Share

5. Pesta

Akira menghela napasnya lelah, setelah menerima telpon dari Samudra, Akira terduduk memijat pelipisnya. Akira benar-benar lelah sekarang, sungguh.

Samudra menyuruhnya untuk datang ke rumah nanti siang, Akira sempat menolak tapi Samudra dan sifat keras kepalanya benar-benar membuatnya jengkel. Bagaimana tidak? Samudra bahkan menekankan kata bahwa pria itu tidak menerima penolakan dan itu artinya Akira memang harus datang.

"Ayah, nanti siang Akira harus ke rumah pak Samuel.''

Anton yang sedang berbaring menatap anaknya. "Bukannya Pak Samuel memberimu cuti sehari?"

"Ya, tapi anaknya yang keras kepala memaksa Akira datang," jawabnya merengek. Anton terkekeh."Yasudah datanglah."

Akira mengangguk lesu sebelum berbalik untuk mencari Ara.

"Araaa," teriak Akira memanggil nama adiknya.

Ara yang sedang berada di luar rumah bermain masak-masakan bersuara. "Iya mbak Ilaaa?!"

"Oh di sini rupanya," kekeh Akira yang sudah menemukan Ara.

Akira berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Ara. "Nanti malam kalo mbak belum pulang, Ara harus tidur ya. Jangan nunggu mbak pulang dulu,"

Ara menggeleng tanda bocah kecil itu menolak. "Ndak mau, Ala ndak bisa.''

"Ara pasti bisa, kan belum dicoba. Nanti mas Aji yang nemenin Ara. Ya?"

Mata bulatnya mengerjap menatap Akira. "Tapi nanti beliin Ala es kim?"

Akira mengangguk tersenyum, lalu mengusap pucuk kepala adiknya. "Siap, nanti mbak beliin yang banyak."

Setelah selesai bersiap, Akira berpamitan pada Anton tidak lupa memberi pesan pada Aji untuk menjaga Ara dan menyuruhnya tidur terlebih dulu nanti malam.

Menuju halte brt, Akira duduk di kursi yang sudah disediakan. Panas matahari begitu menyengat. Membuat Akira berkeringat, gadis itu mengipas-ngipaskan tangannya pada wajahnya.

Sesampainya di rumah Samudra, Akira langsung masuk. Dan menemui pria itu.

"Kau sudah datang rupanya," celetuk Samudra yang bertelanjang dada dengan tubuh yang basah. Sepertinya pria itu habis berenang. Batin Akira.

Akira menunduk. "Ada perlu apa anda memanggil saya?" tanya Akira.

"Tidak usah berbicara formal padaku, panggil aku Sam."

Akira tergugup. "Ah, b-baiklah Sam."

"Good girl! " ujar Samudra. "Duduklah, aku akan berganti pakaian setelah itu kita pergi," lanjutnya sebelum melesat pergi.

*****

Sesampainya di salah butik terkenal di Semarang, keduanya turun. Akira sempat berpikir. Kenapa Samudra mengajaknya ke sini, ah mungkin menyuruhnya membantu memilih gaun untuk wanitanya. Batin Akira.

"Selamat datang di Anastasia Boutique," sapa seorang wanita semampai dengan seragam berwarna biru.

Samudra langsung masuk, sedangkan Akira tersenyum ramah. Sesaat, beberapa pekerja wanita melirik sinis ke arah Akira. Melihat penampilan Akira dari atas hingga bawah. Yang mungkin menurut mereka sangat kuno.

"Pilihlah gaun yang kau suka," ujar Samudra dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Akira sedikit tergugup. "Eh."

Samudra mendengus. "Cepat. Aku membelikan gaun untukmu, karena nanti malam kau akan ikut denganku."

Bukannya memilih, Akira malah bertanya. "Ke mana?"

"Diamlah, dan cepat memilih. Akira," desis Samudra membuat Akira gugup. Jantungnya berpacu lebih cepat, darahnya berdesir menghangat ketika mendengar Samudra menyebut namanya.

Dengan cepat Akira bergegas dari tempatnya. Mencari gaun yang pantas untuk dipakai. Lalu pandangannya jatuh pada gaun perpaduan antara warna biru tua dan pink soft, tapi membuat Akira sedikit risih karena modelnya yang terbuka.

Samudra tersenyum miring. "Seleramu bagus juga," ujarnya lalu menyuruh seorang karyawan wanita mengambil gaun perpaduan dua warna itu yang dipasang pada manekin.

"Tapi itu terlalu terbuka," gumam Akira yang masih bisa di dengar Samudra.

Samudra mengedikkan bahunya, memilih berjalan meninggalkan Akira dan menuju kasir untuk membayar.

Setelah melakukan transaksi, Samudra melajukan mobilnya pulang ke rumah. Pria itu juga sudah menyiapkan semuanya, mulai yang akan merias wajah Akira serta menata rambut gadis itu. Samudra juga sudah menyiapkan tuxedo yang akan dipakainya.

Jam lima sore, orang-orang yang akan merias wajah Akira dan menata rambutnya sudah datang. "Cepatlah bersihkan dirimu, karena orang-orang yang akan membantumu bersiap sudah datang," ujar Samudra datar.

Akira mengangguk, lalu masuk ke dalam kamar yang ada kamar mandi dalamnya. Tak berselang lama untuk Akira membersihkan diri, tubuhnya tertutup dengan jubah mandi yang sudah disiapkan di dalam kamar mandi.

"Mari Nona, kami akan membantumu bersiap," ujar seorang wanita bertubuh gempal tersenyum ramah. Akira membalas senyumannya. Lalu duduk di kursi menghadap kaca yang besar.

Mereka lalu mulai mengerjakan tugasnya untuk merubah Akira menjadi gadis cantik. Wajah yang biasanya natural tanpa terpoles make up kini berubah. Rambut panjangnya yang lurus dicurly.

Akira benar-benar berbeda sekarang. Tidak ada Akira dengan wajah polosnya. Karena sekarang gadis itu sudah menjadi Akira yang elegan dan sexy, ditambah gaunnya yang benar-benar membuat Akira risih karena terlalu terbuka. Dan penampilan Akira sangat menggoda sekarang. Mungkin nanti dirinya akan menjadi pusat perhatian. Apalagi bagi kaum Adam, hingga melupakan bahwa mereka memiliki istri dan anak yang menunggu di rumah.

Samudra tak kalah tampan. Pria itu cukup memukau dengan tuxedo yang melekat pada tubuhnya. Bahkan pria itu terlihat gagah dan berwibawa. Rahangnya yang tegas dengan sedikit jambang membuatnya terkesan sexy. Samudra benar-benar bak dewa Yunani, membuat para wanita langsung bertekuk lutut padanya.

Sambil menunggu Akira bersiap, Samudra duduk di sofa dengan pandangan yang sibuk melihat ke arah ponsel. Hingga ketukan suara high heels Akira yang bersentuhan pada lantai tidak terdengar di telinga pria itu.

Akira berdiri di depan Samudra gugup. "Ehem," dehamnya memberanikan diri.

Samudra yang mendengar langsung cepat-cepat mendongakkan kepalanya. Samudra dibuat kagum dengan penampilan Akira, membuatnya ingin segera menirkam gadis itu. Apalagi ditambah gaunnya yang berpotong dada rendah.

Sial, Samudra menginginkannya. Merendam hasratnya, Samudra memejamkan matanya membuat Akira menaikkan sebelah alisnya bertanya-tanya, takut jika penampilannya ada yang salah.

"Apa ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Akira pelan.

Samudra membuka matanya, lalu menggeleng. "Tidak. Kau cukup cantik malam ini." Mendengar kalimat yang dilontarkan Samudra, pria itu memujinya membuat Akira terkejut dengan pipi yang memerah karena malu.

*****

Sesampainya di rumah berukuran besar, keduanya turun dari mobil. Rekan kerja Samudra mengadakan pesta di rumahnya merayakan lima tahun pernikahan. Dengan gagah, Samudra meraih tangan Akira, lalu meletakkan pada lengannya.

Akira sempat diam, gugup. Samudra tau Akira sempat menahan napasnya. "Jangan gugup. Bernapaslah pelan-pelan, Akira."

Akira mengikuti arahan Samudra, gadis itu menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. "Sudah siap?"

Akira menoleh ke arah Samudra, tersenyum mengangguk. Lalu ketika langkah mereka memasuki ruangan besar yang sudah disulap menjadi mewah dan indah ternyata sudah banyak orang-orang yang berdatangan. Beberapa pasang mata dari pria-pria mata keranjang mencuri pandang ke arah Akira.

Samudra mendengus, entah kenapa Samudra merasa kesal. Bagaimana tidak? Samudra melihat seorang pria menatap terang-terangan ke arah Akira padahal di sampingnya ada seorang wanita yang bergelanyut manja pada lengannya.

Samudra menggelengkan kepalanya, heran. Membayangkan jika wanita itu mengetahui prianya sedang menatap gadis lain.

"Apa gadis itu pacarmu, Sam?" tanya pria bertuxedo putih, dengan disampingnya seorang wanita cantik berdiri anggun dengan senyum yang ramah.

Dapat dipastikan jika mereka adalah pasangan yang sedang merayakan lima tahun pernikahannya.

Samudra terkekeh. "Akira kenalkan mereka Jason dan Gabriella, dan Jas, Gab ini Akira."

Setelah ketiganya bersalaman. Samudra bersuara. "Jas kapan kau akan memberiku keponakan?"

"Dan Sam, kapan kau akan menyusul kita," balas Gabriella membuat Samudra mendengus.

"Kalian bahkan sudah tau alasanku untuk tidak menikah atau sekedar memiliki hubungan dengan wanita," jawab Samudra terkekeh.

Jason menghela napasnya. "Ku harap kau cepat sadar Sam. Semua hanya masa lalu, tidak seharusnya membuatmu tidak mau menikah."

"Aku hanya berharap kau bertemu dengan gadis yang akan menyadarkanmu, mungkin gadis yang di sampingmu boleh juga," sambung Gabriella dengan nada menggoda.

"Sebaiknya kita pergi, di sini terlalu lama tidak baik untukmu, Akira," dengus Samudra yang dikekehi Jason dan Gabriella sedangkan Akira yang sejak tadi diam hanya mengikuti langkah Samudra yang menarik pelan tangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status