak kamu kalau sampai kelaparan, ibu hanya tak ingin kamu sakit, masalah mu tak usah terlalu kamu pikirin, biarlah semua berjalan dengan sendirinya, kamu cukup fokus pada kandungan mu saja," ujar Ibu ikut duduk di sampingku.

"Iya bu Risma akan berusaha untuk mengikhlaskan semua nya mungkin ini memang sudah menjadi takdir ku, bu"

"Ya sudah ibu keluar dulu, ibu tunggu di meja makan ya"

"Ya bu,"

Ya memang benar apa yang di katakan ibu, bahwa aku harus berusaha untuk melupakan semua nya, dan mengubur semua harapan ku pada mas Reza.

Aku pun Meletakkan ponsel di atas kasur dan melangkah menuju dapur menyusul ibu. Yang telah keluar lebih dulu.

šŸµšŸµ

Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa usia kandungan ku sudah 4 bulan, dan esok akan di adakan acara selamettan kecil-kecilan oleh bapak dan ibu, walaupun tak di rayakan dengan mewah seperti orang-orang lainnya, tapi aku tetap bersyukur karena masih bisa mengadakan syukuran walaupun sederhana.

Esok harinya ibu tengah sibuk berkutat di dapur menyiapkan masakan untuk orang-orang yang akan hadir nanti, ibu tidak sendiri dia di bantu oleh tentangga yang memang dekat dari rumah, saat aku sibuk membantu mengelap piring dan pralatan lainnya.

Tiba-tiba ada paman Mas Reza yang datang, dia terlihat bingung saat melihat ada banyak orang yang ada di sini, bapak menyambutnya dengan baik dan mempersilahkan nya untuk masuk.

"Ada acara apa, kok terlihat sangat sibuk," terdengar suara Om Firman bertanya pada bapak.

"Selamatan 4 bulanan nya Risma" jawab bapak.

Terlihat om Firman begitu terkejut mendengar jawaban bapak.

"Loh bukannya kata Reza dan Lusi, Risma itu tidak hamil, apa mereka telah membohongi ku" ujar om Firman yang terlihat menahan kesal dan malu, mungkin dia merasa tak enak karena sudah datang di waktu yang tak tepat, di acara selamatan ku, sedangkan Ibu mas Reza berkata bahwa aku tidak hamil, dan Om firman rumahnya memang lumayan jauh mungkin dia tak mendengar desas-desus tentang kehamilan ku dan fitnah ibu nya mas Reza.

Sehingga dia percaya saja dengan ucapan mas Reza dan ibunya.

"Saya ke sini cuman ingin menyerahkan surat dari pengadilan, dan saya benar-benar minta maaf atas perbuatan Reza, saya sebagai pengganti ALM.bapak Reza benar-benar merasa malu atas perbuatannya yang tega menceraikan Risma dalam keadaan hamil seperti ini,"

"Andai saya tau dari awal bahwa Risma hamil, mungkin saya akan melarang Reza untuk menceraikan Rizma" ujar nya lagi.

"Sudah lah tak perlu di sesali mungkin ini memang sudah menjadi takdir anak ku." ujar bapak.

"Makan dulu Om," ujar ku setelah Meletakkan nasi serta lauk di atas meja.

"Maaf kan Reza ya, om benar-benar minta maaf atas nama Reza."

"Tak usah meminta maaf seperti itu om, karena bukan om yang salah tapi mas Reza." jawab ku.

" Silahkan di nikmati Om, aku pamit dulu mau bantu-bantu di dapur" ujar ku dan meninggalkan om Firman sama bapak yang masih duduk di depan om Firman.

**************

"Tadi om kamu, marah-marah sama ibu, karena tidak jujur tentang kehamilan Risma, katanya dia malu karena tadi saat om kamu mengantarkan surat cerai kalian, di sana tengah mengadakan selametan 4 bulanan Risma." ujar bu Lusi pada Reza yang tengah duduk di ruwang tamu.

"Sudah lah bu, gak usah di fikirin ucapan om Firman"

"Kamu benar juga Za, ngapain juga ibu harus mikirin ucapan Om mu itu, yang terpenting sekarang kamu sudah resmi bercerai secara hukum dan agama dengan si Risma itu," ujar bu Lusi antusias.

"Dan kamu juga bisa melangsungkan pernikahan mu dengan Kalista, ibu sudah tak sabar ingin memiliki menantu seperti Kalista, dia udah cantik, baik, dan juga kaya lagi, gak kayak si Risma itu udah jelek, gak waras lagi. "

"Udah bu gak usah bahas Risma lagi, aku mau mandi dulu nanti mau ketemu sama Kalista."

"Kalau kamu ketemu sama Kalista bilang sama dia, kalau pernikahan kalian akan di adakan seminggu lagi,"

"Terserah ibu, aku ngikut aja, ya sudah aku mau mandi dulu," ujarnya dan segera bangkit dari duduk nya.

"Berpenampilan yang ganteng, agar Kalista semakin terpesona sama kamu." Ujar bu Lusi pada Reza yang mulai menjauh.

Satu minggu telah berlalu. Kini mas Reza tengah melangsungkan pernikahan nya dengan Kalista, wanita yang baru aku tahu namaya, karena melihat unggahan Emeli yang memberi coption di unggahan itu dengan menyebut nama mas Reza dan istri barunya itu.

Mereka sedang berbahagia sedangkan aku di sini masih terpuruk dalam kesedihan, walaupun aku sudah berusaha untuk melupakan nya tapi itu semua tak mudah bagi ku, untuk melupakan semua kenangan manis bersama mas Reza.

"Aku tak boleh lemah aku harus kuat demi kamu nak, kita akan melewati ini bersama, mama yakin kita pasti bisa,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status