Oda berdecak. "Menyayangi apa! Bulan lalu saja ada lima perempuan yang mengaku-ngaku hamil anakmu dan membuat keributan di rumah daddy."
"A-abang kan dua bulan di amerika, kok bisa tau?" Andrew melotot horror."Aku bahkan tau berapa uang yang sudah kamu keluarkan untuk mereka." Oda menatapnya malas."Mending lu tobat sekarang, Ndrew. Contoh nih bang Oda, dia pekerja keras. Gak suka main perempuan. Kagak cocok banget lu jadi adeknya. Gue curiga Andrew ini diadopsi, deh bang, pas masih kecil." Kata Kayden. Sekar di sampingnya menganggukkan kepala setuju.Andrew memandangi semua orang di ruangan itu dan memegang dada kirinya dramatis. "Kit ati gue."Sekar terkekeh melihat Andrew meniru kosakata darinya. "Yayang Andrew sini. Pasti banyak jajan!" Mata Sekar berbinar melihat ransel yang menggantung di bahu kiri cowok itu.Andrew tersenyum manis dan segera menghampiri brankar gadis itu. Andrew membongkar semua jenis jajan dari dalam tasOda hanya tersenyum saja."Abang kok gak pernah cerita kalau kenal Bagas?" Andrew juga kaget di belakang."Bang Bagas di mana sekarang, bang?" Tanya Kayden. Selama dia memiliki alamat Bagas, Kayden akan mengejarnya ke mana pun."Beberapa waktu lalu kami bertemu. Tunggu lah. Tidak akan lama lagi dia akan kembali.""Kayden hanya menghawatirkan Sekar, bang. Bisa saja Daniel mengalihkan dendam atas kematian adiknya pada Sekar. Padahal sudah banyak korban mereka. Dia seolah tidak pernah puas."Oda mengangguk. "Lingkaran setan ini memang harus diputuskan dan hanya Bagas yang bisa melakukannya.""Untuk Sekar kau tenang saja. Aku memiliki informan di Victorian itu. Takkan kubiarkan mereka menyentuh Sekar. Kau juga kan sudah jarang mengajak Sekar war sekarang. Lagipula gadis itu ilmu beladirinya tidaklah lemah. Jangan lupa om Louis juga menempatkan orang-orangnya untuk menjaga Sekar dua puluh empat jam. Gadis itu keamanannya berlapis."
"Kak Shaka... kak~" seru Bella. Gadis itu menolehkan wajahnya ke segala penjuru rumah. "Apa sih, dek? Kenapa teriak-teriak di dalam rumah?" Seorang wanita cantik keluar dari dapur dengan celemek melekat di dadanya. Dia mengangsurkan sepiring kecil bolu. "Cobain. Mama baru coba resep baru."Bella mengipas-ngipaskan mulutnya setelah menggigit bolu berwarna merah velvet itu. "Hahih hanhas."Wanita itu terkekeh, "mama lupa bilang. Gimana, enak?" Bella mengangguk. "Enak. Manis, tapi masih manisan mamakuh." Bella gelendotan di lengan wanita itu.Ratna mengacak poni anak gadisnya itu. "Tadi kenapa nyari-nyari kakakmu?"Bella menepuk dahi, "iya. Kakak mana, ma?""Di belakang lagi manjat pohon. Heran. Kenapa kakakmu suka banget nongkrong di pohon sekarang." Ratna menggelengkan kepalanya."Yaudah, adek cari kakak dulu. Penting." Bella kembali berlari.Di belokan dia hampir saja bertabrakan dengan seseorang untu
Bella semakin menciut saat jari telunjuk Kayden menunjuk-nunjuk tepat di depan wajahnya. "B-bang, s-sa-""Gue bukan abang lo!" Kayden menyela. Hanya Sekar yang boleh memanggilnya abang."P-pak. K-kak. S-sebelumnya saya minta maaf. Tapi saya mohon, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskan semuanya. S-saya yakin kakak adalah orang yang berpikiran terbuka.""Iya lah. Geng gue isinya cowok-cowok yang berpikiran dewasa. Gak kayak kakak lo yang senggol bacok kayak cewek pms."Kayden berdecih. Salah satu alasan kenapa dia tidak mau berurusan dengan geng Shaka adalah karena cowok itu terlalu mengandalkan emosi.Kayden masih ingat saat tahun lalu salah satu anggotanya hampir kehilangan nyawa hanya karena sebuah kesalah pahaman yang berawal dari anak buah Shaka sendiri. Bodohnya lelaki itu langsung menghajar anak buah Kayden tanpa mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Bella tidak menyangkal sama sekali. Apa yang dikatakan Kayden a
"M-manada, g-gue dipaksa meluk dia waktu itu." Sekar tergagap. Padahal saat itu dia sudah yakin bahwa sekolah sudah sepi. Dari mana Bella bisa tau."Tapi lo seneng, kan~" Bella semakin semangat. Alisnya naik turun."Bella ihh, lo kalo udah bosen pintu keluarnya itu, ya.""Apa sih, ambekan. Gitu aja marah." Bella memeluk tangan Bella yang tidak diinfus."Ya lo abisnya." Sekar cemberut."Nanti kalo kalian pacaran, lo wajib traktir gue di kantin seminggu.""Kok gitu." Ucap Sekar protes."Yaudah, gue palak kak Shaka aja. Kalau dia gak mau, gak gue izinin macarin sahabat gue!" Bella terkekeh."Gue gak yakin, Bell. Apalagi dia gak tau gue adek Kayden."Bella terdiam. Iya juga. Tapi tak apa. Dia akan membantu Sekar menjelaskannya pada Shaka.°°°Shaka mondar-mandir di depan gerbang sekolahnya. Dia terus memperhatikan murid-murid yang datang membuat beberapa gadis tersipu.Shaka berde
"Rupa-rupanya... Pantas lo selalu nolak pas gue ajak ke kantin akhir-akhir ini, ternyata udah janjian sama abang pacar di sini. Aww!" Bella mencolek dagu Sekar."A-apa sih, orang gue gak sengaja ketemu kok. L-laagian dia bukan pacar gue, ya." Sekar melototinya berbanding terbalik dengan pipinya yang semerah tomat sekarang."Iya bukan, tapi lagi otw, kan?" Bella sekali lagi menoel dagu Sekar. Alisnya turun naik menggoda.Sekar berdecak dan menatap sinis Bella. Sepertinya dia setengah sadar saat menerima gadis itu menjadi sahabatnya dulu.°°°"K-kenapa maju terus?" Sekar menahan tubuh Shaka dengan tangannya. Gadis itu juga memiringkan wajahnya karena jarak mereka terlalu dekat. Sekar juga merasakan tidak nyaman karena jantungnya jadi berdegup kencang di dalam sana. Dia juga malu karena terus-terusan ditatap Shaka dengan jarak sedekat itu. "Kamu ngelirik siapa tadi?" Shaka makin mencondongkan tubuhnya ke depan.Satu tangan
Shaka mengecup kening Sekar berkali-kali. Di hidung juga di kedua kelopak matanya. "Telat. Aku udah terlanjur nandain kamu sebagai pacar aku. Lagian nunggu kamu bilang iya, keburu kita jadi kakek nenek.""Shaka, serius~""Aku lebih serius, Sekar. Aku udah nembak kamu sebanyak tujuhpuluh tiga kali bulan ini. Aku seserius itu, sayang." Shaka menatapnya dengan tatapan teduhnya.Blush. Pipi Sekar terasa panas mendengar panggilan sayang Shaka barusan. Shaka terkekeh melihatnya. Betapa mengemaskan pacar barunya itu."Aku ngerti aku yang pertama buat kamu. Dan jujur aku bahagia banget sama fakta itu. Dan aku janji akan bikin cinta pertama kamu ini jadi cinta kamu satu-satunya. Aku bakal bahagiain kamu sampe kita jadi kakek nenek. Percaya sama aku, sayang.""Jangan panggil sayang." Sekar menatap Shaka malu-malu. "Kan emang sayang kamu. Banget malah."Sekar menunduk. Tidak mengerti kah Shaka bahwa dia sedang sangat malu sekarang
"Enggak." jawab Sekar sangat cepat. Shaka mengulum senyum karena respon Sekar yang kelewat cepat. Tiga hari ke depan dia akan full senyum jika begini. Apa lagi yang lebih menyenangkan dibanding diakui tampan oleh pacar sendiri?"Yuk berangkat," Shaka memasangkan helm untuk Sekar sebelum membantunya naik ke boncengan motor."Masih pagi banget." Ucap Sekar. Dia melihat matahari yang belum tinggi. Biasanya jam segini dia baru bersiap-siap untuk mandi.Sebenarnya Shaka ingin menjemputnya lebih pagi lagi, tapi saran dari papa Banyu, Shaka tidak boleh terburu-buru dan terlalu berlebihan juga bersikap tidak masuk akal apalagi umur pacaran mereka belum ada satu hari.Kata papa Banyu, pacar Shaka akan merasa risih jika diperlakukan seperti itu. Shaka mengikuti saran papanya. Meskipun menjemput satu jam setengah juga termasuk berlebihan, tapi setidaknya itu lebih baik daripada niat awal Shaka yang ingin menjemput Sekar setelah selesai sholat subuh
Sekar melototkan mata membaca isi chat Shaka. Dia menggigit bibirnya.'Bang Kay, pacar Sekar kenapa gemes banget~"Pacarnya Sekar❤️SayaangggAllahu akbar! Sekar menyerah. Lambaikan tangan ke kamera.Pacarnya Sekar❤️Sayang, dari tadi kok cuma diread? Aku ada bikin salah?Pacarnya Sekar❤️Satu menit kalo gak dibalas aku ke kelas kamu yaaSekar buru-buru mengirimkan balasan.Pacarnya Shaka❤️Jangan.Shaka cemberut begitu membaca balasan Sekar.Pacarnya Sekar❤️Sayang, aku beneran ada bikin salah, ya? MaaafPacarnya Shaka❤️Gak gitu. Bentar lagi jam masuk, gak boleh mainan hape.Shaka terkekeh. Teladan banget sih pacar gue.Pacarnya Sekar❤️Yaudah, pacar yang semangat belajarnya. I love you.Sekar merasakan panas di pipinya membaca balasan chat Shaka.Pacarnya Shaka❤️Iya.EvelynTernyata lo cuma anggep omo