Share

Chef - 8

"Ma-maksud Pak Arjuna?" tanya Renata ragu, karena dengan cepat otaknya langsung berpikiran kotor saat Arjuna berkata ‘temani'.

"Kamu mau, kan, dengarin saya curhat? Sepertinya akan lebih lega, kalau saya punya teman curhat," kata Arjuna, sambil terkekeh pelan.

Oh Tuhan, jangankan kekehan, melihat senyumnya saja, Renata sudah tak tahan.

"Kamu nggak usah tegang, sini duduk dekat saya," ajaknya kemudian dan Renata pun melangkah pelan, lalu duduk di bangku panjang persis di sebelah Arjuna.

"Kalau boleh tau, kenapa Pak Arjuna belum pulang? Setahu saya, tadi bapak bilang mau pulang," ucap Renata, yang lebih dulu memecahkan keheningan.

"Pak Arjuna lagi ada masalah, ya?" selidik Renata. Entah kenapa, ia ingin mnengulik Arjuna lebih dalam.

"Saya bingung. Saya baru cerai dengan mantan istri saya satu bulan yang lalu," ucap Arjuna, memulai. "Dia selingkuh dengan pria lain, dan jelas itu melukai hati saya."

Bahkan pria muda setempan dan seseksi Arjuna, plus juga sangat mapan, tetapi tidak menjadi pengecualian korban perselingkuhan.

"Sebenarnya saya kurang apa? Apapun yang istri saya minta, selalu saya kasih," jelasnya lebih lanjut.

Sumpah demi apapun, Renata harus menjawabnya apa?

"Menurut kamu, sebaiknya saya gimana?" tanya Arjuna lagi karena Renata masih membisu.

"Sebenarnya, saya tahu gimana perasaan Pak Arjuna sekarang. Karena saya pernah mengalaminya sendiri, pacar saya ketahuan udah punya istri. Awalnya memang sulit, sih, Pak, untuk melupakannya. Tetapi, saya selalu berpikir bahwa nggak ada gunanya juga memikirkan itu semua. Toh, itu nggak akan balik lagi sama kita."

Renata tidak tahu kenapa ia semudah itu berbicara jujur pada Arjuna, namun hatinya terenyuh menatap ekspresi sedih di wajah yang disukainya itu.

"Jadi?" Arjuna menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi, ya.. saya move on. Dan akhirnya berhasil. Biarkanlah hukun karma yang membalas itu semua," lanjut Renata lagi.

Arjuna tersenyum dan menghembuskan napas lega.

"Sebenarnya saya udah sedikit melupakan istri saya, semenjak kehadiran sosok wanita yang begitu menarik perhatian saya."

"Oh ya?" ucap Renata, sedikit lebih keras. "Siapa, Pak?"

Arjuna terdiam sesaat. Matanya kembali menatap Renata lekat-lekat, dan tatapannya membuat wanita itu salah tingkah, bahkan kedua pipinya memerah bak udang rebus.

"Ada lah." jawab Arjuna, yang kemudian mengedarkan pandangannya. "Ada seseorang berhasil membuat saya tertarik. Tapi, saya nggak yakin kalau dia juga tertarik sama saya. Secara saya seorang duda, ya walaupun saya nggak punya anak. Sayangnya, wanita yang saya sukai tidak pernah peka."

Pudar sudah harapan Renata. Arjuna tertarik pada seseorang dan orang itu sudah pasti bukan dirinya. siapa? Apakah Renata mendengarnya? Karyawan di hotel ini? Atau seseorang yang tidak Renata kenal?

"Kalau boleh tahu, sejak kapan Pak Arjuna mulai tertarik pada wanita itu?" tanya Renata dengan nada tegar, sebisa mungkin dia menyembunyikan perasan hatinya, karena dia tak ingin Arjuna tahu mengenai hatinya.

"Sejak pertama kali dia masuk ke hotel ini. Dan sejak pertama kali saya menatap ke dalam matanya."

Dua kalimat Arjuna itu sukses membuat dada Renata semakin sesak.

"Oh, gitu," Renata mengembuskan napas panjang, lalu... "Mau saya buatin teh atau kopi, Pak?" tawarnya.

Arjuna mengangguk, "Dua cangkir kopi."

Renata mengernyitkan dahinya, "Dua?"

"Iya, satu untuk saya dan satu lagi untuk kamu."

Tetap saja Renata tidak peka dengan ucapan Arjuna.

"Ah, saya nggak pernah minum kopi, Pak. Kalau gitu, saya ke dapur dulu ya," pamit Renata kepada Arjuna.

"Sama-sama, nanti bawa saja ke kantor."

Sesampainya di dapur, Renata sempat termenung sejenak, sembari meremas dadanya yang terasa sakit karena harus menerima kenyataan bahwa Arjuna sudah menyukai wanita lain.

Tentu saja, itu bukanlah dirinya. Bagaimana mungkin Arjuna bisa menyukainya, mereka bahkan baru kenal? Lalu sebuah suara mengagetkannya, membuat Renata terperanjat ringan.

"Renata?" Arjuna sedang berjalan mendekatinya.

"Pak... kok, Bapak ke sini? "jawabnya gugup.

Mata Renata melebar ketika Arjuna menjulurkan tangan untuk meraih kedua bahunya. Dapur itu kini kosong, para staf malam pasti berada di suatu tempat di hotel ini dan keheningan yang tak biasa itu menciptakan getar dalam diri Renata. Dia menatap mata pria itu lekat-lekat. Hilang sudah raut wajah dingin berkesan datar milik Arjuna.

Renata panik saat Arjuna mulai mendekatkan wajah dan menghembuskan napas hangat pada wajah Renata, lalu detik selanjutnya, bibir sensual Arjuna menyentuh bibirnya. Jelas saja, mata Renata membulat karena terkejut.

Arjuna menciumnya lama, menjelajah setiap inci permukaan kulit bibir Renata sebelum mendesaknya agar membuka mulut dan menerima lidah pria itu, membiarkan Arjuna menjelajah lebih dalam.

Arjuna kemudian mnelepaskan ciumannya pada bibir mungil milik Renata. Dia dapat melihat raut wajah tegang wanita itu. Matanya membulat sempurna, wajahnya juga pucat pasi. Sedangkan Arjuna, dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara keduanya. Untung saja suasana dapur sedang sepi.

"Gimana rasanya? Enak?" tanya Arjuna yang masih mengusap pipi Renata.

Renata mengerang, tak tahu apa yang harus dia katakan. Ciuman yang baru Arjuna berikan padanya terlalu susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa manis yang bercampur dengan gairah dalam bibir sensual pria itu.

"Jadi.." Arjuna kembali mengecup sekilas bibir Renata. "Mulai sekarang, kamu milik saya seorang.”

"Pak..." lirih Renata, tangannya kini meremas bagian samping celana panjang yang dikenakannya. "In-ini mak-maksudnya apa?"

"Saya kepikiran kamu terus. Karena itu, saya ingin kamu jadi pacar saya sekarang juga."

"Tapi Pak-"

"Kita bisa merahasiakan ini dari semua karyawan yang ada di sini."

Arjuna pun berjalan mundur dan berlalu pergi meninggalkan Renata seorang diri. Masih dengan pakaian chef-nya, Renata tertegun.

Otaknya kembali membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu. Bagaimana bisa seorang Arjuna yang memiliki jabatan sebagai Executive Chef bisa mencintai bawahannya?

Padahal Arjuna terkenal sebagai pria yang kaku dan dingin, menurut apa yang dia lihat selama bekerja dengan pria itu. Dan saat itu juga, Renata merasakan jantungnya Kembali berdebar setelah sekian lama menyandang status single.

"Renata?" panggil Arjuna, sambil menyembulkan kepalanya dari pintu kantor. "Kamu nggak apa-apa, kan?"

Sial!!! Ternyata, semua itu cuman khayalan Renata sesaat.

"Saya khawatir kamu pingsan lagi. Karena kopinya tidak siap-siap sedari tadi," jelas Arjuna.

"Ah," Renata membuang jauh-jauh khalayan tentang ciuman Arjuna. Oh Tuhan, apa yang terjadi padanya? "Saya nggak apa-apa, Pak."

"Saya tunggu di dalam, ya."

Renata hanya bisa mengangguk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status