“Kamu takut?” taya Sonia menoleh ke samping.“Tentu saja nggak,” jawab Reza dengan raut serius.“Kalau gitu berarti nggak ada arti cocok atau nggak cocok. Sebenarnya film horor bisa bantu menghilangkan insomnia. Aku selalu tidur pulas setelah selesai nonton horror,” balas Sonia sambil duduk bersila di atas sofa. Tangannya meraih sebungkus makanan ringan dan mulai menikmatinya.Setelah berlalu selama sepuluh menit, Reza bangkit dan berkata, “Tiba-tiba aku ngantuk. Aku tidur dulu, kamu nonton sendiri saja.”Sonia tersadar dari film yang tengah dia tonton dan terbahak sambil berkata, “Tebakan aku benar, kan? Film horor bisa bantu masalah insomnia kamu!”Reza berdiri di tengah kegelapan dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak tanpa memedulikan perempuan itu. Dia berbalik dan masuk ke dalam kamarnya. Sonia yang melihat jarum jam sudah menunjukkan angka tiga bergegas kembali ke kamar juga dan menyikat gigi kemudian berbaring di ranjang.Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk terlelap hingga m
Setelah selesai kuliah, Sonia kembali ke Imperial Garden dan langsung menghubungi Juno. Dia bertanya, “Kak, di studio ada orang yang namanya Bobby?”Awalnya studio tersebut merupakan hasil jerih payah bersama dirinya dan Juno. Akan tetapi karena selanjutnya dia mau kuliah, Sonia menyerahkan semua urusan studio pada Juno. Dia juga jarang sekali pergi ke sana, sehingga dia tidak akan tahu jika kedatangan orang baru di Studio.Juno memanggil petugas administrasi dan bertanya sebentar. Setelah itu dia baru menjawab Sonia, “Nggak ada orang yang bernama Bobby.”“Ok, aku tahu,” jawab Sonia.Juno bertanya dengan suara tenang, “Akhir-akhir ini sibuk sekali? Kapan ada waktu buat jenguk guru?”Sonia sibuk menyendokkan mie di mangkuknya dan berkata, “Aku ada pekerjaan paruh waktu di akhir pekan. Sebentar lagi sudah mau libur, nanti baru pergi.”“Ok.”Setelah sambungan telepon terputus, Sonia menghubungi Ferdi dan memberi tahu dia, “Nggak ada yang bernama Bobby di Arkava.”Ferdi dengan marah berser
Ibunya Cindy akhirnya luluh dan menganggukkan kepala sambil berkata, “Ok, tunggu sebentar. Mama kirimkan uang ke rekening kamu dulu.”Ferdi panik dan berseru, “Kalian bodoh, ya?! Jelas-jelas tahu si Bobby itu pembohong, tapi masih saja kasih uang ke dia!”“Siapa yang pembohong?” tanya Cindy lagi sambil mencubit wajah adiknya itu dan lanjut berkata lagi, “Sepertinya Kakak Sonia kamu itu yang pembohong!”“Dia bukan pembohong! Tapi yang pasti Kakak bodoh!” teriak Ferdi dengan suara lantang.“Ferdi, kamu nggak boleh berbicara seperti itu dengan Kakakmu!” ujar Hani dengan wajah tegas.Melihat bahwa kakak dan ibunya tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan membuat Ferdi marah hingga matanya mulai berkaca-kaca. Lelaki itu berkata, “Biarkan saja kalian dibohongi oleh dia. Cepat lambat pasti kalian akan menyesal!”Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Ferdi turun dari kursinya dan berlari ke naik ke kamarnya. Hani hanya menggelengkan kepala sambil bergumam, “Anak ini benar-benar kekanakan seka
Dia meminta uang lagi pada Hani dan memberikannya pada Bobby. Setelah Bobby mengatakan bahwa wakil CEO-nya tidak tertarik dengan uang tersebut, lelaki itu meminta Cindy untuk mengeluarkan lagi biaya lebih agar masalah ini beres.Cindy tahu kalau ibunya sudah sedikit ragu dan juga curiga sehingga dia tidak ingin meminta uang lagi pada Hani. Dia memutuskan untuk mencuri giok warisan keluarganya dan memberikannya pada Bobby.Lelaki itu sedang mengejar seorang perempuan yang bernama Yerin sehingga dia memberikan giok tersebut pada perempuan itu. Kebetulan sekali teman Cindy dan Yerin merupakan sepupuan, mereka bertemu di koridor secara kebetulan. Pandangan Cindy terpaku pada kalung giok yang melingkar di leher perempuan itu.Ketika dia mendengar bahwa kalung tersebut pemberian Bobby, Cindy langsung tahu bahwa dirinya telah dibohongi. Kemarahan dan kesedihannya bercampur menjadi satu dan meminta temannya untuk memukul Yerin. Menurut kabar dari orang-orang, kepala Yerin bocor karena ulah Cin
Hani menceritakan apa yang terjadi sambil terisak dan meminta bantuan pada Celine agar bisa bantu berbicara pada Reza untuk meminta Jason mengampuni Cindy.“Baik, tunggu Pak Reza ada waktu pasti akan aku sampaikan,” ujar Celine dengan suara pelan.“Tolong Celine. Cindy sekarang masih dikurung di kantor polisi. Dia nggak pernah mengalami hal seperti ini, Tante yakin sekarang dia pasti sangat ketakutan sekali. Kamu harus segera membantu adikmu!”“Aku tahu. Aku masih harus rapat dulu, sudah dulu, ya,” ujar Celine dengan nada jengah dan tidak sabar.Masih ada yang mau Hani sampaikan tetapi terhenti karena sambungan telepon sudah terputus.“Apa kata Celine?” tanya Harun.“Celine bilang dia bakalan coba bicara dengan Reza,” jawab Hani.“Bagus kalau begitu,” sahut Harun dengan perasaan sedikit tenang.Namun Hani masih khawatir, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu saja. Sedangkan Celine kembali masuk dalam ruang rapat yang tadi sempat terpotong. Satu jam kemudian, rapat mere
Kedua bola mata Reza tetap dalam keadaan dingin dan berkata, “Ok, saya akan bilang sama Jason waktu ketemu dengan dia.”Celine tidak berani meminta lelaki itu untuk menghubungi Jason secepatnya. Sudah lebih dari cukup jika lelaki itu bersedia membantunya. Dengan cepat perempuan itu menyunggingkan seulas senyum dan berkata dengan lembut,“Terima kasih banyak, Pak Reza. Silakan lanjutkan kesibukan Bapak, saya keluar dulu.”Reza hanya mengangguk dan lanjut membaca dokumen di tangannya. Begitu Celine keluar dari ruangan CEO, dia langsung menghubungi Hani dan memberi tahu bahwa dirinya sudah bicara pada Reza dan lelaki itu juga sudah bilang bersedia membantu Cindy.Hani terdengar sangat girang dan antusias. Dia mengucapkan terima kasih secara terus menerus pada Celine. “Celine, kamu yang bisa diandalkan. Terima kasih banyak sekali. Asalkan Cindy bisa bebas dengan selamat, Tante dan Om kamu akan ingat jasamu selamanya.”“Semuanya satu keluarga, nggak perlu begitu sungkan. Sudah, aku masih ma
Sonia memang sedikit iba dengan Ferdi. Dia berpikir sebentar dan bertanya balik, “Kamu bisa bantu?”Reza mengangkat wajahnya dan menatap perempuan itu sambil berkata, “Bukan masalah besar. Kalau kamu mau membantunya, nanti aku telepon Jason.”Pandangan mereka berdua bertemu. Dengan cepat Sonia berusaha menghindar dari mata lelaki itu dan dengan suara lembut berkata, “Kalau gitu maaf sudah merepotkanmu, terima kasih.”Reza meliriknya tanpa berkata apa pun dan melanjutkan makannya lagi. Setelah selesai makan, Sonia pulang ke rumah. Tidak lupa pelayan menyerahkan kotak makan pada perempuan itu dan menitipkan pesan,“Kalau ingin makan mie, bisa juga tambahkan sedikit mie ke dalam kuah dan masak sekitar tiga sampai lima menit.”Wajah Sonia sedikit memerah ketika mendengar kalimat tersebut. Sepertinya seluruh orang di rumah Herdian mengetahui perihal dia tidak bisa memasak mie. Perempuan itu hanya tersenyum lembut sambil mengucapkan terima kasih dan pergi membawa pulang tempat makan tersebut
“Kalau gitu ….”Sonia mengerlingkan matanya dan berkata dengan serius, “Aku masakin mie sebagai bentuk terima kasih. Kebetulan masih ada sisa sup tadi siang setengah.”Lelaki itu menundukkan kepalanya dan menempel di kepala belakang perempuan itu sambil tertawa pelan dan berkata, “Sonia, kamu sengaja?”Sengaja bersikap begitu menggemaskan dan lucu! Sonia mengangkat alisnya naik turun dan bergumam, “Aku sudah bisa masak mie. Kalau nggak percaya, sekarang juga aku-“Sebelum dia selesai menyelesaikan ucapannya, lelaki itu mendadak mendorongnya dan mendaratkan kecupan pada perempuan itu.***Keesokan paginya, Reza membawa Sonia pulang ke kediaman Herdian bersama dengannya. Ketika dia masuk ke dalam kamar Tandy, bocah lelaki itu sedang bermain permainan. Dia meletakkan ponselnya dengan cepat saat melihat Sonia masuk dan berjalan ke arah meja belajar.“Aku lihat kamu datang bersama dengan om aku. Kenapa kalian bisa bersama?” tanya Tandy.Sonia menunduk dan membaca buku di tangannya dengan ek
Setelah Sonia pergi, Reza duduk di sofa sembari mengambil sebatang rokok. Dia berkata pada Theresia, “Terima kasih. Kamu pergi istirahat sana!”Theresia menuangkan segelas anggur, lalu berjalan ke sisi jendela. Dia menatap pemandangan malam di Istana Fers. Entah di mana Morgan saat ini? Apa dia benar-benar sedang berada di Istana Fers?Pada saat ini, Theresia memalingkan kepala Reza. “Tuan, Federasi Mali yang kamu pimpin dan Barkia milik Tuan Morgan adalah tanah suci. Biarkan Hondura juga kembali menjadi tanah suci.”Dulu, Theresia pertama kali bertemu dengan Morgan di Hondura. Pada saat itu, ada sebuah tempat bernama Red Hole yang khusus melelang gadis-gadis muda. Theresia adalah salah satu dari mereka yang dilelang.Theresia dijual oleh orang tuanya, lebih tepatnya oleh orang tua asuhnya. Setelah dibawa pergi dari perbatasan, dia melewati banyak tempat, lalu pada akhirnya tiba di Hondura yang mana merupakan neraka bagi para manusia.Morgan lebih tua sepuluh tahun daripada Theresia. P
“Oh, ya?” Terlihat kilauan dalam mata Reza. “Ternyata kedudukanku di hatimu begitu tinggi!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Dulu aku mengagumimu. Sekarang aku merasa bangga!”Ternyata pahlawan itu milik Sonia!Reza mengusap pipi Sonia. “Mengenai masalah Federasi Mali, kita bicarakan detailnya lain kali.”“Aku sangat menantikannya!” Sonia mengangkat kepala untuk mengecup ujung bibirnya. “Sudah saatnya aku pergi!”Reza merangkul pinggang langsing Sonia. Terlihat tatapan serius di dalam matanya. “Jauhi Kase. Aku tidak menyukainya!”Sebelumnya Reza hanya pernah mendengar tuan muda dari Keluarga Milana, tetapi mereka tidak pernah berhubungan. Namun ketika bertemu tadi, Reza merasa tidak nyaman ketika melihatnya!“Tenang saja!” Sonia tersenyum. “Aku pergi dulu!”“Ingat, ada aku di sini. Kamu tidak usah mencemaskan apa pun!” Reza menatapnya dengan tatapan serius. “Kamu jalankan misimu saja. Aku akan membantumu untuk menemukan kakakmu. Sekarang kakakmu pasti dalam keadaan baik-baik saja!”“O
Hati Sonia terasa sakit. Pelukannya spontan semakin erat. Dia membenamkan kepalanya di dalam pelukan Reza. “Reza, aku bersalah sama kamu. Aku tahu, kok!”Reza berkata, “Kamu tidak bersalah sama aku. Aku sendiri yang mencintaimu hingga tidak bisa mengendalikan diriku!”Hati Sonia semakin sesak saja. “Kamu jangan berbicara seperti ini. Aku akan semakin merasa bersalah!”Reza menekan Sonia di dalam dekapannya, lalu berkata dengan suara rendah, “Kalau dengan membuatmu merasa bersalah, kamu pun akan memberi tahu semua masalahmu, aku akan beri tahu kamu bagaimana perasaanku selama beberapa hari ini! Biar kamu merasa bersalah!”Sonia meremas pakaian di bagian punggung Reza, lalu memeluknya dengan erat. Reza adalah cahaya bagi Sonia, juga adalah kekuatan saat Sonia berada di dalam kegelapan!Amarah di hati Reza mulai memudar. Dia mencium pipi Sonia. “Jangan takut. Aku sudah datang!”“Emm!” Sonia mengangguk dengan terisak-isak.Ketika Sonia terjebak dalam mimpi, apalagi ketika pikiran dan kekua
Reza berjalan pergi. Yang lain pun segera mengikuti langkahnya. Setelah mereka semua pergi, Sonia baru mendorong troli ke dalam lift, mulai menjalankan tugasnya untuk mengantar makanan.Sonia tahu Reza ingin bertemu dengannya. Cepat atau lambat mereka memang akan bertemu. Reza bisa bertahan sampai sekarang, tidak membongkar identitasnya di depan semua orang, sudah tergolong melindunginya.…Selesai Sonia mengantar makan malam, dia mengisi spaghetti ke dalam kotak makanan. Dia mengendarai mobil pergi ke vila yang ditempati Reza dan juga Theresia.Bel pintu ditekan. Theresia pergi membuka pintu, lalu berkata dengan tersenyum lembut, “Kami sudah menunggumu dari tadi. Silakan masuk.”Sonia mengangguk, lalu memasuki vila.Theresia menutupi pintu sembari berkata pada Sonia, “Ke atas sana. Raja Bondala sedang menunggumu di atas. Tenang saja. Semua orang di sekitar gedung ini adalah anggotanya. Tidak ada kamera CCTV juga di atas. Kamu bisa mengatakan semua yang ingin kamu katakan!”Sonia ters
Ada beberapa wanita berpakaian seksi sedang duduk di ruang tamu. Saat melihat kedatangan Kase, mereka langsung mengerumuninya.Kase yang dikerumuni para wanita itu melihat ke sisi Theresia. “Nona Lacey, apa-apaan ini?”Ujung bibir Theresia melengkung ke atas. “Aku tahu Tuan Kase suka sama cewek cantik. Ini adalah hadiah pertemuan dari Raja Bondala. Selamat menikmati!”Usai berbicara, Theresia mengangguk dengan perlahan, kemudian meninggalkan tempat.Kase sudah pasti tidak tertarik dengan wanita-wanita ini. Dia melangkah hendak berjalan pergi, tetapi dia malah dikerumuni oleh mereka.“Tuan Kase, jangan pergi!”“Kami sudah menunggumu dari tadi!”“Dengar-dengar Tuan Kase sangat perkasa, kami semua sangat penasaran.”Keenam wanita dengan berbagai warna kulit. Beberapa di antaranya berbicara dalam bahasa asing, sedangkan yang lain berbicara bahasa lokal yang logatnya aneh. Mereka semua merangkul Kase dan membawanya ke sisi sofa.Sofanya sangat besar, Kase tenggelam ke dalamnya. Sebelum dia
Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik kembali ke aula pesta. Begitu masuk, Kase segera menemukannya. Dia bertanya sambil tersenyum, "Ke mana saja? Lama sekali kamu menghilang!"Sonia menatapnya dengan tenang. Dia berujar, "Tuan Kase, hubungan kita cuma sebatas pekerjaan. Tidak akan ada hubungan lain yang tercampur di dalamnya. Selama kita berada di Kastil Fers, aku akan memastikan keselamatanmu. Tapi untuk urusan pribadiku, kamu tidak perlu ikut campur."Kase bersandar santai di tiang pilar batu putih. Dia menaikkan alisnya sambil berucap dengan nada bercanda, "Aku akui, mengkhianatimu dulu adalah kesalahanku. Aku benar-benar sudah menyesalinya di hadapan Tuhan. Aku sudah melakukan banyak hal untuk menebusnya. Bisa tidak kamu memberiku kesempatan lagi?""Tidak bisa!" jawab Sonia tegas, lalu langsung berbalik pergi.Kase buru-buru mengejarnya. Dia memberi tahu, "Ruila, aku dalam bahaya sekarang!"Sonia terus berjalan tanpa berhenti sambil bertanya, "Bahaya apa?""Raja Bondala t
Theresia membalas, "Dia punya pendirian sendiri. Justru itulah yang membuatnya begitu menggemaskan. Kalau bukan karena sifat itu, mana mungkin kamu bisa jatuh cinta padanya?"Beberapa kata sederhana darinya langsung meredakan amarah yang sebelumnya membara di hati Reza. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Theresia, lalu tiba-tiba bertanya, "Aku jadi penasaran ... kenapa dia sampai meninggalkanmu dulu?"Tatapan Theresia sedikit berubah. Matanya membeku sesaat, tetapi dia tetap tenang. Dia mengangkat gelas anggurnya dan menyesapnya perlahan.Sementara itu, Reza duduk di kursi yang tadi ditempati Sonia. Dia menatap sisa kue di piring Sonia, lalu tanpa ragu mengambil sendok dan melanjutkan memakannya dengan santai, seolah itu adalah hal yang sangat wajar.Theresia menatapnya dengan sedikit terkejut, lalu menurunkan suaranya ketika bertanya, "Bukankah ini terlalu terang-terangan?"Jelas sekali bahwa Sonia tidak ingin hubungan mereka diketahui orang lain. Ditambah lagi, Rayden masih merupak
Suasana di dalam aula pesta makin ramai dan meriah. Dari sini bisa terlihat betapa seriusnya Rayden dalam menyambut kedatangan Raja Bondala.Saat ini, banyak orang mengelilingi Raja Bondala. Hal ini jelas menunjukkan betapa besar pengaruhnya. Keluarga Milana adalah keluarga bangsawan sehingga wajar jika banyak orang juga berusaha mendekati Kase.Sementara itu, Sonia memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tempat yang lebih tenang. Dia memilih duduk di sudut, lalu menikmati makanan sambil berpikir apakah dia harus mengakui identitasnya di hadapan Reza atau tidak.Hal ini sungguh membuat Sonia pusing. Tidak peduli seberapa rumit pikirannya, dia tetap tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa kehadiran Reza memberinya rasa aman yang luar biasa. Pria itu datang mencarinya.Sonia menekan senyum di sudut bibirnya dan menatap keluar jendela besar. Dia melihat keramaian dan kemegahan Kastil Fers. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar punya suasana hati untuk menikmati pemandangan.Tiba-tiba, s
Kase melangkah mendekati Raja Bondala. Satu tangannya masih menggenggam pergelangan tangan Sonia, sementara tangan lainnya diulurkan sebagai sapaan. Dengan senyum percaya diri, dia memperkenalkan diri, "Aku Kase, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Raja Bondala di sini!"Pria bertopeng rubah emas itu melirik tangan mereka yang masih tergenggam. Tatapannya sedikit meredup, lalu dia menatap Kase sambil berujar dengan dingin, "Sudah lama aku mendengar tentangmu."Suaranya dalam dan rendah. Rasanya jauh, samar, dan tak bisa ditebak emosinya. Anehnya justru karena itu, orang bisa merasakan bahwa dia tampaknya sedang tidak senang.Ketika tatapan pria itu akhirnya berpindah ke arahnya, Sonia baru sadar bahwa sejak tadi pergelangan tangannya masih digenggam oleh Kase. Dengan refleks, dia segera menarik tangannya dan berdiri tegak. Sikapnya kaku seperti anak kecil yang baru saja ketahuan melakukan kesalahan.Setelah beberapa perkenalan singkat, rombongan itu mengelilingi Raja Bondala dan wanit