Share

Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri
Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri
Penulis: thxyousomatcha

1. Pencuri Ciuman Pertama

"Ayah, Akira akan bekerja. Akira pamit," ujar seorang gadis cantik mencium tangan pria tua yang terbaring lemah di atas ranjang. Dia—Anton, orang tua yang Akira punya satu-satunya.

Pria tua itu mengangguk lemah. "Hati-hati ya, Nak. Jaga dirimu baik-baik, maafkan ayah karena sakit-sakitan ini."

Akira menggeleng. "Tidak. Ini semua bukan salah Ayah. Ini memang sudah kewajiban Akira untuk mencari uang menggantikan Ayah. Dan Ayah istirahat saja di rumah."

Akira lalu berbalik, berjalan melewati jalanan yang becek dan kumuh. Ya, Akira dan keluarganya tinggal di tempat yang begitu kumuh, rumah yang sempit.

Tapi Akira bersyukur, ia masih memiliki tempat tinggal. Walau rumahnya entah bisa dikatakan layak atau tidak.

Hidup seperti ini justru membuatnya selalu bersyukur dengan apa yang ia punya. Memiliki rumah kecil dengan keluarga yang menyayanginya.

Akira tumbuh dewasa, tanpa seorang ibu. Ibunya itu pergi entah ke mana, karena bosan dengan kehidupannya yang miskin. Lalu meninggalkan ayahnya untuk mencari pria yang kaya raya.

Ia sudah berumur dua puluh tahun. Begitu lulus SMA Akira tidak melanjutkan kuliahnya memilih untuk bekerja mencari uang. Apalagi melihat ayahnya yang sudah tua, banting tulang mencari uang sendiri membuatnya sedih sekaligus tidak tega.

Tak terasa kakinya sudah menginjak di jalan raya. Ia segera menuju halte yang akan membawanya pergi.

Akira segera naik, dan ia berdiri karena semua kursi sudah penuh terisi.

Kebanyakan adalah ibu-ibu, mungkin mereka akan pergi ke pasar berbelanja atau pergi karena urusan sesuatu. Pikirnya.

*****

Begitu sampai ditujuan, Akira turun. Ia sedikit berjalan untuk sampai di rumah majikannya. Akira berjalan memasuki kawasan komplek, di BSB rumah begitu didesain dengan apik dan mewah. Terkadang, Akira berdecak kagum, ingin sekali ia membawa keluarganya pergi dari rumah kumuhnya dan menempati rumah yang bagus dan layak.

Tapi, itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Mengingat ia hanya bekerja sebagai pembantu dan pelayan di klub ketika malam hari. Akira juga memiliki keinginan, menikah dengan laki-laki yang mencintai apa adanya, menerima kekurangannya. Layaknya di film disney, si cinderella yang menikah dengan pangerannya. Ia ingin seperti itu, seperti cinderella yang bernasib baik. Memiliki takdir yang begitu indah.

Sesampainya di sebuah rumah berukuran besar yang menjulang tinggi Akira segera melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah yang begitu luas. Sudah dua tahun ia bekerja di sini, menggantikan mbok Jah-tetangganya yang sudah tua. Hitung-hitung lumayanlah penghasilannya.

Selalu sepi ketika Akira datang. Karena majikan dan anaknya sudah pergi ke kantor. Di sini ia hanya menyapu, mengepel, dan memasak untuk makan malam. Baru setelah pukul sembilan malam, jika semuanya sudah beres ia akan segera pergi ke klub. Akira bersyukur, atasannya memberikan kelonggaran waktu untuk Akira datang. Akira tidak pernah mengeluh, selalu sabar menghadapi semuanya. Ia akan bekerja lebih keras agar semua keinginannya tercapai.

Dulu, Akira kecil bermimpi untuk menjadi seorang dokter. Tapi mimpi itu hancur begitu saja saat Ibunya pergi meninggalkannya. Entahlah, saat itu ia benar-benar hancur. Seperti tidakk memiliki semangat untuk hidup. Orang yang dicintai pergi meninggalkan, perlahan tapi pasti.

*****

"Ayah tau, aku tidak pernah percaya dengan wanita semenjak saat itu," ujar Samudra menerawang. Saat di mana, Samudra kecil ditinggalkan oleh ibunya.

Ibunya tidak meninggal, bukan seperti itu. Tapi, dia pergi meninggalkan ayahnya hanya demi uang. Mencari seorang pria yang lebih kaya dari ayahnya saat itu. Dulu, dulu sekali ayahnya tidak sesukses sekarang. Samuel dulu hanya pegawai kantoran biasa. Lalu seseorang yang sangat percaya pada ayahnya dengan enteng memberikan semuanya pada Samuel.

Awalnya ayahnya menolak. Jelas, karena di situ menuai pro dan kontra. Banyak orang yang protes dengan keputusan seseorang itu. Tapi apalah daya Samuel yang didesak hingga akhirnya menyetujui dan menjadi orang penting hingga sekarang. Lalu dengan sungguh-sunggu Samuel berkerja keras mengelola perusahaan ini dan menjadikannya lebih maju dari sebelumnya. Begitu pesat peningkatannya dalam setiap tahun.

Samuel menghela napasnya lelah mendengar perkataan putranya. "Kamu tau Sam, seharusnya masa lalu kamu jadikan pembelajaran. Supaya kamu bisa lebih pintar dalam memilih pasangan.''

"Tidak seharusnya masa lalu itu membuatmu menjadi tidak mau menikah dan membenci wanita. Semua wanita tidak seperti itu, Sam," lanjut Samuel menegaskan kalimat terakhirnya-sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Samudra yang termenung.

*****

Kata-kata ayahnya benar-benar mengganggu otak Samudra. Ah, Samudra benar-benar membenci wanita. Menurutnya, wanita sama saja. Hanya uang yang berada di otak mereka. Semenjak ibunya pergi, ia tidak pernah sudi untuk menjalin hubungan dengan wanita atau bahkan menikah.

Tidak akan pernah. Camkan itu.

Cukup dirinya bermain wanita tanpa harus memiliki ikatan. Dengan begitu, keduanya tetap menguntungkan dan diuntungkan. Si wanita mendapatkan uang dengan jumlah yang diinginkan sedangkan Samudra mendapatkan kepuasannya. Jika bisa seperti itu, mengapa harus terikat secara sah dengan wanita? Batinnya.

Persetan dengan kata menikah karena Samudra tidak akan pernah melakukannya.

*****

Setelah selesai dengan pekerjaan kantornya Samudra segera pulang karena ia benar-benar lelah sekarang.

Pria itu membelah kota Semarang di malam hari. Apalagi keadaan simpang lima yang macet karena malam minggu membuatnya mendengus kesal. Padahal ini adalah kali pertamanya pulang lebih awal dari sebelumnya, pikirnya ingin segera pulang dan istirahat, tapi malah terjebak macet. Benar-benar menjengkelkan. Sesampainya di rumah, ia segera masuk dan mendapati Akira sedang menyiapkan makan malam.

Percayalah, entah kenapa melihat Akira yang hanya memakai rok lipat di bawah lutut dan atasan kuno yang lusuh terkesan sexy di tubuhnya yang berisi. Dan itu membuat Samudra kadang tergoda untuk menyentuhnya.

"Ekhm, Tolong siapkan aku air hangat," dehem Samudra memerintahkan Akira menyiapkan air hangat untuk mandi.

Akira yang membawa semangkuk sayur segera meletakkannya di atas meja ketika mendengar suara anak majikannya. "Baik, ditunggu Tuan."

Gadis itu segera melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua. Karena kamar Samudra berada di sana. Sesampainya di depan pintu kamar pria itu, ia segera memutar knop pintu. Lalu menyalakan mesin pemanas air, dan menyiapkan segalanya untuk Samudra. Ketika sudah siap semuanya, Akira memutuskan untuk keluar memanggil Samudra. Tapi langkahnya terhenti ketika pandangannya melihat Samudra yang sedang bertelanjang dada memunggunginya.

"Mmm Tuan, airnya sudah siap," ujar Akira lembut.

Samudra menoleh, lalu mengangguk. Tapi entah kenapa pandangannya terjatuh pada bibir merah ranum gadis itu yang menggoda. Dengan langkah pelan Samudra berjalan mendekat ke arah Akira, membuat gadis itu mundur. Tapi, seketika terhenti saat punggungnya bersentuhan dengan tembok. Jantungnya berdegup was-was.

Sedetik kemudian, Samudra menempatkan kedua tangannya pada sisi kanan kiri Akira, mengurung gadis itu. Dengan sorot mata tajam, Samudra memajukan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan membuat napas mereka beradu. Akira yang takut memejamkan matanya, dan saat itu pula bibir mereka bersentuhan cukup lama membuat gadis itu terkejut setengah mati.

Ciuman pertamanya, Samudra telah mencurinya! Teriak Akira dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status