Share

Chef - 2

"Iya dia duda, padahal pernikahannya baru jalan enam bulan. Mereka juga baru cerai satu bulan yang lalu," jelas Imelda kepada Renata.

"Lo tau alasan Pak Arjuna cerai?"

"Seperti yang gue dengar ya..." Imelda mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Renata dan berbisik rendah. "Istrinya selalu nggak puas, kalau main sama dia."

"Masa sih, Del? Ah, lo bohong kali, secara gitu ya, Pak Arjuna itu ganteng, tajir sih udah tentu, dan duh... seksi abis. Masa sih dia duda karena alasan itu," ujar Renata menolak tak percaya.

"Udah ah, nggak baik ngomongin atasan. Nanti kualat." Dan piring wanita itu juga ikut tandas begitu dia menutup pembicaraan tentang kehidupan pribadi atasannya.

"Intinya, lo harus kuat-kuat ya. Dan selamat datang di dapur kami. Semoga lo betah ya, Re."

Renata dan Imelda pun kembali menuju dapur setelah menghabiskan waktu satu jam untuk beristirahat. Masih ada pertanyaan yang berkeliaran di kepala Renata sejak dia datang ke kantin khusus karyawan. Yaitu; dia tidak melihat Arjuna di sana, lalu biasanya pria itu beristirahat di mana?

Sepanjang perjalanan menuju dapur, Renata tak henti-hentinya mendengarkan Imelda yang terus berbicara. Imelda menyerocos tentang apa saja, mulai dari kesan pertama dia kerja di sini, melihat sosok Arjuna yang membuatnya selalu horny atau apalah, sampai-sampai Imelda bercerita tentang salah satu kucing kesayangannya yang terlindas oleh mobilnya. Dan tentu saja, itu membuat Imelda menangis berhari-hari, itu sih yang Renata dengar sejak tadi.

Tiba-tiba saja, kedua mata Renata menemukan sosok yang tak asing lagi baginya. Sosok itu sedang duduk pada sebuah kursi taman dan meskipun jarak mereka cukup jauh, Renata bisa segera mengenalinya.

"Pak Arjuna.." gumamnya pelan, dan langsung saja dia berhenti berjalan dan menatap Arjuna yang sedang duduk di kursi taman.

Renata melihat Arjuna sedang duduk sembari menghisap rokok, lalu membuang asapnya begitu saja, seolah-seolah asap itu merupakan masa lalunya yang dibuang ke udara. Terlihat juga raut wajah Arjuna yang menunjukan kesedihan. Sesekali juga, pria itu tampak memejamkan kedua mata, dan membukanya kembali. Renata yang melihat itu merasa hatinya terenyuh. Apalagi saat mengetahui bahwa Arjuna merupakan seorang pria yang baru bercerai.

"Woyy!!" teriak Imelda yang membuyarkan lamunan Renata. Dia melihat temannya itu sudah berjarak beberapa meter darinya.

"Lo ngapain sih?!"

Renata yang tersadar, langsung saja kembali berjalan cepat. Oh bukan, melainkan berlari kecil agar bisa segera tiba di samping Imelda.

"Nggak apa-apa." jawabnya ketika sudah berada di samping Imelda.

"Lihat apa sih? Serius amat." Imelda pun kembali bertanya. Renata berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Um... nggak lihat apa-apa sih."

"Pak Arjuna ya?" tebakan Imelda membuat Renata terkejut. Bagaimana Imelda bisa tahu? Ah sial, dia terpergok juga.

"Ah, apaan sih lu," sergah Renata cepat.

"Pak Arjuna emang nggak suka istirahat di kantin." Imelda pun mulai melanjutkan langkahnya kembali, sementara Renata menyamakan langkah.

"Dia emang suka duduk di kursi taman itu. Sambil menikmati pemandangan hotel ditemani sebatang rokok. Sendiri, dan nggak pernah ada yang nemanin."

Kali ini, Renata mulai mendengarkan secara serius tatkala Imelda menjawab pertanyaan di kepalanya. Tanpa dia ucapkan, temannya itu sudah tahu.

"Emang suka sedih gitu ya, mukanya?" tanya Renata.

"Maklumlah, namanya juga orang yang baru cerai satu bulan yang lalu. Jadi, wajar aja kalau Pak Arjuna belum bisa move on," jelas Imelda lagi, sementara Renata mengangguk mengerti.

"Lo kayaknya, tahu banget ya tentang Pak Arjuna," lanjut Renata sementara mereka masih terus berjalan kembali ke dapur.

"Re, semua orang juga tahu. So, bukan cuman gue aja. Dannsekarang lo juga tau. Apa lu nggak tahu, gimana mulutnya orang-orang dapur kalau ada gosip terbaru," Imelda terkekeh. "Kayak lambe turah yang selalu up-to-date."

Renata tertawa. "Masa, sih?"

"lya, pura-pura ah lo. Tahu nggak, anak-anak dapur di sini paling suka gosip. Hidup semua kalau udah bergosip." Tawa Imelda berderai ketika sudah berada di depan dapur.

"Ekhm!" Suara dehaman itu membuat Imelda dan Renata terkejut setengah mati. Renata berhenti melangkah sementara Imelda segera menutup mulutnya.

"Sudah waktunya kerja. Ketawa-ketawa saja kerjaannya."

Mereka berdua tak berani menjawab, melainkan mempercepat langkah dan masuk ke dapur. Namun, tiba-tiba saja Renata merasakan cengkeraman lembut di tangan kanannya. Tentu sajanitu membuatnya tersentak dan jantungnya berdebar tak karuan.

"Ikut saya."

Perintah itu membuat bibir Renata kelu, ia tak mampu menjawab perintah Arjuna dan lebih memilih berjalan mengikuti pria itu di belakangnya. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan kecil, dan sudah dipastikan itu adalah kantor Arjuna.

"Pak, sa-saya minta maaf," ucap Renata, yang masih mengira pria itu marah karena Renata dan Imelda tertawa-tawa di jam kerja.

Arjuna bergeming. Tak menyahut ucapan Renata. Dia hanyanmenatap tajam kedua mata Renata dengan tatapan yang mampu menghunus menuju hati Renata yang paling dalam. Ditatapnya kedua mata Renata tanpa henti, membuat wanita itu semakin menunjukan raut wajah yang ketakutan.

“Pak…”

"Kamu tahu alasan saya menjadikan kamu sebagai Sous Chef?" kata pria itu setelah mendengar Renata memanggilnya untuk yang kedua kali.

Renata mendongak setelah sejak tadi tertunduk ketakutan. "Ng-nggak tau, Pak."

Kenapa wanita ini semakin menggemaskan ketika sedang ketakutan, pikir Arjuna gemas.

"Karena saya yakin, kamu bisa memperhatikan pegawai lain di sini. Dan saya percaya kamu bisa bertanggungjawab pada resep di dapur kita." Renata terdiam, tidak berani membuka mulut. "Jadi, saya harap kamu bisa bekerja dengan baik. Bukan malah ketawa-ketawa kayak tadi."

"Saya minta maaf, Pak," ucap Renata lagi, kali ini bahkan lebih pelan.

"Kembali ke dapur!" Perintah tegas itu langsung saja membuat Renata membalikkan badan dan melesat pergi dari ruangan Arjuna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status