Share

Chef - 5

Sepertinya, hari ini adalah hari tersial Renata. Terlambat masuk kerja dan salah masuk ruang ganti pakaian. Belum lagi, otaknya kini mulai kotor karena pemandangan perut kotak-kotak Arjuna yang tak bisa dia hindari.

Walau akhirnya, dia memang mengalihkan wajah namun Arjuna pasti terlanjur menyadarinya, bahwa dia terpana pada tubuh indah pria itu. Dan mungkin, Arjuna akan segera memnecatnya karena memperkejakan karyawan berotak mesum.

Sejujurnya, Renata merasakan hal aneh, sikap Arjuna sedikit berbeda. Sejak insiden terkena minyak panas itu, perilaku Arjuna berubah drastis terhadapanya ya, walaupun nada bicaranya masih datar dan sedingin es. Tetapi, Renata dapat melihat bahvwa pria itu peduli kepadanya, mulai dengan menanyakan kondisi tangannya pasca insiden itu, hingga malam tadi Arjuna mengajaknya pulang bersama, yang justru ditolak Renata mentah-mentah. Bukan berarti Renata menolak rezeki, hanya saja dia merasa hal itu tidak pantas.

Seperti siang ini, Renata tidak memakan apapun saat istirahat siang, padahal Imelda sudah susah-payah membawanya, namun Renata tidak berselera bahkan untuk menyentuh makanan itu. Dia lebih memilih untuk membenamkan kepalanya ke kedua lengannya yang terlipat di atas meja.

Frustasi? Jelas saja, dia sangat frustasi, apalagi bayangan perut kotak-kotak dan senyuman Arjuna mulai berkeliaran di pikirannya saat ini. Benar kata Imelda, sosok Arjuna mampu membuat siapapun menjadi horny. Renata menolak percaya, tapi itu memang terjadi padanya sekarang.

"Re," panggil Imelda yang mulai sebal melihat tingkah laku bodoh wanita itu.

"Hhmmm..." Yang dipanggil malah membalas dengan dehaman acuh tak acuh.

"Re... Re... Keiii!" Kini Imelda menggerak-gerakkan tubuh Renata dengan kasar. "Cepat lu lihat."

"Apaan, sih, Del?" Renata mendongak dan melihat Imelda yang termangu menghadap pintu kantin.

Refleks, Renata pun melihat ke arah yang ditunjuk Imelda, pada pintu masuk kantin dan matanya langsung membulat sempurna. Jantungnya juga kembali berdebar tanpa bisa dia cegah. Sosok Arjuna kini tengah berjalan santai memasuki kantin dan mengambil makanan khusus karyawan. Bahkan si ibu kantin pun terkejut, karena ini pertama kalinya seorang Arjuna mengunjungi kantin. Ada apa sebenarnya?

Imelda mendekatkan wajahnya pada Renata dan berbisik, "Kejadian langka, seorang Pak Arjuna masuk sini."

Tak cuma mereka saja yang terkejut, seluruh karyawan yang ada di sana pun memiliki pikiranyang sama.

"Pak Arjuna tumben ke sini?" tanya sang ibu pengurus kantin karyawan - Karmila.

Arjuna tak menjawab dan hanya melemparkan senyum kepada wanita itu, lalu berjalan untuk mengisi piringnya, meletakkan aneka lauk yang tersedia.

Tiga. Tiga kali Renata melihat senyum Arjuna, senyum yang memberikan gelenyar bahagia pada sekujur tubuhnya. Coba saja, jika Arjuna lebih sering tersenyum daripada memasang tampang galak dan dingin, tentu suasana dapur tidak akan begitu tegang.

Dan bisa jadi, ini akan menjadi hobi baru Renata, yaitu; menghitung berapa kali Arjuna tersenyum.

"Dan satu lagi, gue nggak nyangka kalau Pak Arjuna punya senyuman yang ah... gue horny nih, Re," ucap Imelda pelan dan gemas.

Ketika melihat Arjuna yang sudah selesai mengambil jatah makan siangnya, tatapan mereka buru-buru diarahkan kembali pada makanan.

Imelda yang pura-pura sibuk dengan melahap suap demi suap nasinya, sedangkan Renata hanya melihat nampan makanannya dengan tak berselera, dia hanya memainkan sendoknya.

"Boleh saya duduk di sini?" Lalu suara Arjuna memecah, membuat keduanya mendongak untuk menatap pria yang sedang berdiri di samping meja mereka. "Saya lihat, cuma tempat duduk di sini yang masih kosong."

"Oh iya Pak, silakan. silakan," jawab Imelda dengan semangat yang menggebu-gebu dan bergegas menggeser posisi duduknya.

Sumpah! Renata tidak bisa fokus saat ini.

Masalahanya, Arjuna duduk tepat di hadapannya, dan tentunya dengan wajah pria itu yang... ah sudahlah... Renata bahkan sudah kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan sosok Arjuna.

"Pak Arjuna..." panggil Imelda yang berada tepat di samping pria itu.

"Iya?" Arjuna menoleh ke Imelda sekilas, lalu kembali pada aktivitas makannya.

"Kalau aja Pak Arjuna tiap hari senyum kayak yang ke Bu Karmila tadi, mungkin dapur nggak terlalu tegang." ucap Imelda dengan malu-malu dan dengan kekehan pelan.

Sontak saja itu membuat Renata yang sedari tadi menunduk kini mendongakkan kepala dan memoloti Imelda.

Bagaimana kalau pria itu menjadi marah? Lalu dia kembali lagi menunduk ketika dua pasang mata Arjuna menatapnya sekilas.

"Oh ya?" Arjuna menaikkan satu alisnya seraya menatap Imelda.

Drrtt...drrtt...drrtt

Getaran pada ponsel Imelda membuatnya langsung menyambar benda yang berada di atas meja. Renata tahu, itu pasti pacar wanita itu. "Halo?" sapanya ketika mengangkat panggilan tersebut.

"Oh iya, aku lupa. Kamu tunggu di pintu belakang, aku ke sana sekarang." Imelda pun mengakhiri sambungan telepon, lalu beranjak berdiri dari duduknya. "Pak, saya permisi dulu. Re, gue duluan ya. Ini si Tio, nanyain jaketnya yang kemarin dipakaimsama gue."

"Lo tinggalin gue sendiri, Del," keluh Renata sambil menatap Imelda yang sudah berdiri.

"Kan lo sama Pak Arjuna berdua. Udah ah, gue pergi dulu, ya."

Imelda pun berlalu begitu saja, tanpa memperdulikan Renata yang dibuat kaku ketika harus berhadapan dengan pria yang masih menyantap makan siangnya itu. Lalu hening.

Renata mengutuk dirinya sendiri karena bisa-bisanya dia kembali memikirkan sosok Arjuna di ruang ganti tadi. Renata juga membayangkan bagaimana kedua tangannya menyentuh perut sixpack Arjuna dan memberikan ciuman pada dada bidangnya, lalu Renata membayangkan jika dia...

Stop it, Renata! Bisa-bisanya otak lo kotor, di saat orangnya ada di hadapan lo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status