Share

6. Tidak Ada Penghalang

Selama perjalanan pulang, keduanya diam tidak ada yang membuka suara.

Akira menatap jendela mobil, memperlihatkan jalanan yang mulai sepi karena sudah larut malam. Bintang dan bulan yang biasanya nampak, kini tidak terlihat. Lama-kelamaan kaca jendela mobil mulai basah, hujan mulai turun rintik-rintik.

"Sebaiknya, kamu menginap di rumah. Karena sudah larut malam, Akira," ujar Samudra memecah keheningan.

Akira mengangguk, untung Akira sudah berpesan pada Aji untuk menjaga Ara. Akira lalu mengusap bahunya karena dingin. Gaunnya yang terlalu terbuka membuatnya harus menahan hawa dingin yang menusuk hingga tulang. Sedangkan Samudra yang tau, karena tidak sengaja melirik ke arah Akira yang sedang mengusap-usap lengannya menjadi tidak tega. Dengan gagah, Samudra melepas jasnya ketika lampu merah. Lalu memakaikannya pada Akira, membuat gadis itu sedikit terkejut.

"Eh."

"Pakai, kamu terlihat kedinginan."

Akira tersenyum hangat. "Terima kasih."

Hujan deras menemani keheningan keduanya selama perjalanan pulang, lalu tiba-tiba perut Akira yang berbunyi membuat Samudra tergelak, sedangkan Akira bersemu merah karena malu memegang perutnya.

Tadi ketika mendatangi pesta teman Samudra, Akira tidak sempat untuk mencicipi hidangan. Karena Akira terus berada di samping Samudra hingga pria itu mengajaknya pulang.

"Kita akan mampir ke restoran," celetuk Samudra.

"Apa jam segini restoran masih ada yang buka?" tanya Akira.

Samudra diam. "Sepertinya tidak. Ini sudah larut sekali, jarang restoran buka dua puluh empat jam.''

"Lebih baik makan di penyetan pinggir jalan," usul Akira.

Samudra menggeleng. "Itu tidak meyakinkan apakah bersih atau tidak."

Akira terkekeh. "Bersih. Tidak ada yang perlu diragukan lagi. Saya yakin anda pasti suka."

"Sam, Akira." Samudra mengingatkan.

Akira menghela napasnya. "Baiklah, Sam.''

"Sekarang tunjukan penyetan mana yang kamu tau, dan enak," ujar Samudra. Lalu Akira menunjukkan jalannya.

Dulu, bahkan hingga sekarang Akira langganan di situ karena rasanya yang enak apalagi sambalnya sangat lezat.

Sesampainya di penyetan yang Akira maksud, keduanya turun. Akira merapatkan jas Samudra menutupi tubuhnya, hujan sudah reda meninggalkan jalanan yang basah. Samudra memarkirkan mobilnya dipinggir jalan. "Apa akan aman memarkirkan mobil di sini?"

Akira tersenyum, mengangguk. "Ada tukang parkir yang akan menjaga, Sam."

"Oke baiklah," lalu Akira mengajak untuk duduk dilesehan. Awalnya Samudra menolak, lebih memilih untuk duduk di atas tapi Akira meyakinkan dan lebih nikmat jika duduk dibawah.

Setelah memesan, keduanya diam. Tidak berniat membuka suara.

*****

Akira bingung, masa dirinya harus tidur dengan memakai gaun yang dipakainya. Itu tidak mungkin bukan?

Berjalan mondar-mandir Akira menggigit ujung kuku jari jempolnya. Lalu tiba-tiba saja pintu terbuka, disana Samudra berdiri membawa kemeja berwarna putih. "Pakailah ini sementara, besok akan kusuruh pak Joko untuk membeli baju untukmu."

Akira berjalan menghampiri Samudra, menerima kemeja yang dibawa lalu mengangguk. "Terima kasih."

Memilih tidak menjawab, Samudra langsung melenggang pergi dan Akira langsung mengunci pintu untuk mengganti pakaiannya. Akira baru menyadari jika Samudra hanya meminjaminya kemeja berwarna putih. Kebesaran memang untuknya, dengan lengan yang panjang dan diatas lutut. Ini terlalu pendek, batinnya berteriak.

Dengan langkah gontai Akira langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur, lalu menarik selimut menutupi pahanya. Baru saja Akira akan memejamkan matanya, suara pintu terketuk membuatnya membuka mata dan segera membuka pintu.

Di sisi lain Samudra tiba-tiba saja lapar dan ingin makan. Padahal dirinya dan Akira sudah makan sebelum pulang dari pesta. Dan tanpa rasa bersalah mengingat sudah menunjukkan jam satu malam Samudra mengetuk pintu kamar yang dipakai Akira.

Awalnya Samudra pikir Akira sudah tidur karena pintu tak kunjung terbuka. Ketika hendak berbalik, pintu terbuka. Disana Akira berdiri dengan kikuk membuat Samudra mengusap tengkuknya melihat penampilan Akira yang cukup menggoda.

Bayangkan saja, Akira dengan kemeja miliknya yang kebesaran mengekspos paha putihnya yang mulus. Apalagi kemejanya berwarna putih membuat Samudra dapat melihat jelas warna bra milik Akira. Ditambah rambut Akira yang tergerai berantakan menambahkan kesan sexy.

Astaga! Samudra menelan ludahnya. "Mmm, bisakah buatkan aku mi instan? Aku lapar."

Akira menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Bukankah anda sudah makan?"

"Ya, tapi aku lapar lagi."

Akira mengangguk mengerti. "Baiklah, akan saya buatkan."

Lalu Akira berjalan mendahului Samudra menuju dapur dengan pria itu yang mengekor.

Dengan cekatan, Akira merebus air lalu mengambil mi instan yang berada dalam lemari dan telur di lemari kulkas. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Akira sudah siap dengan mi rebusnya. "Ini, sudah jadi," ujar Akira memberikan semangkuk mi rebus pada Samudra yang duduk menunggu di kursi dapur.

Samudra tersenyum. "Terima kasih."

Akira mengangguk. "Kalo begitu saya akan kembali ke kamar," ujar Akira. Ketika akan berbalik, Samudra mencekal pergelangan tangannya membuat Akira menoleh.

"Temani aku," pinta Samudra.

Akira mengangguk patuh, lalu menempatkan diri duduk di kursi yang berhadapan dengan Samudra.

Setelah Samudra selesai makan, Akira langsung mengambil alih mangkuk yang sudah kosong untuk dicucinya. Akira pikir Samudra sudah kembali ke kamarnya tapi nyatanya tidak. Pria itu malah bersandar pada meja dapur.

Lagi-lagi ketika Akira hendak pergi menuju kamarnya, Samudra mencekal pergelangan tangannya ditariknya pelan membuat tubuh Akira bersentuhan pada dada bidang milik Samudra.

Akira yang terkejut masih diam. Mencerna apa yang terjadi. Keduanya berhadapan, napasnya beradu. Tangan Samudra langsung berada di tengkuk Akira, mendekatkan wajah gadis itu ke wajahnya. Bibir mereka bersentuhan, awalnya hanya kecupan ringan.

Samudra masih memimpin sedangkan Akira masih diam, tidak membalas. Samudra membalikkan tubuh mereka sehingga Akira yang bersandar pada meja dapur. Diangkatnya tubuh Akira perlahan, lalu mendudukkannya di atas meja membuat tubuh mereka sejajar.

Samudra melepaskan kecupannya. Menatap manik mata Akira dalam.

"Buka mulutmu dan ikuti aku." Seakan tersihir oleh tatapan dan suara Samudra yang lembut Akira membuka mulutnya ketika Samudra mulai menciumnya lagi. Memberikan kesempatan pria itu untuk mengakses mulutnya dengan lidah milik pria itu.

Perlahan Akira mulai membalas ciuman Samudra, agak kaku memang mengingat Akira belum terbiasa. Tapi Samudra bersorak dalam hati. Dan Samudra akan membiasakan agar Akira semakin mahir dalam hal berciuman, bahkan bercinta? yang pasti dengannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status