Sepertinya, hari ini adalah hari tersial Renata. Terlambat masuk kerja dan salah masuk ruang ganti pakaian. Belum lagi, otaknya kini mulai kotor karena pemandangan perut kotak-kotak Arjuna yang tak bisa dia hindari.
Walau akhirnya, dia memang mengalihkan wajah namun Arjuna pasti terlanjur menyadarinya, bahwa dia terpana pada tubuh indah pria itu. Dan mungkin, Arjuna akan segera memnecatnya karena memperkejakan karyawan berotak mesum.
Sejujurnya, Renata merasakan hal aneh, sikap Arjuna sedikit berbeda. Sejak insiden terkena minyak panas itu, perilaku Arjuna berubah drastis terhadapanya ya, walaupun nada bicaranya masih datar dan sedingin es. Tetapi, Renata dapat melihat bahvwa pria itu peduli kepadanya, mulai dengan menanyakan kondisi tangannya pasca insiden itu, hingga malam tadi Arjuna mengajaknya pulang bersama, yang justru ditolak Renata mentah-mentah. Bukan berarti Renata menolak rezeki, hanya saja dia merasa hal itu tidak pantas.
Seperti siang ini, Renata tidak memakan apapun saat istirahat siang, padahal Imelda sudah susah-payah membawanya, namun Renata tidak berselera bahkan untuk menyentuh makanan itu. Dia lebih memilih untuk membenamkan kepalanya ke kedua lengannya yang terlipat di atas meja.
Frustasi? Jelas saja, dia sangat frustasi, apalagi bayangan perut kotak-kotak dan senyuman Arjuna mulai berkeliaran di pikirannya saat ini. Benar kata Imelda, sosok Arjuna mampu membuat siapapun menjadi horny. Renata menolak percaya, tapi itu memang terjadi padanya sekarang.
"Re," panggil Imelda yang mulai sebal melihat tingkah laku bodoh wanita itu.
"Hhmmm..." Yang dipanggil malah membalas dengan dehaman acuh tak acuh.
"Re... Re... Keiii!" Kini Imelda menggerak-gerakkan tubuh Renata dengan kasar. "Cepat lu lihat."
"Apaan, sih, Del?" Renata mendongak dan melihat Imelda yang termangu menghadap pintu kantin.
Refleks, Renata pun melihat ke arah yang ditunjuk Imelda, pada pintu masuk kantin dan matanya langsung membulat sempurna. Jantungnya juga kembali berdebar tanpa bisa dia cegah. Sosok Arjuna kini tengah berjalan santai memasuki kantin dan mengambil makanan khusus karyawan. Bahkan si ibu kantin pun terkejut, karena ini pertama kalinya seorang Arjuna mengunjungi kantin. Ada apa sebenarnya?
Imelda mendekatkan wajahnya pada Renata dan berbisik, "Kejadian langka, seorang Pak Arjuna masuk sini."
Tak cuma mereka saja yang terkejut, seluruh karyawan yang ada di sana pun memiliki pikiranyang sama.
"Pak Arjuna tumben ke sini?" tanya sang ibu pengurus kantin karyawan - Karmila.
Arjuna tak menjawab dan hanya melemparkan senyum kepada wanita itu, lalu berjalan untuk mengisi piringnya, meletakkan aneka lauk yang tersedia.
Tiga. Tiga kali Renata melihat senyum Arjuna, senyum yang memberikan gelenyar bahagia pada sekujur tubuhnya. Coba saja, jika Arjuna lebih sering tersenyum daripada memasang tampang galak dan dingin, tentu suasana dapur tidak akan begitu tegang.
Dan bisa jadi, ini akan menjadi hobi baru Renata, yaitu; menghitung berapa kali Arjuna tersenyum.
"Dan satu lagi, gue nggak nyangka kalau Pak Arjuna punya senyuman yang ah... gue horny nih, Re," ucap Imelda pelan dan gemas.
Ketika melihat Arjuna yang sudah selesai mengambil jatah makan siangnya, tatapan mereka buru-buru diarahkan kembali pada makanan.
Imelda yang pura-pura sibuk dengan melahap suap demi suap nasinya, sedangkan Renata hanya melihat nampan makanannya dengan tak berselera, dia hanya memainkan sendoknya.
"Boleh saya duduk di sini?" Lalu suara Arjuna memecah, membuat keduanya mendongak untuk menatap pria yang sedang berdiri di samping meja mereka. "Saya lihat, cuma tempat duduk di sini yang masih kosong."
"Oh iya Pak, silakan. silakan," jawab Imelda dengan semangat yang menggebu-gebu dan bergegas menggeser posisi duduknya.
Sumpah! Renata tidak bisa fokus saat ini.
Masalahanya, Arjuna duduk tepat di hadapannya, dan tentunya dengan wajah pria itu yang... ah sudahlah... Renata bahkan sudah kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan sosok Arjuna.
"Pak Arjuna..." panggil Imelda yang berada tepat di samping pria itu.
"Iya?" Arjuna menoleh ke Imelda sekilas, lalu kembali pada aktivitas makannya.
"Kalau aja Pak Arjuna tiap hari senyum kayak yang ke Bu Karmila tadi, mungkin dapur nggak terlalu tegang." ucap Imelda dengan malu-malu dan dengan kekehan pelan.
Sontak saja itu membuat Renata yang sedari tadi menunduk kini mendongakkan kepala dan memoloti Imelda.
Bagaimana kalau pria itu menjadi marah? Lalu dia kembali lagi menunduk ketika dua pasang mata Arjuna menatapnya sekilas.
"Oh ya?" Arjuna menaikkan satu alisnya seraya menatap Imelda.
Drrtt...drrtt...drrtt
Getaran pada ponsel Imelda membuatnya langsung menyambar benda yang berada di atas meja. Renata tahu, itu pasti pacar wanita itu. "Halo?" sapanya ketika mengangkat panggilan tersebut.
"Oh iya, aku lupa. Kamu tunggu di pintu belakang, aku ke sana sekarang." Imelda pun mengakhiri sambungan telepon, lalu beranjak berdiri dari duduknya. "Pak, saya permisi dulu. Re, gue duluan ya. Ini si Tio, nanyain jaketnya yang kemarin dipakaimsama gue."
"Lo tinggalin gue sendiri, Del," keluh Renata sambil menatap Imelda yang sudah berdiri.
"Kan lo sama Pak Arjuna berdua. Udah ah, gue pergi dulu, ya."
Imelda pun berlalu begitu saja, tanpa memperdulikan Renata yang dibuat kaku ketika harus berhadapan dengan pria yang masih menyantap makan siangnya itu. Lalu hening.
Renata mengutuk dirinya sendiri karena bisa-bisanya dia kembali memikirkan sosok Arjuna di ruang ganti tadi. Renata juga membayangkan bagaimana kedua tangannya menyentuh perut sixpack Arjuna dan memberikan ciuman pada dada bidangnya, lalu Renata membayangkan jika dia...
Stop it, Renata! Bisa-bisanya otak lo kotor, di saat orangnya ada di hadapan lo.
Renata langsung membuang semua angannya mengenai Arjuna. Dan lebih memilih memainkan nampan makan siangnya. Sesekali juga menggaruk tengkuknya karena rasa pegal yang tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya, dan dia juga merasakan tubuhnya yang sedikit hangat.Mungkin ini efek dari hujan-hujanan dengan ojek online semalam."Ehem..." Arjuna berdeham sambil meraih segelas minumnputih, meneguknya dan meletakkan gelas kosong itu kembali.Piring di hadapannya pun telah tandas. "Nggak makan, Re?""Eh? Hah? Nggak, Pak," respon Renata dengan pertanyaan Arjuna yang tiba-tiba."Kenapa?" tanya Arjuna yang terkesan menginteroasi.Bukan terkesan lagi, bahkan Renata merasakan sedang diinterogasi oleh Arjuna. Suara datar dan dingin pria itu membuat Renata sedikit takut berhadapan dengan atasannya itu. Oke, ini berlebihan.Tapi, itu memang benar! Renata benar-benar merasa jantungnya berdebar kencang. Bulir-bulir keringat sudah bermunculan di pelipisnya.Hawa panas pun mulai menyeruak di kantin tersebut
‘Jangan lupa rotinya dimakan, obatnya juga. Get well soon, Arjuna.’Ketika melihat nama yang tertera pada kertas tersebut, jantung Renata langsung saja berdebar kencang dan hatinya berbunga-bunga.Senyumnya mengembang dan tak henti-hentinya dia menatap secuil kertas yang Arjuna selipkan itu. Kemudian Renata meraih, roti sobek, membuka bungkusnya, lalu mulai memakannya dengan lahap. Tak ingin menyisakan sedikitpun, karena itu merupakan pemberian dari orang yang dia sukai.Ya, Renata akui dia mulai tertarik dengan sosok Arjuna. Walaupun pria itu selalu bersikap dingin dan datar, tetapi itulah daya tarik pria itu, daya tarik yang membuat Renata semakin menyukai atasannya tersebut.Kemudian, diraihnya botol air mineral. Semua dia lahap hingga habis, kecuali minyak kayu putih yang dia masukkan ke dalam saku chef jacket-nya, bersama dengan secuil kertas beriskan tulisan tangan Arjuna.Ketika dia melirik jam pada dinding, Renata terkejut karena jarum pendek sudah bergerak ke angka tujuh."Hah
"Ma-maksud Pak Arjuna?" tanya Renata ragu, karena dengan cepat otaknya langsung berpikiran kotor saat Arjuna berkata ‘temani'."Kamu mau, kan, dengarin saya curhat? Sepertinya akan lebih lega, kalau saya punya teman curhat," kata Arjuna, sambil terkekeh pelan.Oh Tuhan, jangankan kekehan, melihat senyumnya saja, Renata sudah tak tahan."Kamu nggak usah tegang, sini duduk dekat saya," ajaknya kemudian dan Renata pun melangkah pelan, lalu duduk di bangku panjang persis di sebelah Arjuna."Kalau boleh tau, kenapa Pak Arjuna belum pulang? Setahu saya, tadi bapak bilang mau pulang," ucap Renata, yang lebih dulu memecahkan keheningan."Pak Arjuna lagi ada masalah, ya?" selidik Renata. Entah kenapa, ia ingin mnengulik Arjuna lebih dalam."Saya bingung. Saya baru cerai dengan mantan istri saya satu bulan yang lalu," ucap Arjuna, memulai. "Dia selingkuh dengan pria lain, dan jelas itu melukai hati saya."Bahkan pria muda setempan dan seseksi Arjuna, plus juga sangat mapan, tetapi tidak menjadi
Keesokan paginya, Renata bekerja seperti biasa. Tak ada keterlambatan lagi, karena dia tak ingin atasannya itu marah. Lagipula Renata tidak bisa tidur, jadi tidak susah baginya untuk bangun pagi-pagi. Hampir semalaman dia berkutat dengan kenyataan tersebut, bahwa Arjuna sudah tertarik dengan Wanita lain. Dalam artian, cinta Renata bertepuk sebelah tangan. Kalau dipikir-pikir juga, mana mau seorang Arjuna yang tampan, seksi dan kaya mau berhubungan dengannya? Itu sangat tidak mungkin terjadi.Saat melihat Arjuna di dapur, pikiran Renata kembali pada ucapan pria itu, yang bercerita tentang sosok wanita yang disukainya. Walaupun rasanya sakit, menusuk hati Renata yang paling dalam, tetapi dia harus bisa menerimanya. Karena Renata bukan selera Arjuna. Renata yakin, bukan hanya dirinya yang terikat pesona duda keren itu.Arjuna masih sangat muda di usia tiga puluh tahun, karirnya bersinar dan Renata yakin Arjuna tahu kalau banyak wanita mengecapnya sebagai sarang duit. Hanya saja, Renata t
Tentu saja semua pekerja yang ada di sana ikut terkejut. Tak terkecuali Imelda, yang juga membulatkan mata sembari menatap ke arah Renata. Mulutnya bergerak, namun tak bersuara."Kok bisa lo? Kan lo Sous Chef."Iya itu benar, Renata Sous Chef. Seharusnya dia tetap tinggal di sini apabila Arjuna harus pergi. Karena dia-lah yang akan bertanggungjawab menggantikan posisi pria itu."Ya, saya akan berangkat bersama Renata ke Bandung. Selama satu atau dua minggu saya akan berada di sana," ucap Arjuna yang semakin Renata tak bisa berkata-kata. "Mereka memiliki jadwal event yang penuh dan kebutuan catering yang sangat mendadak.""Maaf, Pak." Renata mengangkat tangan kanannya, hendak memprotes ucapan Arjuna barusan. "Kenapa harus saya, Pak? Seharusnya saya tinggal di sini. Bapak bisa pergi bersama Imelda, Pak Toni, ataupun Pak Rudi. Jadwal event di hotel ini juga lagi penuh, Pak."Untuk pertama kalinya, Arjuna tersenyum di hadapan semua pe
Malam harinya, Renata masih bimbang dengan ajakan Arjuna untuk pergi ke Bandung. Kalau saja Arjuna tidak bercerita tentang wanita yang disukainya, mungkin Renata tidak akan segalau dan sebimbang ini. Mungkin juga, dia akan langsung menerima ajakan Arjuna tanpa harus berpikir terlebih dahulu.Kopernya dibiarkan terbuka begitu saja dan masih belum terisi oleh pakaian. Bukannya tidak mau, dia masih berharap semoga ada keajaiban dan perjalanan ini dibatalkan.Ting!Satu pesan masuk ke ponsel Renata. Dia mneraih ponsel yang berada di sampingnya, melihat nama yang tertera di layer tersebut. Tetapi tidak ada nama, yang ada hanya deretan angka yang tak dia kenal.+62 85697906208 : Jangan lupa packing dari sekarang. Besok saya jemput kamu jam 07.00 pagi. Arjuna.Satu pesan yang membuat Renata menghela napas.Ting!Satu pesan singkat masuk kembali.+62 85689920956 : Jangan lupa simpan nomor saya. Siapa tau penting nantinya.Ingin
Tak perlu waktu yang lama, hanya sekitar lima menit untuk membersihkan tubuhnya. Dan ini adalah rekor tercepat Renata. Dia kemudian membuka lemari pakaian dan mengambil baju secara asal. Dress biru muda pendek tak berlengan, dan dipadukan dengan jaket berbahan denim. Rambutnya dibiarkan tergerai, dengan riasan tipis menghiasi wajah bersihnya. Oke, tidak buruk.Sejujurnya, Renata tak peduli dengan tampilannya saat ini, dia hanya khawatir Arjuna menunggu terlalu lama. Renata bergegas menarik koper dan berjalan keluar rumah dengan flat shoes hitam kesayangannya. Kemudia mengecek rumah, memastikan pintu terkunci.Begitu keluar rumah, Renata melihat Arjuna yang sudah bersandar pada pintu penumpang mobil hitamnya. Tampilannya sangat seksi, dengan kaos polos putih berlengan pendek, dan jins biru gelap, membuat Renata tak berkedip, apalagi rambutnya yang sedikit acak-acakan, dengan kacamata hitam yang menutupi kedua mata tajamnya."Renata, masuk." Arjuna membukakan pint
Seorang pria pasti akan terus berusaha untuk membuat Wanita yang dicintainya tertarik. Segala usaha pun dilakukan demi mendapatkan perhatian dari wanita pujaannya. Tak terkecuali Arjuna, sedingin-dinginnya dia, takluk juga dengan makhluk bernama Renata.Renata Deanita. Wanita cantik yang menjadi bawahannya itu, telah membuat Arjuna tergila-gila sejak kedua mata mereka saling bertemu. Arjuna bersikap galak dan dingin di awal pertemuan, hanya untuk menutupi rasa tertariknya kepada Renata. Namun itu tak berhasil, jadi dia harus menyerah pada ketertarikan tersebut dan justru mencari cara agar mereka bisa selalu berdekatan."Renata..." panggil Arjuna lembut, membuat wanita itu bergerak sedikit dalam tidurnya. "Nyenyak banget tidurnya."Butuh waktu beberapa detik bagi Renata untuk menyadari bahwa dia tertidur. Dalam sekejap, Renata langsung bangkit dan duduk tegak pada posisinya semula."Bersihin dulu air liurnya," goda Arjuna."Saya nggak tidur, Pak." T