Sonia memang sedikit iba dengan Ferdi. Dia berpikir sebentar dan bertanya balik, “Kamu bisa bantu?”Reza mengangkat wajahnya dan menatap perempuan itu sambil berkata, “Bukan masalah besar. Kalau kamu mau membantunya, nanti aku telepon Jason.”Pandangan mereka berdua bertemu. Dengan cepat Sonia berusaha menghindar dari mata lelaki itu dan dengan suara lembut berkata, “Kalau gitu maaf sudah merepotkanmu, terima kasih.”Reza meliriknya tanpa berkata apa pun dan melanjutkan makannya lagi. Setelah selesai makan, Sonia pulang ke rumah. Tidak lupa pelayan menyerahkan kotak makan pada perempuan itu dan menitipkan pesan,“Kalau ingin makan mie, bisa juga tambahkan sedikit mie ke dalam kuah dan masak sekitar tiga sampai lima menit.”Wajah Sonia sedikit memerah ketika mendengar kalimat tersebut. Sepertinya seluruh orang di rumah Herdian mengetahui perihal dia tidak bisa memasak mie. Perempuan itu hanya tersenyum lembut sambil mengucapkan terima kasih dan pergi membawa pulang tempat makan tersebut
“Kalau gitu ….”Sonia mengerlingkan matanya dan berkata dengan serius, “Aku masakin mie sebagai bentuk terima kasih. Kebetulan masih ada sisa sup tadi siang setengah.”Lelaki itu menundukkan kepalanya dan menempel di kepala belakang perempuan itu sambil tertawa pelan dan berkata, “Sonia, kamu sengaja?”Sengaja bersikap begitu menggemaskan dan lucu! Sonia mengangkat alisnya naik turun dan bergumam, “Aku sudah bisa masak mie. Kalau nggak percaya, sekarang juga aku-“Sebelum dia selesai menyelesaikan ucapannya, lelaki itu mendadak mendorongnya dan mendaratkan kecupan pada perempuan itu.***Keesokan paginya, Reza membawa Sonia pulang ke kediaman Herdian bersama dengannya. Ketika dia masuk ke dalam kamar Tandy, bocah lelaki itu sedang bermain permainan. Dia meletakkan ponselnya dengan cepat saat melihat Sonia masuk dan berjalan ke arah meja belajar.“Aku lihat kamu datang bersama dengan om aku. Kenapa kalian bisa bersama?” tanya Tandy.Sonia menunduk dan membaca buku di tangannya dengan ek
Sonia mendorong pintu hingga terbuka dan masuk. Ruang baca tersebut cukup luas dengan sisi jendela yang begitu besar hingga menyentuh lantai. Dari sana dapat terlihat pemandangan halaman rumput yang ada di luar rumah. Meja baca lelaki itu terletak di salah satu sisi jendela besar tersebut yang langsung berhadapan dengan barisan rak buku kayu.Saat ini Reza sedang duduk di mejanya sambil membaca dokumen. Dia menoleh dan melihat ke arah Sonia dengan sorot sedikit terkejut. Lelaki itu seakan tidak menyangka bahwa Sonia akan datang ke sini untuk mencarinya.Reza mengenakan kemeja hitam yang sama dengan yang tadi pagi dengan dua buah kancing kerah yang telah terbuka. Kesan dingin di dirinya terlihat sedikit lebih santai.“Pak Reza,” sapa Sonia sambil menutup pintu. Dia maju dua langkah dan meletakkan lembaran soal tes tadi di atas meja.“Ini hasil tes Tandy bulan ini. Silakan dilihat,” ujar Sonia.Reza mengambilnya dan melihat sekilas kemudian mengangguk sambil berkata, “Bagus, hasil belaja
Seluruh tubuh Sonia mendadak menjadi kaku ketika melihat lelaki itu berdiri di sana. Tiba-tiba dia lupa untuk menghindar dan kepalanya mengenai bantal yang dilemparkan oleh Tandy.“Jangan berisik!” ujar Reza dengan nada penuh peringatan pada Tandy.Tandy tidak menyangka kalau bantal tersebut tepat mengenai kepala Sonia. Dengan cepat dia melompat dari sofa dan berkata, “Kenapa kamu nggak menghindar?!”“Nggak apa-apa, nggak sakit,” jawab Sonia sambil mengelus kepalanya.“Om, kata Bu Sonia dia suka dengan Om!” kata Tandy sambil menatap Reza. Sonia terdiam dan dalam hati mulai memikirkan apakah dirinya harus mengundurkan diri atau tidak. Lelaki itu menoleh ke arah Sonia sambil menahan tawanya dan bertanya, “Benarkah?”Perempuan itu hanya tersenyum tipis dan dengan tenang menjawab, “Benar! Aku juga suka dengan Tandy dan Tasya. Terima kasih sekali karena sudah memberikan aku pekerjaan ini, kalian semua orang yang baik.”Tandy mengedikkan bahunya dan berkata, “Aku merinding!”Sonia hanya ters
Sedangkan Hana, perasaannya tidak pernah terbalaskan. Dengan suara dingin perempuan itu berkata lagi, “Sebagai seorang guru les, seharusnya kamu bersikap sebagaimana mestinya! Kamu harus menjaga jarak dengan majikanmu dan jangan bermimpi pada sesuatu yang nggak pasti! Reza nggak akan menyukaimu!”“Memangnya dia menyukaimu?” tanya Sonia.Sebersit sorot sedih melintas di kedua matanya sekilas, dengan tenang dia berkata, “Dia nggak suka denganku.”Sonia mengangkat kedua alisnya dan berbisik pada dirinya sendiri bahwa ternyata Hana menyadari hal itu. Hana kembali melanjutkan ucapannya, “Dia nggak suka denganku dan dia juga nggak akan suka denganmu. Orang yang ada di hatinya adalah-““Bu Sonia.”Seorang pelayan tiba-tiba memotong ucapan Hana dan dengan sopan berkata, “Kata Den Tandy Ibu suka makan makanan manis. Koki ada membuat kue, Ibu mau rasa apa?”Wajah Hana kembali menggelap. Dengan senyum lebar Sonia menjawab, “Cokelat, terima kasih.”“Baik,” jawab pelayan dengan sikap yang tetap sop
Sonia sudah melangkah hingga pintu keluar dan sedang mengenakan sepatunya. Setelah selesai, perempuan itu menoleh ke belakang dan pamit pulang. “Pak Reza, Tandy, sampai jumpa.”Tandy melihat Sonia yang sudah keluar langsung menoleh ke arah Reza sambil berkata, “Om, papaku sudah mau ulang tahun dan aku sudah memilih kado buat dia. Aku mau nunjukin ke Om Reza.”“Kamu naik dulu, nanti Om cari kamu ke atas,” sahut Reza sambil mengangguk.“Cepat ya!” ujar Tandy lagi sambil melirik ke arah Hana. Setelah itu dia melangkah menaiki tangga untuk masuk ke kamarnya.“Sebenarnya masalah apa?” tanya Reza sambil berjalan ke arah ruang tamu.“Reza, kamu nggak merasa hubungan Sonia dan Tandy terlalu dekat?” tanya Hana dengan kening berkerut.Lelaki itu duduk di sofa dan memandangi Hana dengan dingin sambil bertanya, “Memangnya ada masalah apa?”“Tentu saja ada masalahnya!” sahut Hana. Perempuan itu duduk di hadapan lelaki itu dengan raut wajah serius.“Guru les om aku dulu sengaja menghasut anaknya bia
“Iya, Tasya cantik dan sifatnya juga baik. Kalau kamu mau rebutan pacar dengan dia, sudah pasti sangat sulit!” kata Yeni.Sonia meliriknya sekilas dan berkata, “Kepala kamu ini mikirin apa saja sih?!”Tawa Yeni menyembur dan berkata, “Mikirin kamu!”“Aku nggak tertarik denganmu,” sahut Sonia sambil berjalan keluar dengan tenang.“Kamu tertarik dengan siapa? Yoko?” goda Yeni lagi sambil mengejar perempuan itu.“Kalau kamu beneran suka dengan dia, aku bantuin kamu cari tahu tentang lelaki itu,” lanjut Yeni lagi.“Ok!” jawab Sonia yang mengangguk dengan cepat.“Kamu beneran suka dia?” tanya Yeni lagi dengan terkejut.“Tunggu kamu sudah dapat info tentang dia baru aku kasih tahu,” jawab Sonia sambil tertawa kecil.Alis Yeni terangkat ke atas ketika melihat temannya ini tengah sengaja mempermainkannya.Malamnya Reza kembali ke Imperial Garden pada saat jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Awalnya dia pikir Sonia sudah terlelap, tetapi dia justru menemukan televisi di ruang tamu masih
Sonia memejamkan matanya tanpa sadar. Bulu mata perempuan itu bergetar. Reza mendaratkan kecupan demi kecupan dari sudut mata hingga ke bibir perempuan itu. Dia menguasai seluruh bibir milik Sonia dan kemudian menggendongnya ke dalam pangkuan lelaki itu untuk semakin memperdalam ciumannya.Reza merasakan rasa stroberi di dalam mulut Sonia, begitupun sebaliknya Sonia dapat merasakan aroma alkohol di diri lelaki itu yang membuatnya semakin mabuk. Saat kesadarannya nyaris menghilang, tiba-tiba Sonia teringat akan ucapan Hana yang belum selesai tadi siang. Siapa yang sebenarnya orang yang ada di hati lelaki itu?Orang seperti Reza memangnya juga ada orang yang tidak bisa dia dapatkan?Mendadak lidahnya terasa sedikit perih. Reza sengaja menggigitnya sebagai bentuk hukuman karena dia tidak fokus. Sonia memeluk leher lelaki itu dan memberi tahu bahwa dia akan fokus sepenuhnya pada sosok Reza.Malam ini, Reza terasa luar biasa lembut dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Meski dia sedik
Sekujur tubuh Aminah gemetar. Dia hampir saja pingsan karena emosi.“Sekarang semua itu ide siapa sudah tidak penting lagi. Hal yang penting adalah Sonia sama sekali tidak ingin bertemu dengan kalian. Hendri dan Reviana sudah menulis pengumuman dengan sangat jelas. Sonia adalah anak yang diadopsi mereka. Sekarang, bahkan masalah adopsi itu palsu. Bisa ada hubungan apa lagi Sonia dengan Keluarga Dikara kalian?” ucap Reza dengan nada datar. Kemudian, Reza menoleh untuk berpesan kepada Fadin, “Usir mereka semua. Kelak jangan izinkan Keluarga Dikara injak kaki mereka di Kediaman Keluarga Herdian!”“Baik!” jawab Fadin. Dia memanggil pelayan dan pengawal di luar untuk membawa pergi anggota Keluarga Dikara.“Sonia, anggap Kakek mohon sama kamu!” Tobias didorong keluar oleh orang-orang, tetapi dia masih belum menyerah. Dengan suara tersendat dan penuh kepedihan, Tobias mencoba menarik simpati. “Warisan Keluarga Dikara adalah hasil jerih payah beberapa generasi. Aku tidak bisa membiarkannya ha
Setelah membuka pintu dan keluar kamar, Reza masih sedang menunggu Sonia. Dia membawa Sonia ke lantai bawah untuk sarapan.Lysa melihat mereka berdua menuruni tangga. Dia pun duluan berdiri untuk menghampiri mereka. Tatapannya kelihatan lembut ketika melihat Sonia. “Apa tidurmu nyenyak semalam?”“Emm!” Sonia mengangguk. “Hanya saja, aku bangun kesiangan!”“Nggak siang. Masih kepagian untuk makan siang!” Tasya berjalan kemari, lalu berkata dengan nada bercanda.Sonia tersenyum sembari mengangkat-angkat pundaknya.“Kalau masih kepagian untuk makan siang, kita sarapan dulu saja!” Lysa membawa Sonia ke ruang makan. Pelayan pun menyuguhkan sarapan yang hangat.“Aku nggak makan banyak di pagi hari. Aku temani Sonia makan sedikit.” Tasya juga menghampiri.Tandy juga ikut meramaikan. “Pangsit hari ini enak sekali. Aku juga mau tambah lagi!”Alhasil, mereka yang tadinya sudah selesai sarapan makan lagi demi menemani Sonia.Selesai makan, Lysa baru berkata, “Sonia, anggota Keluarga Dikara kemari
Reza membantu Sonia untuk memeriksa satu per satu. Panggilan terbanyak adalah panggilan dari kediaman lama Keluarga Dikara. Ada juga pesan masuk, semuanya adalah permintaan tolong. Mereka memohon Sonia untuk melepaskan mereka.Reza menghapus semuanya.Ada sebuah nomor asing. Reza merasa agak familier dengan nomor itu. Dia melihat sekali lagi, baru menyadari ternyata adalah nomor Celine.Celine mengirim pesan.[ Sonia, Keluarga Dikara memang nggak ada budi sama kamu, tapi juga nggak pernah menganggap Keluarga Dikara. Kalau nggak, kenapa kamu merahasiakan masalah pernikahanmu dengan Tuan Reza! Sekarang kamu sudah memiliki segalanya. Untuk apa kamu mendesak Keluarga Dikara ke jalan buntu? ][ Lepaskan mereka. Kakek sudah tua, nggak sanggup menerima siksaan ini lagi. Aku dengar-dengar, ibumu juga jatuh sakit dan sedang diopname di rumah sakit. Kamu juga bermarga Dikara. Kita semua sekeluarga. Apa mesti menghancurkan keluarga sendiri? ]Kening Reza berkerut. Kenapa dia melupakan Celine?Set
Hendri terpaksa meminjam ponsel orang lain untuk menghubungi Stella. Setelah panggilan berdering beberapa kali, akhirnya Stella mengangkatnya.Begitu panggilan terhubung, Hendri segera berkata, “Stella, apa kamu sudah baca pesan yang aku kirim? Ibumu benar-benar lagi operasi. Penyakitnya sangat parah. Kami butuh uang. Dana perusahaan sudah dikosongkan sama kalian. Uang di rumah juga sudah kamu ambil semuanya. Apa kamu benar-benar tega tidak peduli dengan hidup matinya ibumu? Bagaimanapun, kami sudah membesarkanmu selama 20-an tahun!”Stella terdiam beberapa saat, kemudian berkata dengan datar, “Ibu masih ada uang investasi. Apa mungkin kalian nggak punya uang? Jangan bohongi aku!”Saking emosinya, wajah Hendri pun menjadi pucat. “Apa kamu melihat berita? Apa kamu tidak tahu kondisi Keluarga Dikara? Uang investasi ibumu tidak bisa dicairkan dalam waktu singkat. Meskipun bisa dicairkan, rekening kami juga akan segera diblokir oleh pihak bank. Ibumu butuh uang untuk menyelamatkan nyawanya
Ada juga yang mengatakan, Keluarga Dikara ingin bergabung dengan Keluarga Tamara. Alhasil, mereka pun dikelabui oleh Keluarga Tamara!Asli palsunya masalah masih tidak diketahui. Hanya saja, hal yang bisa dipastikan adalah riwayat Keluarga Dikara sudah berakhir!Penagih utang berbondong-bondong datang mengepung kediaman kuno, kediaman Bagas, dan kediaman Hendri.Anehnya, perusahaan keluarga Harun masih berjalan seperti biasa, juga tidak ada yang mengganggu Harun dan keluarganya. Mereka pun menjadi satu-satunya Keluarga Dikara yang dalam keadaan amat. Para warganet yang doyan gosip menyadari ada yang aneh.Semalam King baru saja kembali dari luar negeri. Dia membuktikan dirinya tidak bersalah dan menuduh Keluarga Tamara bersekongkol dengan Keluarga Dikara untuk mencelakainya. Dalam waktu satu malam, riwayat Keluarga Tamara dan Keluarga Dikara sudah berakhir.Ada yang mengungkapkan bahwa saat King difitnah habis-habisan, hanya keluarganya Harun saja yang membela Sonia dan berani menegak
Stella yang ditampar merasa semakin benci ketika mendengar Reviana menyebutnya sebagai anak haram. Dia juga tidak berpura-pura lagi. “Kamu sudah lama ingin menyebutku sebagai anak haram, ‘kan? Terserah kamu saja mau pukul atau marah! Kamu bilang aku itu durhaka, apa kalian benar-benar menganggapku sebagai putri kandung kalian?”“Kalau kalian benar-benar menganggapku sebagai putri kandung, waktu itu kamu pasti akan sepenuhnya mendukungku untuk menjalankan studioku, bukan malah menyuruhku memelas orang-orang, bahkan dibohongi sama pria berengsek yang bernama Edward itu!”Reviana merasa kaget dengan ucapannya. Dia terbengong sejenak, lalu melangkah mundur dengan terhuyung-huyung.Hendri segera memapah Reviana, lalu berkata dengan murka, “Stella, kamu benar-benar keterlaluan sekali! Apa kami tidak menganggapmu sebagai putri kandung kami? Apa kamu lupa bagaimana kami menjaga dan membesarkanmu selama beberapa tahun ini? Demi kamu, ibumu bahkan sudah mengusir Sonia!”“Kalian membesarkanku dem
Felix mengira Hendri ingin mencairkan aset dan mengira Welly memang sengaja dimasukkan ke perusahaan olehnya, jadi Felix pun tidak berani ikut campur dalam urusan itu.Akibatnya, Welly menjadi semakin semena-mena saja. Dia diam-diam menerima suap dari klien dan menyalahgunakan dana pembayaran barang, membuat produk menjadi kacau balas. Hendri malah tidak mengetahui masalah ini sama sekali.Hari ini, saat menemukan masalah dalam laporan keuangan, Hendri memanggil Felix dan staf keuangan. Saat itu, Hendri baru mengetahui bahwa Welly telah meraup keuntungan sebesar itu.Tentu saja, semua itu tidak terlepas dari bantuan Stella. Jika dugaannya tidak salah, Stella bahkan membantu Welly diam-diam mencap stempel resmi perusahaan.Saat perjalanan pulang, Hendri sudah emosi tinggi!Stella sungguh merasa syok dan tidak berhenti melangkah mundur. “Aku nggak tahu. Aku nggak tahu apa-apa.”“Welly apaan?” tanya Reviana dengan kaget.Hendri menceritakan secara ringkas kondisi perusahaan, lalu bertanya
Stella benar-benar tidak habis pikir. Jelas-jelas Sonia telah diinjak mati-matian. Kenapa dia masih bisa bangkit kembali?Cucu perempuan dari Keluarga Bina, Bos dari GK Jewelry, istri dari Presdir Herdian Group … bagaimana Sonia bisa melakukannya!Selama ini, Sonia tidak pernah kembali dan merespons. Apakah dia sedang menunggu untuk menghancurkan mereka di saat paling bahagia mereka?Pasti seperti itu. Sonia memang licik.Panggilan Keluarga Tamara tidak terhubung, sepertinya mereka tidak bisa diandalkan lagi. Keluarga Dikara telah celaka. Reza dan Keluarga Bina tidak akan melepaskan Keluarga Dikara!Ketika melihat Reviana yang semakin emosi, Stella membalikkan tubuhnya berjalan ke lantai atas dengan tatapan datar. Dia kembali ke kamarnya sendiri, lalu menelepon, “Kamu lagi di mana?”Welly membalas, “Kak, apa sudah terjadi sesuatu dengan Keluarga Dikara?”“Iya!”“Kalau begitu, kamu cepat pergi, jangan tunda waktu lagi!” Welly merendahkan suaranya. “Lagi pula, aku sudah mendapatkan uang.
Sejak lahir, Sonia sudah berjalan berlawanan arah dengan Keluarga Dikara. Sekarang dia sudah memiliki begitu banyak, tidak mungkin baginya untuk kembali dan mencari kembali kekurangan dari Keluarga Dikara.Selama belasan tahun hidup di luar, setiap harinya dia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup, sedangkan setiap harinya Stella berpikir bagaimana menikmati hidupnya di Keluarga Dikara. Stella yang seperti itu lebih cocok dengan Reviana. Sonia pun merupakan satu-satunya yang tidak cocok di antara mereka!Jadi, saat bertemu waktu itu, mereka pun sudah ditakdirkan untuk memiliki akhir seperti ini.“Boleh serakah!” Reza menatap wajah indah Sonia. “Aku akan memberimu semua yang kamu inginkan!”“Jangan bohongi aku! Kamu bahkan nggak kasih aku makan es krim!” Sonia tersenyum lebar.“Kamu boleh coba minta yang lain!” Terdengar nada hasutan dari suara Reza.Sonia memutar bola matanya. “Bagaimana dengan kasih seorang ibu?”Reza langsung menunjukkan ekspresi canggung. Tatapanny