48Reza baru saja pulang karena mendapat kabar jika ibunya sudah tiada, Reza memasuki rumahnya, kakinya tiba-tiba lemas saat melihat tubuh ibunya yang sudah terbaring kaku di tutupi oleh lain jarik, banyak warga yang membacakan surat yasin di samping sang ibu, Emeli menangis tergugu, di samping ibunya. Dengan langkah berat Reza mendekati jasad sang ibu, Reza membuka kain yang menutup wajah ibunya, saat melihat wajah sang ibu yang sudah pucat pasi, Reza tak kuasa manahan air matanya, rasa penyesalan tiba-tiba menelusup kerongga dadanya. "Apakah Mas puas, melihat ibu yang sudah tak bernyawa seperti ini,?" Ujar Emeli, dengan suara lirih. Namun Reza tak menanggapi ucapan adiknya itu, Reza memeluk tubuh bu Lusi diiringi oleh isak tangisnya."Maafkan Reza bu, maaf," lirih Reza sambil tergugu. Jasad bu Lusi pun di mandikan oleh warga, selesai di mandikan dan di kafanin, barulah jenazah itu di salatkan. Setelahnya mereka membawa jasad bu Lusi untuk di kebumikan. Dipemakaman umum yang ada
49 Satu tahun telah berlalu kini kehidupan Reza semakin tak karuan bahkan Emeli memilih meninggalkan Reza yang semakin gila dengan minuman dan tak hentinya melakukan judi membuat Emeli tak kuat dengan sifat abangnya itu, Emeli memilih ngontrak tak lagi mau tinggal serumah dengan abangnya. "Mel, gimana Abang Lo masih gak berubah dia masih doyan minum.?""Nggak tau gue udah lama banget gak bertemu dia, dan udah gak tau kabarnya lagi.""Lo gak pernah pulang ke rumah lagi Mel.?""Nggak gue masih tinggal di kontrakan gak mau gue lihat bang Reza yang tiap harinya pulang mabuk dan selalu saja gemar berjudi hingga hutangnya di mana-mana.""Mungkin ini adalah hukuman buat bang Reza dulu dia jahat banget sama mbak Risma bahkan menalak mbak Risma saat mbak Risma tengah hamil, dan malah memilih menikah dengan wanita lain. Dan sekarang kehidupan bang Reza malah semakin tak karuan, entahlah gue bingung sebenarnya gue merasa kasian melihat keadaan bang Reza tapi gue juga merasa kecewa sama bang Re
50Kehidupan Risma dan Andre semakin tentram dan bahagia, dulu Risma mendapat seorang suami yang tega menalaknya dan memilih wanita lain, namun Risma sekarang sangat bersyukur karena Allah telah memberinya seorang pengganti yang lebih menyayangi dirinya bahkan bisa di bilang Risma selalu di ratukan oleh Andre, Andre tak pernah sekalipun berbuat kasar pada Risma bahkan meninggikan suaranya pun Andre belum pernah. "Sayang lagi ngelamunin apa sih.?" Andre memeluk tubuh Risma dari arah belakang."Nggak ada apa-apa kok Mas.""Kinara boboknya nyenyak banget ya." ucap Andre menoleh kearah kasur di mana Kinara sedang tertidur dengan pulas, Kinara memang masih satu kamar dengan Risma walaupun Risma sudah menyewa seorang baby sitter namun Risma tak ingin lepas tangan begitu saja, apalagi Kinara masih asi. "Makasih ya Mas.""Untuk,?" Tanya Andre sambil membalik tubuh Risma. "Untuk semuanya, makasih karena Mas selama ini tak pernah berlaku kasar padaku, bahkan Mas tak pernah protes walaupun k
"kamu ceraikan saja istrimu itu Za, dia sudah mulai tak waras masak ngobrolnya sama kucing kan aneh." ujar ibu mertua, meminta Mas Reza untuk menceraikanku.Memang apa salahnya ketika aku bercanda sama kucing yang aku pelihara, apa cuma karena itu ibu mertua sampai mengatai ku tak waras. Sedangkan mas Reza masih diam, aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan memohon agar dia tak menceraikan ku karena saat ini aku tengah hamil, dan mas Reza tau itu, aku berharap mas Reza tak menuruti kemauan ibunya itu. "Memang apa salah ku bu, sehingga ibu meminta mas Reza menceraikan ku? " tanya ku sambil menatap ibu mertua. Dengan mata yang mulai mengembun."Salah mu banyak, sudah pemalas gak pernah bantu-bantu di tambah juga gak waras, saya gak sudi memiliki menantu gak waras seperti mu." ujarnya benar-benar membuatku sakit hati, lantas jika memang dia tak ingin memiliki menantu seperti ku mengapa dulu dia merestui hubungan ku dengan mas Reza, dan tadi katanya aku pemalas, padahal semua pekerjaan
"Kasian ya si Risma, saat hamil muda seperti itu harusnya ada suaminya yang mendampingi, tapi ini malah dengan tega nya si Reza itu malah menceraikan nya.""Dan parahnya lagi, si ibunya Reza malah nyebar fitnah kalau anak yang Risma kandung itu, di bilang bukan anak Reza, kan gila tuh si ibunya Reza, udah anaknya gak bertanggung jawab malah seenaknya nyebar fitnah, iih amit-amit kalau aku sampai dapat besan model begituan" celetuk salah satu ibu-ibu yang lagi asik membahas soal perceraian Risma. "Ya, ya kenapa si Bu Lusi begitu tega nyebar fitnah seperti itu, padahal jelas-jelas suami Risma itu Reza, dan denger-denger juga kalau si Reza itu di guna-guna agar benci sama si Risma dan menceraikan nya, katanya sih, si Risma itu bukan mantu idaman seperti yang dia ingin kan""Sudah lah bu ibu, kita doa kan saja semoga Risma bisa sabar menghadapi ujian ini dan nanti akan allah beri pengganti yang lebih baik dari Reza" ujar Bu Emi."Amiin" jawab mereka serempak, mengaminkan perkataan bu Emi
"Temenin Mbak yuk Key," Ajak ku pada Keysa yang sedang duduk di ruang tengah, sambil nonton TV. "Memangnya mau kemana Mbak," tanya nya pada ku."Mbak lagi pengen sesuatu Key, yang manis-manis gitu, kayak nya Mbak ngidam deh" ujar ku sambil tersenyum. "Ya udah ayok, tapi aku mau ganti baju dulu sebentar," ujar nya dan pergi menuju kamarnya."Jangan lama-lama Key, Entar keburu sore" ujar ku. "Ya Mbak, gak akan lama kok cuma ganti baju doang" jawab Keysa yang sudah masuk ke dalam kamar nya.Aku melangkah menuju teras lebih dulu, duduk di kursi teras sambil menunggu Keysa berganti baju.🏵🏵pov 3Saat Risma sedang duduk menunggu pesanan martabak yang dia pesan, Risma mendengar suara yang sangat familiar, dan benar saja saat ia menoleh terlihat Reza yang baru saja keluar dari indomaret sambil membawa dua plastik putih sepertinya dia habis berbelanja. Saat Risma tengah mengamati mereka yang sedang bercanda ria, tiba-tiba Reza menoleh ke arahnya dan Kalista juga mengikuti arah pandangan
Pagi harinya seperti biasa aku membantu ibu memasak di dapur."Oh, ya Ris, bukankah hari ini kamu ada jadwal untuk periksa ke bidan untuk mengecek kandungan mu?," ibu bertanya pada ku.Aku hanya meng-iyakan pertanyaan ibu karena memang hari ini waktunya aku periksa. "Ya bu,""Mungkin nanti aku akan ke rumah bu bidan, kayak nya sih aku ke sananya agak siangan." jawab ku lagi. "Mau ibu temenin gak ke sananya, kan hari ini si Keysa gak bisa anterin kamu karena dia harus sekolah," ujar ibu lagi. "Gak, usah bu, aku bisa kesana sendiri kok, lagian kan rumah bidannya gak terlalu jauh, aku bisa bawa motor sendiri kok bu, ibu gak usah khawatir" ucap ku. "Tapi kan motor nya akan di bawa Keysa ke sekolah Ris, dan yang satunya mungkin akan di bawa Adam." jelas ibu. Membuat ku menepuk jidat, aku lupa kalau di rumah hanya ada dua motor saja, yang akan di pakai oleh Adam dan Keysa, sedangkan bapak kalau bekerja selalu ikut pak didi yang memang bekerja di tempat yang sama dengan bapak. "Ya udah
setelah tadi pak Arman mengazani cucu nya, kini bayi itu tengah di pangku oleh Risma. ,Wajah bayinya sangat mirip dengan mas Reza, apa karena dia tak di akui oleh ayah nya sehingga paras wajah nya tak ada bedanya dengan mas Reza, aku bergumam dalam hati, sambil terus mengamati wajah bayi ku yang telah lahir kedunia ini."Wah ponakan ku sudah lahir, lucunya mbak," Keysa yang baru datang langsung saja menciumi bayi ku dengan gemes. "Ibu mana mbak?," tanya Keysa sambil mengedarkan pandangan nya ke seliling kamar. "Ibu lagi di toilet Key, " balasku dengan suara pelan karena masih merasa lemas."Kalau Bapak dan bang Adam kemana mbk kok aku gak lihat mereka di luar,?" Keysa bertanya lagi. "Mungkin lagi beli makanan Key, solnya mbak laper banget.""Eh, kamu udah dateng Key," Bu Lastri yang baru kembali bertanya pada anak bungsu nya itu, karena tadi dia tak ikut."Ya bu, baru aja sampai." balas Keysa. "Mana makanan nya pak," aku bertanya saat melihat Bapak dan Adam masuk keruangan. "Ini